KEUTAMAAN SEPULUH AKHIR RAMADHAN

Artikel () 24 November 2016 10:01:17 WIB


KEUTAMAAN SEPULUH AKHIR RAMADHAN

Oleh : Zakiah

 

Ramadhan adalah bulan mulia, yang padanya Allah beri keutamaan berupa limpahan pahala dan banyaknya ampunan. Didalam kemuliaan yang hebat itu, ternyata Ramadhan menyimpan sesuatu yang lebih khusus lagi. Itulah hari-hari terakhir di penghujung bulan Ramadhan. Pada hari-hari terakhir inilah Rasulullah memberikan perlakuan khusus yang tidak beliau tunjukkan pada hari-hari lainnya. Seakan beliau ingin memberi sinyal kepada seluruh umatnya bahwa hari-hari terakhir Ramadhan ini, adalah waktunya beribadah ekstra maksimal. Gambaran ini terlihat dari hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha yang berkata:

 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beliau di hari lain”

(HR. Muslim no.1175)

 

Dalam riwayat lain, masih dari ‘Aisyah radhiallahu’anha dia berkata:

 

كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengikat kuat sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut, dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah)”

(HR. Bukhari no.2024, Muslim no.1174)

 

Hadits ini menunjukkan keseriusan Rasulullah dalam beribadah di sepuluh malam terakhir. Beliau mengencangkan sarungnya sebagai kiasan kalau beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjauhi istri-istri di malam hari untuk sementara waktu, demi menghidupkan malam untuk beribadah.

 

Inilah sinyalemen dari Rasulullah akan keutamaan hari-hari terakhir Ramadhan sebagai momen yang istimewa. Jika kita mengambil keutamaan ini, maka kita telah meniru sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus berkesempatan mendapatkan ganjaran besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Tidak sepantasnya kita meremehkan amalan yang satu ini. Yang hanya berjumlah 9 hari atau 10 hari dalam setahun. Sungguh sebuah kesempatan yang langka.

LAILATUL QADR

Keterangan diatas bersifat umum. Dikhususkan dengan adanya LAILATUL QADR di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Hal ini semakin menguatkan jika sepuluh akhir Ramadhan benar-benar keutamaan yang luar biasa, teramat istimewa. Diantara sepuluh malam terakhir itu, terselip satu malam yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan!!

 

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan”

(Al-Qadr: 2-3)

 

1000 bulan kira-kira sama dengan 83,3 tahun. Bersungguh-sungguh kita mengejar Lailatul Qadr dan banyak beribadah di malam itu, ganjarannya bisa lebih baik daripada kita beribadah selama 83 tahun! Sedangkan umur kita belum tentu sepanjang itu..

Bagaimana cara menghidupkan malam Lailatul Qadr?

 

Rasulullah bersabda:

 

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمُ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr karena keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”

(HR. al-Bukhari no.1901, 2014, Muslim no.760)

 

Rasulullah menganjurkannya dengan mengerjakan shalat malam, walaupun bisa pula dengan dzikir, berdo’a, atau membaca dan mempelajari Al-Qur’an (‘Aunul Ma’bud 4/176). Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam Lailatul Qadr berdasarkan hadits ini.

Kapan terjadinya malam Lailatul Qadr?

 

Ada beberapa riwayat yang menerangkan waktu datangnya malam Lailatu Qadr, diantaranya Rasulullah bersabda:

 

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadr di SEPULUH MALAM TERAKHIR dari bulan Ramadhan”

(HR. al-Bukhari no.2020, Muslim no.1169)

 

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ

“Carilah Lailatul Qadr pada TUJUH MALAM TERAKHIR”

(HR. Muslim no.1165)

 

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي

“Carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir. Jika diantara kalian ada yang merasa lemah (sulit), maka jangan sampai luput dari TUJUH MALAM TERAKHIR”

(HR. Muslim no.1165)

 

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadr pada MALAM GANJIL DI SEPULUH MALAM TERAKHIR dari bulan Ramadhan”

(HR. al-Bukhari no.2017, Muslim no.1165)

 

Hadits-hadits ini menunjukkan sepuluh malam terakhir adalah yang paling utama untuk kita berjaga-jaga dalam mencari Lailatul Qadr. Jika sulit, maka Rasulullah berpesan untuk mencarinya di tujuh malam terakhir. Jika ingin lebih spesifik lagi maka carilah di malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27 dan ke-29). Inilah petunjuk Rasulullah yang dapat menjadikan kita bersemangat dalam mencarinya.

