Minang Halal Tourism, Konsep Pariwisata Yang Cocok Dengan Sumbar

Minang Halal Tourism, Konsep Pariwisata Yang Cocok Dengan Sumbar

Pariwisata () 12 Juli 2016 09:50:39 WIB


Padang - Namun Selama ini ada kekhawatiran yang besar terhadap “social impact” pariwisata dan jika Sumatera Barat benar-benar merevitalisasi dunia pariwisatanya, apalagi mengingat pangsa pasar wisatawan yang akan dibidik notabene mempunyai tatanan nilai yang “berseberangan” dengan tatanan keyakinan dan budaya Minangkabau dengan postulatnya “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”.

Ada dilema antara mempertahankan karakteristik nilai & budaya, dengan meraup keuntungan besar dari kedatangan dan spending para wisatawan mancanegara, dibawah bayang-bayang kekhawatiran akan hadirnya budaya yang permisif.

Namun dikutip dari info sumbar seiring dengan peningkatan kesejahteraan kalangan menengah muslim dunia sejak era tahun 2000-an, maka muncullah suatu trend pangsa pasar baru wisatawan dunia yang tumbuh dengan pesat, yaitu para “muslim travelers”. Berdasarkan data Thomson Reuter, pada tahun 2014 tercatat belanja turis muslim global adalah sebesar USD 142 milyar (di luar umrah & haji), nomor dua setelah pasar China yang sebesar USD 160 milyar. Suatu ceruk pasar yang besar dan menggiurkan yang layak diraih oleh Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Pasar ini datang dari muslim di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah (Qatar, UAE, Kuwait, Arab Saudi, Oman dll), Eropa, Asia Tengah & China.

Sebagai konsumen muslim dalam pasar pariwisata global, tentu saja mereka punya karakterisrik dan kebutuhan tersendiri dalam berwisata ke berbagai belahan dunia. Ketersediaan akan makanan halal, fasilitas beribadah (bersuci, berwudhu, dan sholat), ketersediaan informasi, dan berbagai fasilitas pendukung yang muslim friendly menjadi persyaratan mutlak untuk meraih dan mendatangkan pasar ini, sebagai bagian dari hospitality terhadap konsumen. Negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, Korea, dan Turki tampak lebih sadar dan sigap untuk segera merebut pasar tersebut.

Mewujudkan pelayanan, fasilitas, dan aktivitas wisata yang muslim friendly sebagai bentuk servis terhadap permintaan konsumen & pasar muslim inilah yang kemudian dinamakan dengan HALAL TOURISM. Dan yang perlu dicatat, bukannya mempersempit, malah halal tourism ini justru memperluas segmen pasar pariwisata karena menyediakan semakin banyak pilihan produk bagi para wisatawan, apalagi halal tourism ini bisa dinikmati oleh semua segmen dari anak-anak sampai orang dewasa, muslim ataupun non-muslim.

Trend Halal Tourism ini seharusnya merupakan nafas baru bagi pariwisata Minangkabau. Ini merupakan peluang yang sangat bagus dan seirama dengan langgam pengembangan pariwisata yang dikehendaki oleh tatanan nilai & kultur Minangkabau, yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Kekhawatiran akan social impact pariwisata perlahan-lahan akan mulai pergi, berganti dengan optimisme dan totalitas untuk mengembangkan dunia pariwisata seiring dengan munculnya pasar “muslim travelers”. Ditambah lagi Sumatera Barat memiliki keindahan alam yang sangat indah, budaya yang sangat unik, khazanah kuliner yang sangat nikmat, khazanah wisata sejarah dan ziarah Islam yang sangat menarik dengan banyak kisah para ulamanya, dan banyak lagi keunggulan lainnya.

Bak gayung bersambut, harapan masyarakat Minangkabau tersebut bertemu dengan rencana Kementerian Pariwisata RI untuk mendorong Sumatera Barat ke pentas dunia sebagai World Halal Tourism Destination berikutnya, setelah sebelumnya Lombok-NTB terlebih dahulu diorbitkan ke pasar dunia dan puncaknya berhasil meraih “The Best Halal Tourism Destination Award” dan “The Best Halal Honeymoon Destination Award” dalam acara World Halal Travel Mart di Abu Dhabi, UAE tahun 2015. Suatu usaha yang layak untuk ditiru.

Jadi rasanya inilah genre pariwisata yang cocok untuk dikembangkan di Ranah Minang. Terlalu cocok malah. Tiba saatnya menepis keraguan dan kekhawatiran, dan inilah saatnya untuk totalitas mengembangkan pariwisata di Sumatera Barat, tentu saja dalam genre Halal Tourism, bahkan menjadikannya sebagai leading sector. Apalagi sektor pariwisata mempunyai impact yang tinggi untuk menggerakkan sektor-sektor lain (transportasi, perdagangan, industri kreatif, kuliner, pertanian, pendidikan, dll).

Sumber : www.sumbar.travel