BU NEVI SELALU BERSEMANGAT MEMBINA PKK

BU NEVI SELALU BERSEMANGAT MEMBINA PKK

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 04 Maret 2020 16:55:57 WIB


“SELALU BERSEMANGAT MEMBINA PKK SELARAS DENGAN PROGRAM PEMERINTAH”

Periode kedua masa pengabdian Ibu Nevi – panggilan akrabnya – selaku Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatera Barat, selalu bersemangat dalam menggerakkan 10 Program Pokok PKK dan meningkatkan kinerjanya selaras dengan program Pemerintah. Sebagai istri yang penuh dedikasi, Ibu Nevi setia mendampingi Bapak Prof.Dr. H.Irwan Prayitno, Psi.MSc Datuk Bandaro Basa yang menjadi Gubernur Provinsi Sumatera Barat periode 2010-2015 dan periode 2016-2021.Berbagai dinamika permasalahan menjadi tantangan dan peluang dalam mencari solusinya. Beliau rajin dalam membina dan mengunjungi masyarakat di 19 (sembilan belas) Kabupaten/Kota se-Sumatera Barat. Kader PKK tidak hanya dibekali wawasan pengetahuan melalui 10 Program Pokok PKK untuk meningkatkan kesejahteraannya, tetapi juga diberi reward/ penghargaan . Baik melalui kegiatan jambore kader PKK berprestasi , maupun berbagai lomba yang berlimpah hadiah.

Menyusun Rencana Kerja

Upaya memacu peningkatan 10 Program Pokok PKK di tengah masyarakat, dipersiapkan dengan matang dengan menyusun rencana kerja dengan seluruh pengurus Tim Penggerak PKK Provinsi Sumatera Barat di awal tahun. Berbagai program prioritas Pokja I,II,III dan IV dipersiapkan dengan merujuk hasil Rakernas PKK ke-VIII dan selaras dengan program Pemerintah. Agar ada sinkronisasi program, maka dilaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, yang kegiatannya bersinergi dengan PKK. Begitupun dengan Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota , dilaksanakan Rapat Konsultasi (Rakon) Ketua dan Sekretaris TP-PKK Kabupaten Kota se-Sumatera Barat, sebagai sarana mensosialisasikan rencana program kerja TP-PKK Provinsi Sumatera Barat selama 1 (satu ) tahun. 

Kegiatan pembinaan dilakukan secara berjenjang, seperti melaksanakan bimbingan tekhnis PKK Provinsi ke seluruh Kabupaten/Kota se-Sumatera Barat, serta monitoring dan evaluasi tertib administrasi PKK sampai ke Dasawisma. Dari kunjungan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pada umumnya Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota telah melaksanakan Bimbingan tekhnis secara berjenjang, hal ini terlihat di lapangan di mana Tim Penggerak PKK Nagari / Desa /Kelurahan telah melaksanakan kegiatan Pokja-Pokja dengan baik dan pembentukan kelompok Dasawisma sudah ada, hal ini terlihat dari kondisi di lapangan serta catatan dan administrasi PKK sudah terlaksana.    

Dalam upaya memotivasi dan memberikan penghargaan kepada Ketua Kelompok Dasawisma yang merupakan ujung tombak pelaksana pengelolaan Administrasi PKK terutama Pencatatan Dasawisma dilapangan maka dilaksanakanlah setiap tahun Temu Ketua Dasawisma Berprestasi se-Sumatera Barat dan Lomba Kelompok Dasawisma berprestasi. Hasilnya berdampak positif dimana data di akhir Tahun 2018 telah terbentuk sebanyak 51.138 kelompok Dasawisma se-Sumatera Barat.

Begitu pun sebagai inovasi dalam menggerakkan kegiatan kelompok Dasawisma , juga untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa kebersamaan kesadaran Kegotong Royongan, dan tanggung jawab, terhadap pelaksanaan 10 Program Pokok PKK, dilaksanakanlah Bulan Bakti Dasawisma, dimana selama sebulan di setiap bulan maret, digebyarkan rangkaian kegiatan PKK di Dasawisma mulai dari kesekretariatan , pokja I, pokja II, pokja III dan pokja IV.

Prioritas Program Pokja I, adalah sosialisasi Pola Asuh Anak dan Remaja dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam keluarga. Hal ini juga diintegrasikan dengan kegiatan pembinaan majelis taklim serta pelatihan keluarga sakinah bagi pasangan calon pengantin, bekerjasama dengan Kemenag Wilayah Sumatera Barat dan Kota Padang.Prioritas Program Pokja II, adalah pembinaan kelompok UP2K PKK, serta pelatihan kecakapan wanita berupa jahit dan bordir / sulam pakaian.Prioritas Program Pokja III, adalah pembinaan pemanfaatan lahan pekarangan melalui HATINYA PKK, dengan percontohan kebun PKK Provinsi Sumatera Barat di kawasan BLBI Lubuk Minturun, Kota Padang. Sementara Prioritas Program Pokja IV, adalah Pelaksanaan IVA Test bagi seluruh kader PKK dan ASN yang perempuan, juga pembinaan terhadap posyandu terintegrasi.

