FALSAFAH BUDAYA MINANG ADAT BASANDI SARAK, SARAK BASANDI KITABULLAH

Artikel () 25 November 2016 14:53:31 WIB


FALSAFAH BUDAYA MINANG

ADAT BASANDI SARAK, SARAK BASANDI KITABULLAH

Oleh : Teguh Gunung Anggun

 

Falsafah budaya Minang dalam Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan salah satu filosofi hidup yang dipegang dalam masyarakat Minangkabau, yang menjadikan Islam sebagai landasan utama dalam tata pola prilaku dalam nilai – nilai kehidupan. Dengan kata lain, Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan kerangka kehidupan sosial baik horizontal – vertikal maupun horizontal – horizontal.

Bila budaya Batak dengan falsafah budayanya secara umum terdapat penekanannya pada siklus dan konsep ini dijalankan bersamaan dengan konsep kerohanian sesuai dengan injil. Maka Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah dalam masyarakat Minangkabau merupakan perpaduan yang hampir serupa dalam norma dan etika masyarakat dalam masuknya agama Islam.

Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullahdi masyarakat Minang merupakan sebuah identitas, lahir dari sebuah kesadaran sejarah dan pergumulan tentang perjuang dan hidup. Masuknya agama Islam dan berpadu dengan adat istiadat melahirkan kesepakatan luhur. Bahwa seluruh alam semesta merupakan ciptaab Allah SWT dan menjadi ayat – ayat dengan tanda – tanda kebesaran-Nya, memaknai eksistensi manusia sebagai khalifatullah di dunia.

Adat disebut juga ‘uruf, yang berarti sesuatu yang dikenal, diketahui berulang – ulang menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat. Adat telah berusia tua menjadi bagian turun menurun umat manusia sehingga menjadi sebuah identitas.’Uruf bagi umat Islam ada yang baik dan ada juga yang buruk. Pengukuhan adat yang baik dan menghapus yang buruk merupakan tujuan kedatangan agama dan syariat Islam.

Proses dialektika, pertentangan dan perimbangan oleh orang Minang telah membentuk masyarakat Minangkabau yang memiliki karakter, watak dan sikap yang jelas menghadapi kehidupan. Karakter tersebut diantaranya yaitu :

  1. Penekanan terhadap nilai – nilai keadaban dan menjadi kekuatan budi dalam menjadi kehidupan.
  2. Etos kerja yang didorong oleh penekanan terhadap kekuatan budi yang mendasari pada setiap orang untuk dapat melakukan hal – hal berguna bagi semua orang.
  3. Kemandirian, etos kerja dalam melaksanakan khalifah menjadi kekuatan menjadi orang Minang untuk dapat hiudup mandiri tanpa tergantung oleh orang lain.
  4. Toleransi dan Kesamaan Hati. Meskipun terdapat kompetisi, namun adanya rasa kesamaan menimbulkan toleransi khususnya dalaam memandang komunitas.
  5. Kebersaman. Adanya toleransi dan kesamaan hati terhdap komunitas menyebabkan tumbuhnya kesadaran sosial untuk dapat hidup dan menjalani hidup secara bersama – sama.
  6. Visioner.Adanya nya budi pekerti, etos kerja yng tinggi dan kemandirian diiringi semangat kebersamaan dan toleransi yang tinggi menimbulkan pandangan jauh kedepan.

Perpaduan adat dan agama yang mendasari semangat hidup hendaknya dapat dijadikan dasar berkehidupan yang baik, baik dalam komunitas adat itu sendiri, maupun dengan masyarakat dari komunitas lainnya. Akidah tauhid sebagai ajaran islam dipupuk mulai baso – basi atau budi dalam tata pergaulan dirumah tangga dan ditengah masyaratakat.Demikialah masyarakat Minangkabau menyikapi cara mereka melihat sistim nilai etika, norma hukum dan sumber harapan sosial yang mempengaruhi perilaku ideal dari individu dan masyarakat serta melihat alam perubahan yang lahir dari lubuk yang berbeda, antara adat dan islam.

Kemampuan dan kearifan orang Minangkabau dalam membaca dan memaknai setiap gerak perubahan, antara adat dan islam, dua hal yang berbeda akhirnya dapat menyatu dan dapat saling tompang menompang membentuk sebuah bangunan kebudayaan Minangkabau melalaui Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah.

Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah pada akhirnya terpatri menjadi landasan serta pandangan hidup orang Minangkabau. Manusia akan dapat mengambil iktibar atau pelajaran yang berharga untuk kehidupan bersama.

Ketentuan – ketentuan alam dijadikan sebagai dasar untuk menatakehidupan masyrakat Minangkabau, baik secara pribadi, bermasyarakat maupun sebagai pemimpin. Fenomena alam mengaajarkan agar setiap perbuatan sesuai dengan hukum yang berlaku dan sesuai dengan nilai dasar kemanusian, seperti bulek aie dipambuluah dan bulek kato di mufakat, bulat kata sesuai dengan kesepaktan.

Ajaran adat Minangkabau berlandasan asas filosofi Alam Takambang jadi Guru, suatu konsep alam semesta, merupakan sumber “ kebenaran “ dan kearifan orang Minangkabau. Alam semesta dipahami orang Minangkabau dari segi fisik dan sebuah tantanan kosmologis. Alam bukan saja dimaknai sebagai tempat lahir, tumbuh dan mencari kehidupan, lebih dari itu alam juga dimaknai sebagai kosmos yang memiliki makna filosofis.

Pemaknaan orang Minangkabau terhadap alam terlihat jelas dalam ajaran ; pandaangaan dunia (world view) dan pandangan hidup ( way of life) yang seringkali mereka nisbahkan melalui pepatah, petitih, mamangan, npetuah, yang diserap dari bentuk sifat dan kehidupan alam.

Pandangan kosmos ini npada akhirnya membawa mereka pada keteraturan semesta bukanlah sesuatu yang tiba – tiba, melainkan muncul melalui proses pergulatan antara pertentangan dan keseimbangan. (TGA)