Menagih Janji Wakil Rakyat
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 04 Desember 2019 14:48:53 WIB
Oleh Yal Aziz
Janji adalah utang. Untuk itu, pata anggota dewan yang mengumbar janji saat kampanye dulu, untuk merenungkan kembali tentang janji tersebut. Apalagi kalau yang dijanjikan tersebut merupakan kebutuhan hidup dalam kehidupan.
Seperti contoh janji tentang pemberian bibit gratis, alat tangkap ikan, bantuan usaha pertanian atau janji memberikan modal usaha. Yang jelas, apa yang telah dijanjikan haruslah ditepati, karena janji tersebut samahalnya dengan utang.
Kemudian, jangan sampai dikatakan rakyat, janji tinggal janji dan yang dijanjikan hanya tingal mimpi yang menyakitkan hati. Untuk itu, para anggota dewan harus intropeksi diri kembali dan beuatlah untuk membuat hati masyarakat senang dan tenang.
Yang tak kalah pentingnya, wakil rakyat haruslah merakyat dan peduli nasib rayat yang kehidupannya kian sekarat. Untuk itu kini, sebagai wakil rakyat harus berbuat secara cepat dan tepat. Tegasnya, anggota dewan harus merakyat dan tahu kesuitan rakyat yang hidup kian melarat.
Selain kepada anggota dewan yang terhormat, masyarakat pun berharap kepada para pimimpin, baik itu bubernur, bupati atau walikota. Yang jelas, harus turun ketangah masyarakat dan serap aspirasi rakyat dan perjuangkan rakyat tersebut.
Kemudian kepada pemerhati sosial dan LSM untuk turun kelapangan dan lakukan dialog dengan rakyat dan tokoh masyarakat. Tujunnya tentu, memperjuangkan nasib rakyat untuk kesejahteraan masyarakat.
Hal yang paling menjadi pemikiran anggota dewan yang terhormat, jangan sampai membeda-bedakan rakyat hanya karena pilihan. Kenapa? Karena jatuhnya pilian rakyat memang karena terkontaminasi dengan gagasan-gasan atau perencanaan saat kampanye.
Jika apa yang dijanjikan wakil rakyat saat kampanye dulu hanya mimpi dan untuk mengobok-obok rakyat, sungguh kasian rakyat yang terlanjur menjatuhkan pilihan kepada anggota dewan yang telah menikmati hasil pemilu dan jangan sampai janji-janji itu hanya mmpi.
Sehubungan ini untuk menyampaikan aspirasi sangat terbuka media sosial dan sampaikan dan ingatkan para pemmpin dan wakil rakyat tersebut, untuk mengingat kembali janji saat kampanye dulu.
Yang tak kalah pentingnya, jangan sampai membeda-beda rakyat secara kasat mata dan mengabaikan perhatian kepada rakyat hanya gara-gara tak memilihnya. Soalnya masalah pilihan rakyat tersebut, memang masalah proses dalam berdemokrasi yang kita anut saat ini.
Tanpa bermaksud mengguraui anggota dewan yang terhormat, untuk membuka lembaran saat kampanye dulu. Jika saat kampanye dulu telalu mengumbar janji, adakan dialog kembali dengan rakyat.
Kedepan tentu kita berharap kepada anggota dewan dan walikota, untuk tidak membeda-bedakan rakyat dalam menyalurkan dana bantuan. Soalnya, pilihan rakyat kepada anggota dewan tersebut, hanya karena proses demokrasi. (penulis wartawan tabloidbijak.com dan ketua smsi sumbar)