20 Tahun Reformasi

20 Tahun Reformasi

Artikel () 31 Mei 2018 10:57:31 WIB


Bulan Mei 2018 ini genap 20 tahun lalu terjadi reformasi. Diawali krisis moneter Asia pada 1997 , yaitu melemahnya mata uang negara Asia terhadap dolar AS, kemudian terjadi efek berantai hingga akhirnya terkena Indonesia yang ternyata rentan dalam pertahanan moneternya. Setelah terjadi krisis moneter di Indonesia diikuti krisis ekonomi yang menyebabkan kehidupan ekonomi masyarakat semakin sulit. 

IMF kemudian turun untuk membantu ekonomi Indonesia dengan paket ekonomi yang ketat, bahkan dianggap semakin melemahkan ekonomi Indonesia. Karena perubahan kondisi ekonomi yang drastis tersebut maka terjadi perubahan konstelasi politik sehingga terjadi gejolak politik yang menyebabkan Presiden Soeharto menurunkan tahtanya dan diserahkan kepada Wakil Presiden BJ Habibie. 

Pergantian kepemimpinan ini merupakan momentum reformasi yang berusaha memperbaiki kesalahan orde baru. Namun setelah 20 tahun, meskipun ada perkembangan positif tetap masih ada PR yang harus dituntaskan, karena jika tidak dilakukan akan terjadi kemunduran. Kondisi Indonesia berubah dari era orde baru ke era liberalisme, baik liberalisme politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lainnya. Meskipun secara sistem atau ketatanegaraan bukan liberalisme, tapi karena seperti baru keluar dari ruangan yang terkungkung, genetika sosial masyarakat menjadi cenderung liberal. 

Tapi setelah 20 tahun menikmati kebebasan, ternyata banyak yang perlu diperbaiki agar kehidupan masyarakat bisa lebih terarah. Selain itu, apa yang pernah ada di orde baru dirasa lebih baik, artinya tidak semua di masa orde baru itu buruk. Satu di antaranya adalah masalah keguyuban, kesantunan masyarakat, keseteiakawanan sosial yang cukup baik, di era reformasi mengalami pelemahan. Dulu tidak ada orang yang buang sampah dari mobilnya, sedangkan kini begitu mudah orang membuang sampah dari dalam mobil. Ini hanya salah satu contoh saja.  

Di luar masalah di atas, ada yang perlu perhatian serius, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, yaitu ekonomi. Sepuluh tahun setelah 1998 sempat terjadi krisis ekonomi global. Tapi Indonesia seperti tidak merasakannya. Sehingga ada yang menyebut akan terjadi siklus sepuluh tahunan yang akan menyerang perekonomian. 

Dan pada 2018 ternyata tidak terjadi apa yang disebut siklus sepuluhtahunan. Rupiah memang melemah terhadap dolar AS, tetapi secara umum ekonomi Indonesia masih berjalan baik. Inflasi terkendali, pertumbuhan ekonomi tetap ada, ketahanan pangan bisa diatur sedemikian rupa, ketersediaan energi juga bisa dijaga. 

Hanya saja, 2018 dan 2019 adalah tahun politik, sehingga ada semacam Tarik menarik antara ekonomi dan politik untuk saling melemahkan. Tapi sepertinya tahun 2018 tidak terjadi Tarik menarik antara ekonomi dan politik. Memisahkan ekonomi dengan politik, atau sebaliknya adalah penting. Karena dengan pemisahan ini pemerintah bisa fokus membenahi kedua hal tanpa saling Tarik menarik. 

Salah satu indikator dari perkembangan ekonomi pasca 20 tahun reformasi adalah indeks saham harga gabungan (IHSG) naik 2000%. Artinya terjadi kestabilan ekonomi di pasar modal. Pasar modal adalah cerminan bagaimana perusahaan yang go public dan menjalankan usahanya di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin baik. Sehingga sahamnya diminati oleh public, baik pihak asing maupun dalam negeri. 

Saat ini melemahnya rupiah terhadap dolar AS dianggap sebuah kondisi riil ekonomi sehingga dianggap tidak membahayakan ekonomi Indonesia. Berbeda dengan era 1997/1998 di mana rupiah harganya ditentukan pemerintah sehingga ketika rupiah melemah sangat kuat, memunculkan krisis ekonomi. Maka penerapan sistem mengambang bebas merupakan sebuah kebijakan yang tepat. 

Kemudian pada 2008 ekonomi global melemah dipicu kasus kredit property perumahan di Amerika Serikat. Di saat yang sama bank sentral AS menaikkan suku bunga sehingga masyarakat tidak berminat mengambil kredit. Dan di sisi lain terjadi kredit macet. Maka pada 2018 ini, yang merupakan momentum 20 tahun reformasi, kondisi riil ekonomi Indonesia meskipun bukan berada di puncak tetapi menunjukkan kondisi yang baik dan kondusif. Semoga ini bisa menjadi modal berharga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (efs)

Referensi: Harian Kontan, 21 Mei 2018

ilustrasi: freefoto.com