SUSEMI : BIAYA BATANAM BERKURANG PENDAPATAN KAMI BERTAMBAH

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 22 September 2014 08:59:00 WIB


Dulu mengenal ilmu bertani hanya secara turun temurun saja. Seperti yang sudah-sudah. Kalau ada hama ya disemprot pakai racun pestisida. Sekarang racun tak laku lagi, karena PHT mengajari kami cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman dengan cara ramah lingkungan.. Dulu memakai pupuk urea. Putus pupuk di pasaran. Atau harga pupuk mahal, kami panik !

 

            Ia menyeka keringatnya. Matahari siang itu sangat panas. Ia sibuk mengairi air di ladangnya yang tersekat di musim kemarau ini. Tak tampak ada garut keputusasaan di wajahnya. Susemi yang kini berusia 38 tahun itu tetap tampak bugas dan sehat. Bahkan, sepintas ia seperti berusia 40 tahun. Kuat dan tegar.

            Susemi ibu beranak 3 ini memang dikenal sebagai petani yang gigih dan ulet. Anaknya yang paling besar, baru tahun kemarin tamat UNP jurusan teknik Otomotif. Yang nomor dua sudah SMA dan si bungsu duduk di bangku SMP.

            Susemi petani Jorong Nagarigadang kenagarian Sariklaweh kecamatan Akabiluru Kabupaten 50 Kota ini tergabung dalam kelompok Tani Bungo Lado. Ia mengikuti SLPHT pada tahun 2009. Lahan pribadi yang ia garap adalah sebanyak 1 hektar.

            “ Dulu mengenal ilmu bertani hanya secara turun temurun saja. Seperti yang sudah-sudah. Kalau ada hama ya disemprot pakai racun pestisida. Sekarang racun tak laku lagi, karena PHT mengajari kami cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Dulu memakai pupuk urea. Putus pupuk di pasaran. Atau harga pupuk mahal, kami panik. Sekarang tidak begitu, karena pupouk rea tidak kami pakai lagi. Kami memakai pupuk organik yang diolah sendiri, antara lain pupuk kandang atau kompos jerami. Dan itu sangat membantu kami. Kami tak lagi membeli racun pestisida dan pupuk urea. Itu yang membuat berkurangnya biaya produksi. Dengan kurangnya biaya produksi, tentu penghasilan kami meningkat. Dan dengan rancak tanaman tumbu, produksi juga naik, seriring dengan itu, pitih pun bertambah. Kami tak lagi merasa berkekurangan dalam kehidupan ekonomi”, kata Susemi.

            “ Hama yang paling banyak menyerang padi kami adalah kapindiang. Bila dulu kapindiang disemprot dengan racun pestisida, sekarang tidak begitu lagi. Kapindiang kami semprot dengan minyak tanah dicampur air. Begitu juga dengan hama ulek daun. (Pinto Janir)