PERAN VITAL ORANG TUA SIKAPI PENGARUH MEDIA MASSA

PERAN VITAL ORANG TUA SIKAPI PENGARUH MEDIA MASSA

Berita Utama Bagian Pemberitaan Biro Humas(Biro Humas Sekretariat Pemerintah Provinsi Sumatera Barat) 10 Maret 2016 16:57:09 WIB


Menyikapi banyaknya acara di media massa yang saat ini kurang cocok, terutama bagi anak-anak dan remaja, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno menyatakan peran orang tua sangatlah penting dalam hal tersebut, karena anak-anak dan remaja kebanyakan mendapat pengaruh media massa tentulah di rumah masing-masing melalui tontonan.

“Sekarang banyak orang tua yang kurang peduli dengan siaran yang di tonton oleh anak-anaknya”, sebutnya.

Lebih lanjut , IP menjelaskan bahwa efek yang ditimbulkan apabila anak-anak menonton sesuatu yang belum pantas bagi mereka adalah akan meniru atau dengan arti lain akan menjadi modal berperilaku dalam kesehariannya.

“Banyak anak-anak dalam keseharian menirukan sesuatu perilaku yang kurang baik ketika sesudah menonton sebuah film, seperti menirukan kekerasan atau kata-kata kasar” terangnya.

Bagi para remaja, efek yang ditimbulkan dari pengaruh media lebih kepada proses identifikasi diri, maksudnya, remaja lebih cenderung menirukan kebiasaan idolanya dalam berprilaku.

“Contohnya dalam berpakaian saja, banyak remaja kita yang meniru-meniru, padahal cara berpakaian tersebut bertentangan dengan agama dan adat istiadat kita, dan lebih parah lagi bahkan sampai memakai narkoba” ujarnya saat membuka acara literasi media Komisi Penyiaran Indonesia di Hotel Bumi Minang, Kamis (10/03/2016), dengan undangan peserta para akademisi, guru-guru, tokoh masyarakat, mahasiswa dan penggiat media. 

Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut, Irwan Prayitno meminta agar disekolah-sekolah juga dilaksanakan literasi media.

“Saya meminta agar nanti di sekolah-sekolah untuk mengadakan literasi media dengan mengundang orang tua murid, agar orang tua tau betapa pentingnya mendampingi, menjelaskan dan melarang anak-anak dan remaja dalam menonton sebuah siaran” ungkapnya.

Sementara itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai media saat ini sudah menjadi sarana industri sehingga berorientasi kepada laba atau profit. Sehingga pembuatan program dan tayangan tv tidak bermuatan edukasi akan tetapi lebih mengejar rating.

Ketua KPI Pusat, Judhariksawan mengatakan, banyak tayangan saat ini tidak lagi memperhatikan segmen anak-anak dan remaja dengan muatan edukatif. Namun, saat ini banyak siaran terutama tv swasta malah memetikngkan profit.

“Sehingga mereka membuat tayangan yang hanya bisa mendatangkan iklan tanpa memperhatikan muatan di dalamnya. Ini lah yang menjadi kekwatiran KPI saat ini,” katanya.

Meski demikian, pihak KPI terus melakukan pengawasan terhadap siaran-siaran yang dianggap tidak edukatif dan tidal layak konsumsi anak dan remaja. “KPI salama ini bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap siaran yang tidak layak. Dan juga telah memberikan teguran kepada media tersebut,” ungkapnya.

Namun kata Judhariksawan, KPI masih saja terbentur dengan belum adanya undang-undang yang dapat mengatur persentase tayangan yang seharusnya dimuat suatu media dalam setiap tayangannya. “Seperti pendidikan harus sekian persen, hiburan harus sekian persen dan unsur lainnya. Karena belum ada payung hukum yang jelas untuk hal tersebut,” tuturnya.

KPI sangat berharap ada aturan yang diterbitkan Komisi I di DPR RI untuk bisa mengeluarkan aturan ini, agar ke depan KPI bisa melakukan pengawasan lebih optimal lagi. “Kita sangat berharap ada yang mengatur hal ini,” tuturnya.

Terkait dengan pelanggaran kata Judhariksawa, pelanggaran yang sering ditegur KPI yaitu pada masalah kekerasan, pornografi dan eksploitasi anak. “Namun, tahun ini sudah agak berkurang dengan teguran dan pengawasan dari KPI,” ungkapnya.