KETAHANAN PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI MERUPAKAN SUATU KESATUAN

Berita Utama YANITA SELLY MERISTIKA, S.Kom(Dinas Pangan) 13 Juli 2014 07:26:43 WIB


Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan dan terjangkau seluruh individu setiap saat. Ketahanan pangan dan perbaikan gizi merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, jika kita membahas mengenai ketahanan pangan, kita juga harus membicarakan perbaikan gizi, begitu pula sebaliknya.

Keadaan gizi masyarakat adalah indikator utama ketahanan pangan, sedangkan kemandirian dan kearifan lokal merupakan perwujudan semangat menuju kedaulatan pangan, ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumbar.

Ketahanan pangan nasional kerap menghadapi tantangan, baik dari lingkungan dalam negeri maupun global. Tantangan ketahanan pangan yang sering muncul dari dalam negeri seperti penyediaan lahan pertanian produktif, penyediaan infrastruktur pertanian yang memadai, stabilisasi harga pangan dalam negeri, distribusi pangan yang merata dalam lingkup wilayah geografis yang luas, dan menjamin sistem produksi pangan yang tahan terhadap gangguan bencana alam. Sementara itu, di lingkungan global diwarnai oleh perubahan iklim yang sangat drastis; konflik pemanfaatan global terhadap sumberdaya pertanian bagi penyediaan pangan, pakan, dan energi; semakin protektifnya negara maju terhadap produk pangan dan sektor pertanian; serta format perdagangan bebas melalui World Trade Organization (WTO).

Selain itu, dari segi konsumsi pangan, angka Pola Pangan harapan (PPH) yaitu ukuran mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan penduduk Indonesia juga masih rendah, ditandai dengan masih rendahnya konsumsi sayur, buah dan pangan hewani.

kepala BKP Sumbar mengatakan, dalam meningkatkan ketahanan pangan di era global, kita tidak dapat hanya bertumpu pada beras. Program pangan yang selalu terkonsentrasi pada beras akan menciptakan ketergantungan pada satu komoditi pangan pokok saja. Oleh karena itu, diversifikasi dengan meningkatkan keberagaman ketersediaan pangan, perlu selalu diupayakan. Kita juga perlu menyadarkan dan mengubah pola pikir masyarakat bahwa makan bukanlah sekedar makan nasi dan asal kenyang, melainkan harus ada keseimbangan gizi.

Kepala BKP Sumbar menyatakan bahwa masalah pangan dan gizi sangat kompleks. Karena itu, upaya penanganannya perlu melibatkan berbagai ahli, disiplin dan profesi. Saya menginginkan agar perencanaan program pangan dan gizi selalu didasarkan pada data yang akurat dan mencerminkan realitas. Di samping itu, kemajuan ilmu dan teknologi pangan berkembang dengan pesat yang bukan hanya berdampak positif tetapi juga negatif. Dampak positifnya adalah menghasilkan peningkatan kuantitas dan kualitas pangan, lebih higienis, serta lebih ekonomis dan praktis. Sedangkan dampak negatifnya adalah penggunaan zat adiktif dapat membahayakan kesehatan konsumen dan makanan yang dihasilkan banyak mengandung residu pestisida serta obat hewan.

Pangan yang tidak aman dan tidak bermutu akan menghambat peningkatan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan, jika terus dikonsumsi oleh masyarakat, Saat ini, salah satu inisiatif untuk ketahanan pangan dan gizi adalah menghimpun dukungan untuk pelaksanaan Gerakan nasional Sadar Gizi dengan fokus pada Percepatan Perbaikan Gizi.

Kita sudah memiliki Dewan Ketahanan pangan dan kita mempunyai Badan Ketahanan Pangan yang melaksanakan aspek teknis. Namun, karena persoalan pangan bersifat multidimensi, untuk mewujudkan ketahanan pangan diperlukan sinergi dan partisipasi aktif berbagai Lembaga.