Menyusutnya ATM dan EDC

Menyusutnya ATM dan EDC

Artikel () 27 September 2019 21:58:31 WIB


Perkembangan dunia digital di berbagai bidang kehidupan atau digitalisasi memang cepat sekali. Baru kemarin rasanya keren sekali jika memiliki kartu ATM, kini peran ATM sudah mulai berkurang. Padahal kartu ATM tersebut memiliki fungsi yang banyak. Selain untuk tarik tunai, kemudian setor tunai, juga untuk pembayaran melalui ATM maupun mesin EDC (electronic data capture).  

Dalam salah satu halamannya, Harian Kontan edisi 11 September 2019 menulis berita yang berjudul, “Perbankan Mengerem Tambahan ATM dan EDC”. Kemudian di bawah judul tersebut tertulis, “Perbankan mengakui penggunaan mesin EDC menurun pasca pengembangan QR Code”.

Kontan mengutip data BI, per Juni 2019 hanya terjadi penambahan 666 unit ATM selama satu tahun di Indonesia, sehingga total jumlah ATM 108.192 unit. Yang cukup drastis adalah penurunan jumlah mesin EDC. Yaitu per Juli 2019 jumlahnya berkurang 340.276 unit dibanding periode yang sama di tahun lalu. 

Salah satu sebab ATM tidak banyak bertambah adalah, kebijakan Kementerian BUMN yang menggabung ATM Himbara menjadi ATM Link. Dari 18.000 ATM Bank Mandiri, 16.000 ATM sudah dikonversi menjadi ATM Link. Dan sudah ada 53.000 ATM Link hingga saat ini, yang merupakan gabungan dari ATM bank pemerintah. Bank Mandiri memilih menjadikan mesin setor uang juga sebagai mesin tarik uang, atau mesin (ATM) setor tarik (cash recycle machine).    

Bank BTN adalah bank yang paling diuntungkan dengan adanya ATM Link. Karena pihaknya tidak berencana melakukan penambahan ATM lagi. Ini artinya, dengan ATM Link, Bank yang jumlah ATMnya sedikit menjadi bertambah banyak. Sementara bank yang ATMnya sudah banyak, menjadi bertambah banyak, yang berasal dari ATM bank lain yang sudah dikonversi.  

Selain itu, perkembangan layanan pembayaran melalui QR Code atau quick responses code yang hanya tinggal menyorot kode tertentu semakin bertambah kuantitas dan kualitasnya. Jadi, belum lagi masyarakat memiliki kartu ATM, kini sudah ada aplikasi pembayaran yang menggunakan QR Code. Keberadaan QR ini berpengaruh terhadap pembayaran melalui kartu ATM sekaligus mesin EDC. 

Belum lagi inklusi keuangan melebarkan sayapnya, perkembangan aplikasi transaksi keuangan atau pembayaran sudah mengalami perubahan yang cukup cepat. Di beberapa lokasi di Jakarta yang sempat saya lihat melalui You Tube, para penjual makanan atau minuman usaha mikro telah banyak menggunakan aplikasi yang menggunakan QR ini. Manfaat positifnya, penjual tidak perlu menyediakan uang kembalian karena uang langsung masuk ke rekeningnya. Dan penyedia aplikasi pembayaran tersebut juga memberikan semacam diskon atau potongan harga yang sekarang disebut sebagai cash back. Hal ini menjadikan konsumen atau pembeli lebih memilih menggunakan aplikasi pembayaran yang menggunakan QR karena lebih simpel dan tidak perlu membawa uang, praktis karena ada di ponsel. 

Munculnya aplikasi pembayaran yang menggunakan QR sesungguhnya sangat menguntungkan konsumen dan juga penjual. Namun menjadi semacam competitor bagi bank, karena berdampak kepada keberadaan ATM dan mesin EDC. Untuk itu, kemajuan teknologi sudah seharusnya juga bisa meluaskan inklusi keuangan, sehingga semakin banyak masyarakat yang menikmati kemudahan dalam bertransaksi. (efs)

Referensi: Harian Kontan, 11 September 2019 

ilustrasi: freefoto dotcom