LINDUNGI IBU DAN BAYI DENGAN IMUNISASI

Berita Utama Indra, S.Kom(Dinas Kesehatan) 16 Januari 2015 00:37:56 WIB


Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, masih ditemukan tantangan besar dalam pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Mengutip data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini berarti di Indonesia, ditemukan kurang lebih 44 orang ibu meninggal dan 440 bayi yang meninggal setiap harinya.
 
Merujuk pada penyebab kematian ibu, penyebab langsung terbanyak kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan hipertensi dalam kehamilan; penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), Asfiksia, Diare, dan Pneumonia, serta beberapa penyakit infeksi lainnya,  dimana penyakit infeksi tersebut dapat dicegah dengan imunisasi.
 
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan beberapa alasan anak tidak diimunisasi antara lain karena takut anaknya panas, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, kesibukan orang tua, seringnya anak sakit, dan tidak tahu tempat imunisasi, ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), pada pembukaan kegiatan Workshop Peningkatan Kesehatan Ibu dan Imunisasi di Jakarta, Rabu malam (17/12).
 
Sebenarnya, terdapat peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap dari 89% pada  2010 menjadi  90% pada 2013. Capaian Universal Child Immunization (UCI) atau desa yang 100% cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi juga meningkat dari 75,3% pada 2010 menjadi 82% pada 2013. Namun, target yang ditetapkan belum tercapai, yaitu 95% pada 2013.
 
Ini menyebabkan banyaknya kantong-kantong imunisasi yang berisiko menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), terang Menkes.
 
Pada kesempatan tersebut, Menkes menyatakan masalah kesehatan ibu dan bayi sangat kompleks. Faktor yang berkontribusi besar dalam meningkatkan risiko kematian ibu dikenal dengan istilah 4 Terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, dan terlalu banyak anak. Faktor keterlambatan juga berpengaruh, yakni terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan, terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan, serta terlambat mendapatkan pertolongan.

Upaya Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
 
Pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat terus berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas seperti yang tercantum di dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PP AKI) 2013-2015. Program utama yang dilaksanakan diantaranya: 1) Menempatkan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualitas sesuai standar; 2) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar; 3) Menjamin terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi melalui  penyediaan pelayanan PONED dan PONEK 24 jam 7 hari; 4) Memobilisasi masyarakat untuk pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K); 5) Penjaminan dukungan Pemda terhadap regulasi yang mendukung pelaksanaan program kesehatan; serta 6) Peningkatan kemitraan dengan lintas sektor dan swasta, hal ini didukung dengan penguatan sistem pembiayaan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
 
Pemecahan masalah kesehatan ibu dan bayi ada dalam suatu rangkaian upaya kesehatan berkelanjutan yang dikenal sebagai continuum of care mulai dari hulu sampai ke hilir yaitu sebelum masa hamil, masa kehamilan, persalinan dan nifas. Adapun upaya di hulu antara lain: 1) meningkatkan status gizi perempuan dan remaja; 2) meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja; 3) meningkatkan konseling meliputi pranikah untuk calon pengantin, KB, Gizi dan imunisasi; serta 4) meningkatkan peran aktif suami, keluarga, tokoh agama, tokoh adat, kader dan masyarakat, misalnya kemitraan bidan dan dukun.

Imunisasi Murah dan Efektif
 
Imunisasi lengkap dapat melindungi anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Orang tua diharapkan melengkapi imunisasi anak mereka agar seluruh anak Indonesia terbebas dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah lewat imunisasi. Imunisasi melindungi anak-anak dari beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan kematian. Lebih lanjut, imunisasi tidak membutuhkan biaya besar, bahkan di Posyandu anak-anak mendapatkan imunisasi secara gratis.
 
Ada lima (5) jenis imunisasi yang diberikan secara gratis di Posyandu, yang terdiri dari imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HIB, serta campak. Semua jenis vaksin ini harus diberikan secara lengkap sebelum anak berusia 1 tahun diikuti dengan imunisasi lanjutan pada Batita dan Anak Usia Sekolah. Tahun 2013 pemerintah telah menambahkan Vaksin HIB (Haemophilus Influenza Tipe B), yang digabungkan dengan vaksin DPT-HB menjadi DPT-HB-Hib yang disebut vaksin pentavalen.
1.  Vaksin Hepatitis B diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah penularan Hepatitis B dari ibu ke anak pada proses kelahiran. Hepatitis B dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
2.  Vaksin BCG diberikan satu kali pada usia 1 bulan guna mencegah kuman tuberkulosis menyerang paru, dan selaput radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan
3.  Vaksin Polio diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu.
4.  Vaksin Campak diberikan dua kali pada usia 9 bulan dan 24 bulan  untuk mencegah penyakit campak berat yang dapat mengakibatkan radang   paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.
5.  Vaksin DPT-HB-HIB diberikan 4 kali, pada usia 2, 3, 4 dan 18 bulan guna mencegah 6 penyakit, yaitu: Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang otak). Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (Pneumonia). Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot menjadi kaku, sulit bergerak dan sulit bernafas. Kuman Haemophilus Influenza tipe B dapat menyebabkan Pneumonia  dan Meningitis.
 
Workshop Lindungi Ibu dan Bayi dengan Imunisasi
 
Dalam laporannya, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menuturkan bahwa kegiatan Workshop Peningkatan Kesehatan Ibu dan Imunisasi merupakan salah satu bagian dari rangkaian Kampanye Peduli Kesehatan Ibu yang diawali pada tanggal 21 April 2014 dengan mengambil momentum peringatan Hari Kartini sebagai titik awal, dan diakhiri pada Hari Ibu tanggal 22 Desember 2014 yang kegiatannya akan terus berlanjut.
 
Workshop ini diharapkan dapat memberikan gambaran realita di lapangan, khususnya pengalaman keberhasilan dalam meningkatkan akses dan kulitas pelayanan KIA dan imunisasi, ujar dr. Anung.
 
Dalam rangkaian workshop tersebut, dilakukan pula pemutaran film pelayanan KIA dan Imunisasi, panel diskusi yang membahas mengenai Kesehatan Ibu dan Imunisasi Ditinjau dari Sudut Pandang Agama dan Budaya, talkshow, pemberian tanda ucapan terima kasih kepada pelaku yang menunjukkan komitmennya dalam Peningkatan Pelayanan KIA dan Imunisasi. Dalam workshop yang terselenggara atas kerjasama Kemenkes RI bersama Health System Strengthening GAVI Alliance dilaksanakan juga mini university untuk mensosialisasikan program Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH) yang telah dilakukan di 14 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur.  Dalam program GAVI HSS, yang mempunyai indikator persalinan oleh tenaga kesehatan, diharapkan akan mendukung dan menjamin kontinuitas imunisasi kepada bayinya. Cakupan imunisasi dan pelayanan KIA memiliki sasaran yang sama, sehingga melalui penguatan program KIA diharapkan cakupan imunisasi juga akan meningkat.