TIDAK MUDAH UNTUK IKHLAS DALAM BERAMAL

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 19 Juni 2020 12:13:03 WIB


TIDAK MUDAH UNTUK IKHLAS DALAM BERAMAL

            Pernahkah anda terpaksa melakukan sesuatu , yang sebenarnya tidak ingin  dilakukan padahal itu baik bagi kita pribadi, walau kadangkala kebaikan itu tidak langsung diperoleh. Seperti para medis  yang saat ini , karena sedang pandemi covid-19 yang mewabah, terpaksa memakai APD yang pengap dan kepanasan penuh keringat, juga jauh dari keluarga, untuk menjaga jarak agar tidak tertular virus. Keikhlasan beliau-beliau ini, sungguh sangat kita pujikan, dan tidak terhingga besar amalan yang kita rasa tidak sanggup menanggungnya. Bahkan ada yang sampai wafat dalam menunaikan tugas. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un...teriring do’a semoga beliau-beliau ini husnul khotimah dan ditempatkan Allah SWT kelak di Syurga-Nya.Aamiin YRA.

            Memang tidak mudah untuk ikhlas dalam ber’amal. Banyak ujian dan tekanan perasaan kadang bila kita tidak kuat iman. Contohnya saja amalan bersedekah dikala sempit, apalagi jika uang ditangan hanya cukup untuk makan hari ini, besok belum tahu apakah akan ada rezki yang dapat dimakan. Padahal sedekah di waktu kita sedang tidak berpunya ini lebih tinggi nilainya jika kita ikhlas karena Allah SWT, dibandingkan sedekah orang kaya yang berlimpah kekayaannya, sehingga ketika dia mengeluarkan sedekah 1 (satu) juta ibarat hanya menjentikkan ujung kelingkingnya saja, tidak mengurangi sedikitpun harta yang disimpan di Bank.

            Membaca kisah berikut ini tentang orang-orang yang ikhlas dalam ber’amal, sungguh menyejukkan hati, dan memotivasi diri, akankah sanggup mentauladani.

Berkata Imam Muhammad bin Wasi' al-Azdi rahimahullah, 

لَقَدْ أَدْرَكْتُ رِجَالًا كَانَ الرَّجُلُ يَكُونُ رَأْسُهُ وَرَأْسُ امْرَأَتِهِ عَلَى وِسَادٍ وَاحِدٍ قَدْ بَلَّ مَا تَحْتَ خَدِّهِ مِنْ دُمُوعِهِ لَا تَشْعُرُ بِهِ امْرَأَتُهُ، وَاللَّهِ لَقَدْ أَدْرَكْتُ رِجَالًا كَانَ أَحَدُهُمْ يَقُومُ فِي الصَّفِّ فَتَسِيلُ دُمُوعُهُ عَلَى خَدِّهِ لَا يَشْعُرُ الَّذِي إِلَى جَنْبِهِ

"Sesungguhnya saya mendapati orang-orang yang kepalanya dengan kepala istrinya berada di satu bantal, basah pipinya karena air mata tanpa diketahui oleh istrinya. Dan demi Allah, saya mendapati orang-orang yang salah satu dari mereka berada di shaf shalat dalam keadaan bercucuran air matanya di pipi tanpa disadari oleh orang yang di sampingnya." (Al-Ikhlas oleh Ibnu Abid Dunya, hlm. 61)

Dalam Tahdzib al-Kamal (XX/392), tentang salah satu ibadah yang disembunyikan oleh Imam Ali bin al-Husain, yang dikenal dengan gelar Zainul Abidin.

Abu Hamzah ats-Tsimali berkata, 

أن علي بن الحسين كان يحمل الخبز بالليل على ظهره يتتبع به المساكين في ظلمة الليل

"Di malam hari, Ali bin al-Husain memiliki kebiasaan memikul banyak roti (dalam karung) di pundaknya, beliau bagi-bagikan kepada orang-orang miskin di tengah pekatnya malam."

Dan semua pemberian tersebut, beliau letakkan secara diam-diam, kata Muhammad bin Ishaq, 

كان ناس من أهل المدينة يعيشون لا يدرون من أين كان معاشهم، فلما مات علي بن الحسين فقدوا ما كانوا يؤتون به بالليل.

“Orang-orang miskin di kota Madinah pernah hidup mendapatkan pemberian tanpa mereka mengetahui siapa orang yang selalu berbuat baik tersebut. Ketika Ali bin al-Husain meninggal, mereka tidak lagi mendapatkan sedekah yang biasa mereka dapat pada tiap malam.”

Ya, baru ketika meninggalnya beliau orang-orang miskin tersebut menyadari bahwa ternyata Zainul Abidin yang selama ini bersedekah kepada mereka. 

Amr bin Tsabit mengisahkan, 

لما مات علي بن الحسين وجدوا بظهره أثرا، فسألوا عنه، فقالوا: هذا مما كان ينقل الجرب بالليل على ظهره إلى منازل الأرامل

“Ketika Ali bin al-Husain meninggal dunia, orang-orang menemukan sebuah bekas di pundaknya, sebagian mereka bertanya kepada yang lain tentang penyebab bekas tersebut, lalu ada yang menjelaskan, 'Itu karena seringnya beliau memikul karung dari kulit pada malam hari ke rumah-rumah orang-orang susah.'.”

Bahkan, selama hidup beliau dikira sebagai orang yang kikir, tak diduga oleh mereka, bahwa nyatanya Ali bin al-Husain sesosok figur yang namanya tercatat oleh sejarah, sebagai pribadi yang memberikan contoh teladan dalam menyembunyikan sedekah. 

Syaibah bin Nu'amah menceritakan, 

كان علي بن الحسين يبخل، فلما مات وجدوه يعول مئة أهل بيت بالمدينة.

“Semasa hidupnya, Ali bin al-Husain (terlihat) jarang berbagi, di saat beliau meninggal dunia, baru diketahui bahwa ternyata beliau menjamin nafkah seratus keluarga di Madinah.”

Berpuasa sunnah dalam keadaan tidak pernah diketahui oleh keluarganya sendiri. 

Dalam biografi Al-Hafizh Dawud bin Abi Hind (Siyar A'lam an-Nubala', VI/378), adz-Dzahabi membawakan, dari Ibnu Abi Adi, 

صَامَ دَاوُدُ بنُ أَبِي هِنْدٍ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً، لاَ يَعْلَمُ بِهِ أَهْلُه. كَانَ خَزَّازاً، يَحْمِلُ مَعَهُ غَدَاءهُ، فَيَتصدَّقُ بِهِ فِي الطَّرِيقِ

"Dawud bin Abi Hind menjalani puasa sunnah selama empat puluh tahun tanpa diketahui sama sekali oleh keluarganya. Berprofesi sebagai pedagang kain, tiap pagi beliau berangkat ke tokonya dengan membawa bekal makanan, di tengah perjalanan beliau menyedekahkannya." 

Tulisan ini sekedar berbagi untuk sama-sama memotivasi agar kita dapat mudah ikhlas dalam ber’amal karena Allah SWT. Wallahu a’lam.(SZ)