Membudayakan Kembali Basilek jo Mangaji
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 08 November 2019 13:59:15 WIB
Oleh Yal Aziz
BAGI masyarakat Minang tempoe dulu, ada kebiasaan mendidik anaknya dengan basilek (belajar ilmu silat) dan mangaji (belajar ilmu agama), di masjid atau surau, serta tapian (tempat mandi) yang berada dipinggir sungai.
Tapi kini, kebiasaan orang Minang tersebut sudah langka, bahkan bisa dikatakan sudah tak ada lagi. Meskipun ada anak nagari tersebut belajar olahraga bela diri, tapi mereka belajar olahraga dari dari luar, seperti karate, judo dan Kempo.
Untuk itu, diharapkan kepada tokoh masyarakat dan ninik mamak mengajak kembali anak kemenakannya belajar ilmu beladiri silat dan belajar ilmu agama, dimasjid atau surau setiap hari. Tujuannya, selain mempersiapkan ketangkasan dan keahlian dalam olahraga bela diri silat, juga mempersiapkan ilmu agama dan adat, sehingga generasi muda minang melestarikan budaya leluhurnya masa lalu.'
Kemudian pemerintah diharapkan memberikan bantuan dan dukungan, baik berupa membantu menyiapkan atau melengkapi sarana dan prasarana, juga bila perlu memberikan biaya honorarium terhadap guru silat dan guru mengaji.
Yang tak kalah pentingnya, pemerintah mengadakan perlombaan atau kejuaraan duakali dalam setahun atau satu kali dalam setahum. Tujuannya, selain untuk mengevaluasi kemampuan anak nagari terhadap ilmu beladiri silat, juga kemampuan dalam bida ilmu agama, bisa saja dengan cara perlombaan tanya jawab, atau musabaqah tilawatil Quran. Yang penting setiap tahunnya ada kejuaraan untuk mengevaluasi dari kegiatan.
Sedangkan kepada tokoh masyarakat dan anggota dewan yang terhormat untuk memberikan dukungan berupa menyiapkan anggaran di APBD untuk mendukung program basilek dan mangaji tersebut.
Secara tioriitis, mengajak anak generasi muda atau anak nagari belajar silat dan belajar ilmu agama, selain menyiapkan generasi muda unggul, juga bisa menekan angka kenakalan remaja yang sekarang sudah diambang bahaya, terutam pengaruh narkota dan kehidupoan malam di perkotaan, yang identik dengan ajang maksiat.
Jika persoalan bersilat dan mengaji ini tidak mendapat perhatian serius dari penguasa dan ulama, yakinlah generasi muda Minang akan muncul sebagai generasi sekuler yang tak peduli agama dan adat. Fakta ini telah bisa sama-sama kita lihat dari perkembangan dan kemajuan zaman, terutam kehidupan perkotaan.
Generasi muda Minang sekarang lebih banyak dan suka berkeluyuran dengan mobil dan sepeda motor untuk bertemu dan berkumpul disuatu tempat. Bahkan, ada juga yang memanfaatkan cafe-cafe yang telah menjamur di Kota Padang. Acarnyanya, selain menunggak minuman beralkohol, juga ada yang sudah terjerumuh sebagai pengguna narkoba.
Kini sebelum terlambat, tak ada kata yang tepat selain mengembalikan sitem pendidikan generasi Minang tempo dulu dengan kebiasaan belajar silat dan belajar ilmu agama, di masjid-masjid dan surau. Tujuannya, agar generasi muda Minang punya peran dalam membangun keutuhan hidup berbangsa dan bernagara. Semoga!!! (penulis waratwan tabloidbijak.com dan ketua smsi sumbar)