Konservasi Naskah Calau
Berita Utama ROMI ZULFI YANDRA, S.Kom(Dinas Kearsipan dan Perpustakaan) 22 Mei 2016 12:58:20 WIB
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Sijunjung bekerja sama dengan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat (BPA Sumbar) dan Minangkabau Corner Universitas Andalas dan Universiti Malaya Kuala Lumpur melakukan kegiatan konservasi seratusan naskah koleksi Surau Calau Sijunjung.
Menurut Darlias (Kepala Perpustakaan, Arsip dan dokumentasi Sijunjung), kegiataan ini dilaksanakan mulai hari ini (20/5) sampai lima hari ke depan. Menurutnya, kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin setiap tahun untuk penyelamatan naskah-naskah di Sijunjung.
Selaku kepala BPA Sumbar, Alwis sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini. Beliau mengharapkan kegiatan konservasi yang dilakukan ini dapat dijadikan model pelestarian dan penyelamatan naskah-naskah kuno di Sumatera Barat. Diketahui bahwa, naskah-naskah kuno di Sumatera Barat jumlahnya mencapai seribuan. Naskah-naskah tersebut tersebut tersebar dan dimiliki oleh masyarakat secara peribadi.
Surau yang terletak di Jorong Subarang Sukam, Kenagarian Muaro, Kabupaten Sijunjung ini memiliki koleksi seratus lebih naskah kuno. Dalam khazanah pernaskahan Minangkabau, Surau Calau merupakan surau yang istimewa, baik dalam hal jumlah koleksi maupun kandungan isi naskah-naskahnya. Dalam hal jumlah, koleksi naskah di surau ini merupakan koleksi terbesar bila dibandingkan dengan surau-surau lain di Sumatera Barat. Dalam hal isi, naskah-naskahnya mengandung teks yang beragam, seperti keagamaan, pengobatan tradisional, kesusastraan dan kesejarahan.
Adalah Syekh Abdul Wahab (w. 1869), seorang ulama yang berasal dari Tanjung Bonai Aur, yang merintis Surau Calau menjadi pusat kecendikiaan ulama-ulama Tarekat Syattariyah pada awal abad ke-19. Pada masanya, Syekh Abdul Wahab telah menjadi magnet bagi orang-orang dari penjuru negeri untuk datang dan belajar berbagai ilmu keagamaan di Surau Calau.
Menurut Pramono (Ketua Minangkabau Corner Universitas Andalas), dari naskah-naskah yang tersisa sekarang, membuktikan kepada kita bahwa pada masa lampau tradisi intelektual pernah tumbuh subur di Surau Calau. Baik jumlah dan keragaman teks juga memberi kesan bahwa surau tersebut tidak hanya menjadi tempat belajar Alquran dan hadits, tetapi juga tempat belajar tentang masalah adab dan sastra. Naskah-naskah itu merupakan tinggalan kebudayaan dari tradisi intelektual yang panjang; yang darinya dapat diungkap berbagai hal yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini.