PERANAN UPTD BMP-TPH DALAM MEKANISASI PERTANIAN *

PERANAN UPTD BMP-TPH DALAM MEKANISASI PERTANIAN *

Pertanian RASMUNALDI, ST(Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan) 16 Januari 2016 04:26:26 WIB


Sebagaimana diketahui, pertanian adalah sektor vital dalam kehidupan dan ekonomi suatu negara. Dengan pertanian yang baik maka negara tersebut akan jauh dari kelaparan dan kemiskinan. Indonesia adalah negara berbasis agraris, dengan alam yang subur dan produktif. Hanya dibutuhkan penanganan, sarana dan prasarana yang tepat untuk menjadikan pertanian di Indonesia berkembang.

Namun yang terjadi adalah pertanian tidak dijadikan sektor utama oleh pemerintah, bahkan masyarakat petani itu sendiri. Pemikiran yang berkembang adalah petani adalah profesi yang lekat dengan kerja keras, namun jauh dari makmur. Didorong oleh hal tersebut, banyak petani yang menganjurkan keturunannya untuk mencari profesi lain dan tidak melanjutkan pertanian yang telah dirintisnya. Sehingga makin lama tenaga pertanian di Indonesia makin berkurang, ditambah lagi semakin berkurangnya lahan pertanian yang banyak dialihfungsikan ke sektor lain. Akhirnya yang terjadi adalah menurunnya produktivitas pertanian dan meningkatnya pengangguran.

Banyaknya tenaga muda produktif yang menganggur sangat buruk bagi perekonomian negara. Tenaga muda tersebut tidak tertarik dengan pertanian konvensional yang menguras tenaga. Pertanian dan tenaga muda membutuhkan pembaharuan, dan disinilah peran penting Mekanisasi Pertanian.

Mekanisasi pertanian adalah penggunaan alat untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian yang bertujuan untuk : a) mengurangi kejenuhan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia, b) mengurangi kerusakan produksi pertanian, c) menurunkan ongkos produksi, d) menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi, e) meningkatkan taraf hidup petani, f) memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian (alsintan) tepat dan benar.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BMP-TPH) Dinas Pertanian Tanaman Pangan (Diperta) Propinsi Sumatera Barat disini berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut. Mulai tahun 2013 UPTD BMP-TPH telah melakukan survey lapangan dan pemetaan penyebaran alsintan di Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Hal ini dilakukan guna mengetahui apakah sebaran alsintan di suatu wilayah sesuai dengan luas lahan dan kondisi wilayah tersebut, sehingga pemanfaatan alsintan menjadi optimal. Kemudian dari hasil survey tersebut, bantuan alsintan yang diadakan oleh pemerintah propinsi maupun pusat dapat dikendalikan. Jika selama ini bantuan diberikan tanpa adanya survey kebutuhan dan lahan, yang kadang mengakibatkan tidak terpakainya alsintan, maka sekarang tidaklah demikian. Bantuan akan diberikan sesuai dengan kebutuhan petani dan luasan lahan petani. Karena tidak akan optimal penggunaan alat jika luasan lahan yang ada tidak mampu mengimbangi kapasitas alat.

Selain itu UPTD BMP-TPH juga melaksanakan demonstrasi penggunaan alsintan dan kegiatan operasional bengkel keliling. Demonstrasi dilakukan untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan alsintan yang masih baru kepada petani, seperti alat penanam padi (rice transplanter), mesin panen (combine harvester), mesin pemipil jagung (corn sheller) dan mesin perontok padi (power thresher). Kebanyakan masyarakat masih mempergunakan cara tradisional dalam kegiatan produksi pertanian. Karenanya membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu yang lama, sehingga tidak efektif dan efisien. Dengan diadakan demonstrasi penggunaan alsintan ini diharapkan para petani tertarik memakai alsintan tersebut, dan pengadaan bantuan alsintan yang dilakukan pemerintah dapat dimanfaatkan secara optimal.

Tahun 2015, UPTD BMP-TPH telah melakukan 12 kali demonstrasi penggunaan alsintan di beberapa Kabupaten di Sumbar. Pada umumnya masyarakat antusias dengan adanya pelaksanaan demonstrasi ini, terutama pada alat penanam padi yang mana tahun ini beberapa Kabupaten telah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Dengan cara tradisional dibutuhkan 30 orang tenaga kerja untuk menanam padi pada 1 hektar sawah per hari, dengan alat ini hanya dibutuhkan waktu 5-6 jam. Diperkenalkan juga cara pembuatan bedengan benih yang lebih menguntungkan dari segi finansial dan efisiensi waktu.

Tahun 2015, Kegiatan Operasional Bengkel Keliling UPTD BMP-TPH juga telah melaksanakan kunjungan ke Kabupaten/Kota di Sumbar. Kebutuhan akan bengkel alsintan di beberapa Kabupaten/Kota belum terpenuhi, yang mengakibatkan jika ada alsintan rusak maka operator/petani hanya membiarkan alat tersebut tidak beroperasi. Disinilah peranan bengkel keliling, menjangkau daerah-daerah yang tidak tersedia jasa perbaikan alsintan.

Maka, masyarakat petani dibantu oleh UPTD BMP-TPH bersama mewujudkan pertanian modern di Sumatera Barat, sehingga tercipta swasembada pangan yang telah diprogramkan pemerintah, yang akan menunjang kesejahteraan hidup petani. Petani makmur, ekonomi kuat.

* oleh Ir. Jamalus, M.Si