FILOSOFI KOPI UNTUK RUMAH TANGGAMU
Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 23 Juni 2020 14:46:49 WIB
FILOSOFI KOPI UNTUK RUMAH TANGGAMU
Bulan Syawal ini, lumayan banyak yang menikah, satu persatu teman-teman yang memiliki anak sudah dewasa mulai bermenantu. Senang juga ikut berbahagia mengetahuinya. Namun, disela-sela kabar gembira itu, dapat juga kabar bahwa ada kenalan yang baru saja bercerai, padahal anak-anak sudah mulai besar dan ada yang sudah hampir sarjana. Sangat disayangkan mendengar berita itu. Sampai terfikir, apakah sedemikian rumit persoalan dalam rumah tangganya sehingga tidak diperoleh kata sepakat untuk sama-sama mengalah dan keluarga tidak pecah. Benar sekali ungkapan seseorang yang bermakna ambillah filosofi kopi untuk rumah tanggamu.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Takarannya tidak selalu pas. Kadang manisnya lebih terasa, suatu waktu pahitnya pun dominan. Jangan kau hindari. Nikmati saja hingga suatu saat kau terbiasa.Ketika rumah tanggamu sudah jadi candu bagimu, maka percayalah bahwa tidak ada regukan yang lebih nikmat di luar sana.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Harga kopi di kafe tentu beda dengan harga kopi di warung, meski rasanya sama. Karena yang dibeli sebenarnya bukan semata-mata kopinya, melainkan suasananya. Karena itu mahalkanlah suasana rumah tanggamu. Buatlah berkualitas setiap waktu kebersamaanmu.
Berumah tangga itu ibarat ngopi.Jika engkau hanya mau manisnya saja, jangan ngopi, tapi minumlah sirup.Sirup adalah rasa manis yang dinikmati oleh mereka yang memutuskan pilihan hidup single. Tidak ada pilihan lain selain manis. Memang manis, tapi tentu saja tidak senikmat kopi.
Demikian pula jika engkau hanya menikmati sensasi pahitnya saja. Jangan ngopi, tapi minumlah jamu. Nah itulah jomblo, istilah bagi siapa yang belum menikah.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Para pengopi adalah orang-orang yang terlatih dalam menakar hidup. Istri pemasak airnya, suami baristanya, tahukan apa maksud barista? Itu adalah pekerjaan menyajikan kopi yang berbasis espresso kepada pelanggan . Kata barista merupakan bahasa Italia yang berarti pelayan bar . Tapi barista bukan hanya sekedar orang yang bertugas membuat kopi di kedai kopi tetapi lebih dari itu mereka adalah seniman. Karena sang barista ini mengukur seberapa besar suhu dan tekanan yang dibutuhkan untuk membuat espresso. Lalu jika ingin mencampurkan dengan susu sehingga dikenal dengan latte art. Sang barista yang tahu betul seberapa banyak takaran dan campuran yang diperlukan. Inilah seninya, yang juga dianalogikan dalam berumah tangga, antara suami sebagai sang barista dan istri yang memasak airnya.. Dibutuhkan kerja sama yang cermat mulai dari proses hingga hasil.
Orang-orang hanya boleh melihat asap yang mengepul dan aroma yang wangi, tanpa perlu tahu bagaimana berantakannya dapurmu.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Soal rasa yang utama. Nikmatnya ada di permukaan, ampasnya cukup engkau sembunyikan, jika perlu diendapkan hingga ke dasar terdalam gelasmu. Jangan engkau umbar pada siapapun bahkan ke orang-orang terdekatmu.
Jika rumah tanggamu ibarat kafe besar, tentu saja konyol membagi rahasia racikanmu.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Kadangkala ada pihak ke tiga yang mencampuri, otomatis menambah gurih, tapi bisa pula sebaliknya. Taruhlah seperti krimer atau susu. Jika krimer atau susunya kebanyakan, maka berpotensi mengurangi kenikmatan. Krimer itu bisa berwujud saudara atau ipar-ipar, sementara susu itu anggap saja mertua.
Campuran lain yang mematikan adalah sianida. Kalau yang ini sudah pasti mantan. Maka buanglah jauh-jauh. Pastikan gelasnya bersih sebelum menuang kopi yang baru.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Engkau tentu tidak sudi jika ada yang mencoba mengaduk kopi di gelas istrimu/suamimu. Tapi sebaiknya kembalikan juga pada dirimu, apa engkau yakin tidak pernah menikmati adukan kopi yang lain?
Demikianlah cemburu. Akarnya adalah ketidaknyamanan. Jangan sepelekan selingkuh-selingkuh kecil, karena ia adalah awal pengkhianatan terhadap kasih sayang.
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Jangan berharap kesempurnaan pada segelas kopi yang murahan. Jangan menuntut berlebihan, jika engkau sendiri main belakang. Engkau tanamkan pada istrimu/suamimu definisi setia, sementara engkau sibuk menjempol foto profil wanita/laki-laki lain di Facebook atau instagram. Tapi jika bersama, engkau bermanja-manja, oh my wife.. Oh my wife..atau oh my love…Tapi jika dia tidak ada, engkau berasyik masyuk dengan bigo live. Astaghfirullah.
Lalu kesetiaan mana yang engkau maksudkan?
Berumah tangga itu ibarat ngopi. Kebanyakan ngopi di kafe, niscaya akan membuatmu merasa hambar pada kopi di rumah. Kebanyakan urusan di luar, biasanya akan membuatmu tidak peka pada masalah internal yang ada dirumah sendiri.
Jika istrimu/suamimu bermuka masam, cari tahu jangan hanya diam. Mungkin ia lelah, mungkin pula engkau ada salah. Sekali-sekali, rengkuhlah ia dari belakang, belai rambutnya, dan bisikkan lembut di telinganya:
"Sayang…adakah yang bisa dibantu?
Happy family every day. Kopi boleh pahit, rumah tanggamu jangan…
Selamat Hari Keluarga Nasional-Juni 2020. (SZ)