Ketika Klub Sepakbola Go Public
Artikel () 28 April 2019 20:41:07 WIB
Harian Kontan edisi 27 April 2019 dalam headlinenya menulis berita berjudul, “Priiit, Bali United Tendang Bola IPO”. Kemudian di bagian bawah judul tersebut tertulis “Klub sepakbola pertama yang akan melantai di bursa ini mengincar dana IPO antara Rp 310 miliar – Rp 350 miliar”.
Ini memang sebuah sejarah yang unik, dan mungkin bagi penggemar sepakbola yang kurang memahami masalah pasar modal tidak begitu engah melihat fenomena ini. Untuk lebih memahami bagaimana Bali United bisa go public, maka saya mencoba menguraikan beberapa data yang tertulis di Harian Kontan tersebut.
Untuk masalah keuangan, aset Bali United mengalami kenaikan dari 39,4 miliar rupiah di 2016 menjadi 146,76 miliar rupiah di 2018. Untuk liabilitas, mengalami penurunan dari 39,79 miliar rupiah di 2016 menjadi 28,39 miliar rupiah di 2018. Sementara ekuitas di 2016 minus 390 juta rupiah menjadi 118,36 miliar rupiah di 2018. Penjualan bersih mengalami kenaikan dari 26,2 miliar rupiah di 2016 menjadi 115,2 miliar rupiah di 2018.
Lalu, dari mana saja Bali United mendapatkan uang selama ini? Ini dia: sponsorship, merchandise, ritel, media, lisensi (54,9%), anak usaha (29,7%), matchday (4,4%) sharing pendapatan liga, akademi, dan manajemen stadion sebesar 11%.
Dari segi prestasi, Kontan mencatat: juara 2 liga 1 2017, juara 2 piala presiden 2018, peringkat 11 liga 1 2018. Dan dilihat dari sejarah tercatat: tahun 1989 berdiri klub Putra Samarinda, tahun 2014 Putra Samarinda diakuisi Bali United sehingga klub dipindah dari Samarinda ke Gianyar, markas Bali United di stadion Kapten I Wayan Dipta, Bali United dijuluki Jalak Bali atau Serdadu Tridatu, bermain di liga 1.
Dari dana saham yang ditawarkan ke publik, Bali United akan menggunakannya untuk modal kerja sebesar 60,5% dan sisanya untuk belanja modal dan modal kerja anak perusahaan. Jika dilihat lagi lebih rinci, ternyata Bali United memiliki bisnis yang cukup memiliki kinerja memuaskan. Ada merchandise store, satu megastore di antaranya, dan 19 toko kecil. Ada Playland untuk bermain anak di stadion. Ada stasiun televisi, via streaming online di Youtube. Ada juga kafe. Ada agensi olahraga. Ada juga stasiun radio.
Dengan berbagai bidang bisnis tersebut, Bali United mencatatkan kenaikan pendapatan di 2018 sebesar 119,43% yaitu 115,2 miliar rupiah. Dan laba bersih naik 1.183% menjadi 5,52 miliar rupiah. Salah seorang analis pasar modal menyebutkan bahwa Bali United memiliki manajemen yang bagus sehingga bisa mengelola klub dan bisnisnya. Belajar dari hal ini, bukan tidak mungkin Sumbar pun akan mengikuti langkah Bali United ini. Salah satu tanda awalnya menurut saya adalah keberhasilan penyelenggaraan Minangkabau Cup yang melibatkan banyak pemain dan ofisial serta supporter. Hal ini bisa menjadi perintis lahirnya klub sepakbola yang profesional dan mandiri ke depannya di mana publik bisa memiliki klub tersebut dengan memiliki saham yang dijual di pasar modal.
(efs)
Referensi: Harian Kontan, 27 April 2019
ilustrasi: shutterstock dot com