Pasar Modal dan Ekonomi Modern
Artikel () 29 Juni 2018 21:19:41 WIB
Harian Kontan edisi 29 Juni dalam salah satu halamannya menulis berita dengan judul “Asing Net Sell Hampir Rp50 Triliun di BEI”. Hal ini menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok angkanya menjadi 5.667,32. Turun sebesar 2,08%. Dan sejak awal tahun IHSG sudah turun sebesar 10,83%.
Investor asing melakukan penjualan bersih di pasar modal sebesar 700 miliar rupiah. Jika ditotalkan year-to-date atau sejak awal tahun hingga kemarin tercatat sudah 49,79 triliun rupiah pihak asing melakukan net sell.
Salah satu sebab menurunnya IHSG adalah melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Apalagi di AS tengah dilakukan kebijakan kenaikan suku bunga. Sehingga wajar asing keluar dari Indonesia.
Sebenarnya perusahaan yang terdaftar di pasar modal masih cukup menarik bagi investor. Karena umumnya mereka mencatatkan pertumbuhan di rentang 16-20%.
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi hal ini? Salah satunya adalah memperbanyak jumlah investor domestic yang siap turun ke pasar modal. Selama ini pihak asing masih menguasai dengan kapitalisasi yang cukup besar. Sementara investor domestik sebagian masih sebagai investor ritel. Karena dana yang mereka miliki tidak besar. Di Sumbar tercatat sedikitnya pelaku ritel pasar modal sebesar 7000 orang yang berKTP Sumbar. Hal ini cukup membanggakan.
Salah hatu hal yang cukup membanggakan adalah market share dari pasar modal Syariah senilai 17% melebihi market share bank Syariah yang hanya sekitar 5%. Ini artinya di Syariah market meskipun bank Syariah belum menunjukkan kenaikan signifikan ternyata pasar modal Syariah lebih dilirik sehingga marketsharenya sudah 17%.
Mudah-mudahan ini semacam pertanda positif bahwa semakin banyak masyarakat yang ingin berpartisipasi di ekonomi Syariah langsung terjun ke pasar modal Syariah karena prospeknya menjanjikan. Dan ini merupakan bagian dari kehidupan ekonomi modern yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Tidak harus orang Islam yang masuk ke pasar modal Syariah, di luar orang Islam pun bisa masuk.
Jika pasar modal sudah semakin diminati oleh masyarakat, maka sedikit demi sedikit bisa mencegah terjadinya capital outflow yang dilakukan oleh pihak asing. Di samping itu, dengan banyaknya masyarakat yang terjun di pasar modal merupakan wujud nasionalisme di bidang ekonomi.
Selama ini ada kesan bahwa pasar modal itu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Padahal jika didalami lagi, justru pasar modal merupakan salah satu tempat untuk memiliki perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Sehingga justru merupakan bentuk kecintaan kepada bangsa dan negara. (efs)