Covid-19 dan Ekonomi

Covid-19 dan Ekonomi

Artikel () 29 April 2020 23:50:52 WIB


Semenjak ditemukan orang positif Covid-19 di Sumbar pada 26 Maret 2020 lalu, upaya pemerintah untuk mengajak masyarakat berdiam di rumah semakin gencar. Karena dengan berdiam di rumah bisa memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19. Namun tidak cukup dengan mengajak diam di rumah, pemerintah kemudian meminta masyarakat menggunakan masker ketika keluar rumah. 

Ajakan untuk berdiam di rumah cukup mendapat respons yang baik dari masyarakat. Ini terbukti dari sepinya jalan raya. Namun pasar masih ada yang buka. Sayangnya di pasar masih banyak yang tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak fisik dan sosial. 

Sejak diberlakukannya PSBB pada 22 April 2020 di mana sekolah diliburkan dan belajar di rumah, kantor-kantor diliburkan, rumah ibadah ditutup, semakin berdampak kepada kegiatan ekonomi. Mereka yang penghasilannya dari kegiatan harian mulai merasakan sepinya pembeli atau konsumen. Di antaranya ojek pangkalan, ojek online, sopir angkot, bendi, pedagang eceran atau pedagang kecil, dan lainnya. Namun ternyata akhirnya banyak berpengaruh juga kepada pelaku usaha kecil, menengah dan besar.  

PSBB dilakukan agar terputus mata rantai penyebaran Covid-19 sehingga tidak banyak orang menjadi korban. Namun dalam pelaksanaannya, tidak semudah yang dibayangkan. Mungkin pernyataan seorang presiden di negara lain bisa dijadikan semacam semangat. Ia mengatakan bahwa membangun kembali ekonomi bisa dilakukannya, tapi membangun kembali nyawa yang sudah mati tidak bisa ia lakukan. Oleh sebab itu, landasan penerapan PSBB adalah untuk menyelamatkan banyak nyawa agar tidak menjadi korban. 

Namun oleh sebagian masyarakat, dipahami keliru. Hal ini menyebabkan kerumunan kembali ramai. Dan tanpa menggunakan masker. Transmisi lokal kemudian kembali terjadi. Jumlah yang positif Covid-19 kembali bertambah. 

Masalah ekonomi memang penting. Namun nyawa jauh lebih penting. Di sini peran masyarakat sekitar lingkungan amat penting. Karena mereka yang tahu siapa yang kondisinya susah dan layak dibantu. Sehingga solidaritas sosial muncul.

Sementara itu, bantuan pemerintah untuk masyarakat yang terkena dampak perlu waktu karena prosesnya yang butuh waktu. Namun masyarakat seharusnya bisa menyiasati hal seperti ini dengan tetap menggunakan masker ketika keluar rumah jika memang masih ingin mencari nafkah tanpa melanggar aturan yang ada. 

Niat baik pemerintah membantu masyarakat yang terdampak penanganan Covid-19 perlu direspons masyarakat secara proporsional. Tidak perlu dengan emosi. Karena sudah melibatkan RT, RW yang merupakan struktur pemerintahan terbawah. Mereka, RT dan RW adalah orang yang mengenal masyarakat di lingkungannya. 

Semoga ada jalan keluar bagi masyarakat yang mengalami dampak ekonomi akibat penanganan Covid-19. (efs)

ilustrasi: shutterstock