Pusat Perbelanjaan Sepi

Pusat Perbelanjaan Sepi

Artikel () 12 Desember 2019 05:56:32 WIB


Tabloid Mingguan Kontan edisi 2-8 Desember 2019 dalam salah satu halamannya memuat tulisan dengan judul, “Pusat Perbelanjaan Ditinggal Sendirian”. Yang dimaksud dalam judul ini adalah beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta. 

Satu di antara pusat perbelanjaan di Jakarta yang sudah tidak banyak pengunjungnya adalah Plaza Semanggi. Padahal lokasinya terletak di dekat bundaran Semanggi, pertemuan antara Jalan Sudirman dan Jalan Gatot Subroto di Jakarta Pusat yang ramai dilalui kendaraan. 

Setelah ditutupnya Centro Department Store karena sedikitnya orang yang berbelanja di tempat tersebut, menyebabkan menurunnya jumlah pengunjung di Plaza Semanggi. Toko ponsel, elektronik dan pakaian lainnya pun ikut tutup pasca tutupnya Centro. 

Pada masa jayanya, Plaza Semanggi dikenal sangat ramai. Karena menjadi tujuan orang-orang kantor untuk berbelanja di situ, di antaranya untuk makan minum dan juga berbelanja. Mobil yang menggunakan jasa valley parking juga banyak, yang menyebabkan petugas valley parking kewalahan. 

Di Jakarta Barat, mal Grand Paragon yang berlokasi di Jalan Gajah Mada juga sepi pengunjung. Yang ramai hanyalah bioskop XxI yang ada di dalam mal tersebut. Di Jakarta Selatan, Poins Square Lebak Bulus juga sepi pengunjung. Pada masa jayanya, tempat ini juga cukup ramai. Namun setelah hengkangnya hypermarket Giant, jumlah pengunjung mulai berkurang. 

Pasar Raya Manggarai, Pasar Raya Blok M yang berlokasi di Jakarta Selatan juga mengalami sepi pengunjung. Demikian pula dengan mal Blok M dan Blok M Plaza yang juga sepi. 

Sepinya pengunjung mal atau pusat perbelanjaan, salah satunya disebabkan keterlambatan mengikuti tren yang ada atau lambat mengantisipasi perkembangan zaman. Selain itu, pergerakan bisnis berbasis digital yang kian bertumbuh tidak dijadikan bahan evaluasi untuk mengantisipasinya. 

Jika pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta dengan penduduk padat bisa sepi pengunjung, maka bisa diambil pelajaran bagi pusat perbelanjaan di daerah untuk mengantisipasi sepi pengunjung. Memang kondisi di Jakarta dan daerah tidak bisa disamakan. Selera konsumen di Jakarta juga belum tentu sama dengan selera konsumen di daerah. 

Tapi, bisa dijadikan pelajaran berharga bagi pusat perbelanjaan di daerah, atau secara khsusus para pelaku UKM di daerah.  Karena apa yang terjadi di Jakarta bisa saja akan terjadi juga di daerah. 

Satu hal yang harus diantisipasi adalah masalah perkembangan bisnis digital. Pelaku usaha di daerah harus mengambil pelajaran bahwa usaha mereka perlu dikembangkan juga ke arah bisnis digital agar bisa mendapatkan konsumen. Konsumen saat ini semakin banyak yang melakukan transaksi digital. Atau dengan kata lain, semacam bisnis online. 

Selain itu, harus mampu membaca tren yang ada. Saat ini pengunjung pusat perbelanjaan di Jakarta didominasi oleh orang yang ingin rileks atau nongkrong. Mereka butuh tempat yang nyaman untuk kulineran atau sekedar minum sambil santai. Bisa saja hal demikian akan terjadi di daerah. (efs)

Referensi: Tabloid Mingguan Kontan 2-8 Desember 2019

ilustrasi: shutterstock