Reward kader melalui Jambore Kader PKK Berprestasi

Tim Penggerak PKK menjadi motor penggerak dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, baik pembangunan maupun kegiatan sosial.Para kader PKK telah berupaya melaksanakan berbagai kegiatan dengan penuh keikhlasan walau tanpa honor. Maka untuk penghargaan dan motivasi kinerja mereka, dilaksanakanlah Jambore Kader PKK Berprestasi yang diintegrasikan dengan gelar tekhnologi tepat guna (TTG) Tingkat Provinsi Sumatera Barat, yang tempat pelaksanaannya digilirkan di berbagai Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat.

Selalu Bersyukur pada Yang Maha Kuasa

Hj.Nevi Zuairina, lahir di Jakarta pada 20 September 1965 darp pasangan Bapak Drs. H.Zulchair dan Ibu Hj.Elbiza Rosse. Setelah menikah dengan Prof.Dr.H.Irwan Prayitno, Psi.MSc, dikaruniai 10 orang anak, yakni  Jundi Fadhlillah,SE.MBA /Tamatan S2 Southern New Hampshire University, USA) ; Drg.Wafiatul Ahdi /Tamatan FKG UI,menikah dengan Irfan Aulia Saiful ;3. Dhiya’u Syahidah ,S.MN/Tamatan S2 di Westminster University, Inggris, menikah dengan Fallery,ST ; Anwar Jundi, SPi (Tamatan Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan IPB), menikah dengan Shelvi Nurul Aulia,SE ; Atika Irwan,SE (Tamatan Ekonomi UI, dan sedang kuliah S2 di Australia) ; Ibrahim (Sedang kuliah di Tekhnik Kimia UI) ;Shohwatul Islah (Sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Unand) ; Farhana (Sedang kuliah Fakultas Psikhologi  UI) ; Laili Tanzila (SMAN I Padang) dan Taqiya Mafaza (SMPIT Adzkia).

Ada Pepatah yang mengatakan,  “Banyak anak banyak rezeki”.  Jangan khawatirkan rezeki, karena itu urusan Yang Mahakuasa.  Sebagai orang tua hanya perlu mensyukuri dan menjalankan amanah berupa anak-anak dengan sebaik-baiknya.
Dianugerahi banyak anak, menjadi sebuah tantangan besar. Seperti seorang Nevi Zuairina, istri Gubernur Sumatra Barat Prof Irwan Prayitno. Sepuluh orang anak yang dilahirkan ia anggap sebagai anugerah sekaligus tantangan dunia-akhirat.  “Ini rezeki buat kami, punya anak sepuluh. Kita harus menjalankan amanah ini dengan baik karena jumlah itu sudah ada di depan mata kita,” ujar Ibu Nevi.

Di tengah kesibukan suami yang menjadi orang nomor satu di Sumatra Barat, juga kesibukannya sebagai ibu pejabat, ia tak ingin kehilangan peran dalam mendidik anak. Ia ingin anak-anak nya mendapatkan pendidikan langsung darinya. Sesibuk apa pun dia dan suami berkarier di ruang publik, mereka adalah orang tua yang juga punya amanah mendidik dan membesarkan anak-anak mereka.

“Saya terus terang saja kepada Pak Gubernur, kebetulan beliau seorang psikolog. Saya bilang, dalam mendidik anak ini saya tidak mau sendiri. Karena jumlah anak ini banyak, tentu saya tak bisa sendiri,” paparnya.

Ia ingin ada kerja sama yang solid antara dia dan suami dalam mendidik anak. Apalagi pada zaman globalisasi saat ini yang membuat kenakalan remaja semakin meningkat.  “Ketika masih kecil-kecil mungkin masih gampang. Tetapi ketika mereka sudah kuliah, kita mulai khawatir. Zaman sekarang dengan teknologi informasi, pergaulan muda-mudi, dan perkembangan zaman yang cepat sekali, ini tentu membuat kita khawatir,” ujarnya.

Kehadiran orang tua yang ber peran mendampingi anak- anaknya sangat penting. Ia meng aku, tanpa peran suami, ia tak akan mungkin menangani pendidikan anak seorang diri.

“Saya ingin, saya dan suami bersama-sama merawat anak. Misalkan, bapak juga ikut menyuapi anak-anak makan. Pekerjaan seperti itu, kalau dalam agama kita kan dinilai ibadah,” kisahnya.

Ibu Nevi dan suaminya mengaku, dalam mendidik anak banyak terinspirasi dari model keluarga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sebagai seorang Nabi yang punya tanggung jawab kepada umatnya, Beliau SAW tak lantas mengabaikan pendidikan anak dalam keluarga.  “Dalam hadis kan disebutkan, seorang bapak yang punya anak perempuan tiga orang saja, kemudian mendidiknya dengan baik sehingga salehah. Maka itu, semua menjadi penghalangnya dari neraka,” paparnya.

