MAU JADI ORANG HEBAT, MEMBACALAH!
Berita Utama ROMI ZULFI YANDRA, S.Kom(Dinas Kearsipan dan Perpustakaan) 09 September 2015 10:59:17 WIB
Minangkabau dulunya terkenal dengan kaum intelektual, karena budaya baca orang dimasa lalu sangat tinggi.Hingga lahir, banyak orang hebat dari Sumatera Barat. Sebut saja Buya Hamka, Muhammad Hatta dan lain sebagainya.Kesuksesan mereka tidak lepas dari budaya membaca. Namun seiring berjalannya waktu, budaya baca yang dulunya tinggi kini menurun karena beberapa faktor. Mulai dari keterbatasan fasilitas. Seperti di Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Apalagi ketika gempa 2009. gedung Perpustakan Provinsi turut runtuh digoyang gempa.
“Dulu Minangkabau sangat terkenal sebagai daerah literatur. Karena budaya orang Minang dulunya suka mendongeng. Budaya ini yang kini telah hilang,” kata Ketua Dewan Perpustakaan Sumbar, Januarisdi, dalam pertemuannya dengan jajaran unsur perpustakaan bersama Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, Alwis di kantor.
Menurutnya, kearifan lokal Minangkabau yang dulunya suka mendongeng kini malah dipakai oleh bangsa luar. Seperti bangsa barat, Jepang dan Thailand. Negara-negara itu saat ini berkembang maju pesat, karena budaya dongeng yang membawa minat baca masyarakat di negara tersebut menjadi tinggi.
“Dulunya yang membawa literasi Minagkabau jadi dominan, karena kita punya budaya mendongeng. Sehingga anak-anak di masa itu akrab sekali dengan,” terang Januarisdi. Berdasarkan penelitian sejumlah ahli, seperti ahli psikologi, pendidikan dini, dongeng sangat berpengaruh besar pada budaya baca seseorang. Kesimpulan penelitian membuktikan anak-anak yang terbiasa mendengar dongeng di masa kecilnya akan menjadi pembaca ulung ketika dia besar.
“Kebiasaan inilah yang kami apungkan pada DPRD Sumbar. Meskipun pemerintah Sumbar, harus menghidupkan kembali budaya tersebut,” kata dia.
Pengelolaan budaya mendongeng bisa dikelola instansi terkait yang ada di daerah ini. Seperti oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata atau dinas lain. Yang jelas pemerintah provinsi, harus memikirkan kembali untuk menghidupkan tradisi mendongeng tersebut.
Apalagi perkembangan terkini, PAUD menjadi perhatian semua orang. Di kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah menjadi-jadi Dirjen PAUD. Itu pertanda pemerintah pusat serius memperhatikan PAUD. Karena itu Pemprov diharapkan tidak kehilangan moment tersebut, tentunya dengan menghidupkan kembali tradisi mendongeng tadi.
Sekretaris Dewan Perpustakaan Sumbar, Pranomo mengatakan sejarah mencatat dengan jelas, kalau Minangkabau dulunya pusat intelektual dengan beragam kazanah yang terkenal di nusantara. Tapi kekayaan yang ada tidak dikelola dengan baik.
“ Buktinya kalau ingin melihat dan membaca karya Hamka kita harus ke luar negeri. Seperti Singgapura,Malaysia. Padahal semestinya itu semua karya orang hebat asal Minangkabau harus tersedia di perpustakaan daerah. Kondisi itu mengharuskan masyarakat harus mencari data tentang sejarah Minangkabau ke luar Sumbar,” jelas Pranomo.
Disebutkannya, hingga saat ini kebudayaan Minagkabau masih menjadi sesuatu yang “seksi” oleh masyarakat dalam dan luar negeri. Karena itu kebudayaan Minangkabau terus dijadikan objek penelitian.
“Ke depan, pustaka tidak hanya wahana tempat membaca tapi destinasi wisata baru. Yaitu wisata intelektual,” papar dia.
Jika data yang tersedia lengkap, maka masyarakat yang datang dengan gampang mencari data-data yang berkaitan dengan Minangkabau. Sehingga potensi Minagkabau yang dulunya sebagai industri otak bisa terwujud kembali.
Sebab satu-satunya sumber keilmu terletak pada buku. Itu yang dilakukan orang-orang hebat asal Minangkabau. Seperti Hamka, Hatta,Sutan Iskandar dan tokoh nasional lain. Mereka semua dekat denag buku.
“ Maka jika pustaka lengkap, tempatnya nyaman tidak ada alasan bagi masyarakat kta untuk tidak membaca,” terang Pranomo lebih jauh
Naskah Kuno Harus Dikumpulkan
Selain membangkitkan kembali budaya baca masyarakat melalui budaya mendongeng, pemerintah provinsi juga harus mengumpulkan kembali ribuan naskah kuno yang berada di tangan masyarakat. Sebab di dalam naskah kuno itu terdapat catatan sejarah yang punya arti penting bagi kemajuan bangsa di masa sekarang dan akan datang.
“Naskah kuno yang tercerai berai di masyarakat harus segera dikumpulkan. Ini menjadi tanggung jawab pemimpin Sumbar saat ini. Sebab didalam naskah kuno itu terdapat pesan-pesan orang terdahulu yang harus dilanjutkan generasi sekarang,” terang Pranomo.
Dikatakannya, saat ini diperlukan political will atau kemauan politik dari pemerintah untuk melahirkan kebijakan dalam melestarikan dan mengembangkan teks klasik Minagkabau. Dengan begitu mudah dipahami dan dimengerti generasi sekarang. Sebab banyak ilmu yang tersimpan dalam naskah kuno.
Sementara, dalam rangka mengumpulkan naskah kuno yang tercerai-berai maka Dewan Perpustakaan berencana akan mengambil alih kembali naskah tersebut dalam bentuk digital. Sebab pemeliharaan naskah kuno dalam bentuk fisik membutuhkan dana yang cukup besar.
“Bangsa yang maju, negara yang peduli dengan arsip perjalanan bangsa di mas lalu. Kekayaan intelektual, arsip, kalau diabai berarti itu bukan negara yang maju.
Sebab sejarah peradapan itu akan berulang. Makanya jika ingin Minangkabau jadi gudang intelektual seperti dulu, mari kita baca lagi sejarah di masa lalu,” ujar Pranomo, didampingi anggota dewan Perpustakaan Sumbar lainnya, seperti Dasril, Arwendria dan Ismon.
Menurut mereka, dua aspek di atas, yakni menghidupkankembali kearifan lokal Minangkabau mendongeng yang membawa minat baca tinggi dan mengumpulkan naskah kuno di masyarakat adalah pekerjaan pemerintah Sumbar sekarang.
“Tidak ada kata tidak untuk masalah ini. Kita jangan melempar siapa yang harus bertanggung jawab tapi ini tanggung jawab kita semua bersama pemerintah,” ujar Dasril.
Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatra Barat, Alwis tidak menampik selama ini instansi yang dipimpinnya seiring dipandang sebelah mata oleh sejumlah pihak.
Padahal arsip dan perpustakaan dua hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan di masa lalu dan akan datang.
Sementara, hasil dari pertemuan Dewan Perpustakaan Dan Komisi V DPRD akan dibawa dalam rapat komisi V dan rapat DPRD. Karena pentingnya dua aspek yang diapungkan Dewan Perpustakaan tersebut.
Kalau mau jadi orang hebat, maka perbanyaklah membaca. (sumber Harian Singgalang, Kamis 3 September 2015)