 

Beberapa riwayat juga menunjukkan bahwa dugaan terkuat Lailatul Qadr adalah pada malam ke-27 (HR. Muslim no.762, Abu Daud no.1386). Namun tidak ada yang dapat memastikan karena Lailatul Qadr adalah rahasia Allah. Hendaknya kita meraup setiap malam dari sepuluh hari terakhir, agar tidak terluput dari Lailatul Qadr kapanpun datangnya. Dan sekaligus meniru perbuatan Rasulullah dalam mencarinya.

 

Asy-Syaikh Ibnu ’Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu (dapat) berpindah-pindah. Terkadang terjadi pada malam ke-27, dan terkadang terjadi pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang banyak jumlahnya tentang masalah ini”

 

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Adapun pengkhususan (memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai Lailatul Qadr, maka butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir Ramadhan itulah dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadr..”

[Fatawa Ramadhan hal.855-856, Adhwa-ul Bayan (9/35-36), Al-Lajnah Ad-Da’imah (4/228-229)]

 Apa yang dibaca ketika mendapati malam Lailatul Qadr?

 

‘Aisyah radhiallahu’anha pernah bertanya kepada Nabi:

 

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ

“Ya Rasulullah.. bagaimana menurutmu jika aku mengetahui malam  itu adalah malam Lailatul Qadr? Apa yang harus aku ucapkan?” Rasulullah bersabda: “Bacalah

 

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA  FA’FU ‘ANNIY

“Ya Allah.. sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Maaf, Engkau suka memaafkan (hamba), maka maafkanlah aku”

(HR. Ibnu Majah no.3850, at-Tirmidzi )

 

Perbanyaklah membaca do’a ini pada sepuluh malam  terakhir di bulan Ramadhan, agar kita bisa mendapatkan keutamaan Lailatul Qadr serta memperoleh ampunan dari Allah. Bumi pada malam itu akan dipenuhi oleh para Malaikat dan Lailatul Qadr bisa kita cari hingga terbit fajar. Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata:

 

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلكَ اللَّيْلَة أَكْثَرُ فِي الأرْضِ مِنْ عَدَد الْحَصَى

“Sesungguhnya (jumlah) malaikat yang ada di muka bumi pada malam itu, lebih banyak dari jumlah butiran kerikil”

(HR. Ahmad )

 

Dan Allah berfirman:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar”

(Al-Qadr: 5)

 Tanda-Tanda Lailatul Qadr

 

Tanda-tanda datangnya Lailatul Qadr bisa kita ketahui setelah malam itu berlalu. Akan muncul tanda di pagi harinya seperti yang dikatakan sahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu’anhu:

 

أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا

“Matahari terbit di pagi harinya tampak putih tanpa cahaya yang menyinari (redup, tidak panas)”

(HR. Muslim no.762)

 

Dan Rasulullah bersabda:

 

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul Qadr adalah malam yang penuh kelembutan. (Kondisinya) cerah, tidak panas, dan tidak dingin.  Matahari di pagi harinya menjadi nampak lemah (tidak bercahaya) dan berwarna kemerah-merahan”

 

Demikianlah, semoga keterangan ini bermanfaat untuk kita berburu keutamaan di sepuluh malam terakhir, yang insya Allah untuk tahun ini tanggal 21 Ramadhan akan jatuh pada hari Ahad 26 Juni 2016. Maka sepuluh malam terakhir akan dimulai sejak Sabtu malam, tanggal 25 Juni 2016 yang sekaligus menjadi malam ganjil pertama (malam ke-21). Waktunya dimulai dari setelah Isya hingga terbit fajar.

 

Sabtu, 25 juni = 20 Ramadhan

Ahad, 26 juni = 21 Ramadhan

 Mari kita bertekad untuk bersungguh-sungguh pada Ramadhan kali ini. Jangan sampai hal-hal yang bersifat duniawi mencegah kita atau melalaikan kita dari mencari Lailatul Qadr. Persiapkan keluarga kita, mari atur perjalanan mudik kita agar tetap bisa memaksimalkan malam-malam terkahir ini, mari atur hari-hari kita yang biasanya sibuk menjelang Idul Fithri. Jangan sampai kebahagiaan menyambut Idul Fithri justru mengubur kesempatan kita meraih Lailatul Qadr.

 

Wallahua’lamu bis Shawab