Lantas, bagaimanakah mereka membagi waktu untuk keluarga dengan kesibukan luar biasa mereka di ruang publik?Nevi mengatakan, walau ia punya banyak kesibukan, ia tak ingin kekurangan waktu untuk anak-anaknya.

“Kalau dulu kami membiasakan ada quality time untuk keluarga. Tapi sekarang, saya tidak mau memberikan waktu yang sedikit kepada anak. Saya ingin memberikan waktu saya sebanyak-banyaknya untuk mereka. Caranya, kalau saya punya kegiatan di luar, saya ajak anak-anak untuk ikut. Sehingga saya tetap bersama mereka, walau saya banyak kegiatan,” katanya menjelaskan.

Nevi juga memesankan kepada suaminya, sesibuk apa pun tugas seorang gubernur, jangan lupa berkomunikasi dengan anak- anak.  “Saya pesankan, kalau ada telepon dari anak- anak harus diangkat. Tidak ada ceritanya yang sibuk lah, meeting lah, apa pun itu. Selama tidak sedang bertemu presiden saja,” ujarnya menjelaskan.

Walau dalam kondisi sesibuk apa pun, Nevi dan suaminya juga membiasakan diri menelepon atau bertanya kabar anak-anaknya. Jika tidak dengan telepon, Nevi dan suami menyapa anak-anaknya lewat SMS, Skype, atau BBM.  “Anak-anak sekarang ini modelnya, kalau orang tuanya sibuk malah mereka menjauh.Ini yang kita khawatirkan. Jadi, kita didik anak-anak sedari kecil. Kita pahamkan mereka dengan posisi orang tua mereka sehingga sekarang sudah tidak ada masalah,” paparnya.

Nevi mengaku komunikasi dengan anak-anaknya sangat penting. Ia mewajibkan diri untuk bercengkerama dengan anak-anaknya walau ia dalam keadaan sibuk.  “Yang terpenting dari anak-anak itu adalah komunikasi dengan kita. Kita tahu ada tiga tahap pendidikan anak. Tujuh tahun pertama, kita mesti tegas. Kalau tidak shalat, kita boleh pukul. Tapi, di tujuh tahun kedua dan ketiga, kita jadikan mereka seperti sahabat,” katanya menjelaskan.

“Walaupun bapaknya gubernur, tetapi kalau sampai di rumah, itu bapak saya. Di rumah, dia tidak lagi merasa bapak dan ibunya sebagai seorang pejabat,” ujarnya.

Nevi mengaku sangat disiplin mendidik anak-anak jika itu berkaitan dengan ibadah. Mereka selalu mengawali hari dengan shalat Subuh bersama. Soal ibadah, Nevi sangat tegas mendidik anaknya agar tidak melalaikan kewajiban ibadah.  “Kita usahakan untuk shalat subuh di rumah bersama-sama. Itu injury time-nya. Setelah itu, baru kita mulai beraktivitas,” ujarnya.

Dalam memilih sekolah, Ibu Nevi dan suami memilih sekolah Islam untuk anak-anaknya. Sedangkan, anak yang ketiga sampai yang kelima, mereka masukkan ke pesantren.  “Setelah mereka kuat basic agamanya, baru kita sekolahkan ke sekolah negeri. Karena kita ingin masukkan mereka ke universitas negeri agar biayanya murah. Karena, anak kita banyak,” selorohnya.Di samping pendidikan formal di sekolah, Nevi juga menambah pendidikan agama di luar sekolah. Ia mengaku sering mendatangkan guru mengaji dan guru tahfiz Alquran untuk membimbing anak- anak mereka. Di samping menjadi ibu dari sepuluh anaknya, Nevi juga berperan besar sebagai istri dari suaminya.Ia menyadari, keberhasilan seorang suami tak lepas dari peran besar seorang istri yang mendampinginya. Ia tak ingin suaminya menghadapi berbagai masalah berat seorang diri. Setidaknya, ia bisa menghadirkan suasana nyaman dan kondusif agar suaminya bisa berpikir lebih jernih.“Menjadi istri seorang gubernur, saya merasa seperti Khadijah. Saya sering diajak sharing jika ada masalah-masalah yang berat yang beliau hadapi. Sebagai istri, kita harus bisa mendampingi, apalagi beliau mengemban amanah yang berat. Ketika beliau sharing sebuah masalah, kita cukup menjadi pendengar saja, itu sudah sangat baik,” katanya.

Diantara kunci kesuksesan Ibu Nevi adalah komunikasi yang baik dengan semua anggota keluarga dan selalu menyediakan waktu untuk berlibur bersama seluruh anak-anak sehingga menjadi hiburan dan refresing , walau kedua orang tuanya sibuk namun tetap ada perhatian bagi semua.