Pesta Sek dan Miras Dipergantian Tahun 

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 14 Desember 2018 15:03:10 WIB


BAGI  sebagian masyarakat, pergantian tahun dimanfaatkan untuk melepaskan ekspresi dengan kebablasan seperti pesta miras dan pesta seks. yang dapat membahayakan nyawa sendiri maupun orang lain.

Padahal, alangkah baiknya aksi hura-hura di pergantian tahun itu diisi dengan  kegiatan yang lebih positif,  misalnya menggelar I’tikaf di masjid, gereja, vihara Atau menggelar acara menari bersama di lapangan bola atau bercengkrama dengan keluarga saja.

Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan tradisi pesta miras dan pesta seks dalam menyambut tahun baru ini bisa dihilangkan? Sudah sedemikian parahkah moral kehidupan ini? Lalu siapa yang patut untuk disalahkan?

Yang ironisnya lagi, banyak diantara umat Islam yang ikut memeriahkan malam tahun baru tersebut. Bahkan, generasi muda Islam banyak yang terjebat dengan tradisi pergantian tahun baru tersebut dengan perbuatan maksiat. 

Momentum pergantian tahun, umumnya dirayakan dengan meriah. Penuh sorak-sorai dan gemuruh tiupan terompet yang beraneka ragam bunyinya. Gemerlap lampu tersebar di berbagai sudut kota. Indahnya pancaran kembang api di angkasa mewarnai kegelapan langit pada detik-detik pergantian tahun.

Dari berbagai macam persiapan dan berbagai macam rencana yang telah mereka lakukan tidaklah banyak manfaat yang bisa diambil dari perayaan tahun baru tersebut. Dari hasil pesta perayaan tahun baru tersebut yang tampak hanyalah sampah-sampah yang berserakan di jalan-jalan dan macetnya lalu lintas yang tak terkendalikan setelah selang beberapa jam kemudian. Bukankah ini menunjukkan bahwa peristiwa pergantian tahun hanya merupakan fenomena sesaat yang memberikan kenikmatan dalam hitungan menit. Itulah sebabnya orang secara tidak sadar telah menghamburkan sekian banyak uang untuk menikmati perpindahan tahun tersebut. Bukan Tahun Barunya yang penting, tetapi bagaimana setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki tahun baru.

Yang ironisnya, banyak generasi muda Islam dan umat Islamnya sendiri yang juga terjebak dengan pelaksanaan pergantian tahun baru ala kristiani tersebut. Padalah, tahun baur bagi umat Islam merupakan hari yang bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada awalnya, tahun baru Islam digunakan untuk memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 1 Muharram tahun baru bagi kalender Hijriyah. Namun Tahun Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah itu diambil sebagai awal perhitungan bagi kalender Hijriyah.
.
Kalender Hijriyah secara resmi belum dimulai ketika zaman Rasulullah S.A.W. Kalender ini hanya dimulai pada zaman Khalifah Arrasyidin kedua yaitu Umar al-Faruq R.A. Ada beberapa saran dari para sahabat untuk penetapan tanggal bagi Madinah ketika itu, ada yang mengusulkan tahun Islam dimulai ketika kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada yang mengusulkan awal tanggal Islam ditetapkan pada hari Rasulullah diangkat sebagai nabi dan rasul tetapi pandangan yang menyarankan awal tanggal Islam pada tanggal hijrah Nabi SAW.

Penetapan ini adalah untuk mengenangkan betapa pentingnya tanggal hijrah yang menjadi perubahan paradigma dalam sejarah agama Islam yang mana pertama kali dalam sejarah Islam seorang nabi dan rasul membentuk pemerintah dengan segala kesulitan dan berhasil membuat hubungan diplomatik dengan beberapa negara serta menyampaikan dakwah Islam secara global sehingga Islam tersebar ke merata dunia.

Sejak tahun lunar Islam adalah sebelas atau dua belas hari lebih pendek dari tahun Gregorian solar, Tahun Baru Islam tidak tiba pada hari yang sama dari kalender Gregorian setiap tahun.

1 Muharram atau yang disebut Tahun Baru Islam adalah bulan pertama dalam kalender Islam. Muharram sendiri merupakan satu dari empat bulan suci yang terjadi dalam satu tahun. Oleh masyarakat, Bulan Muharram juga dianggap bulan suci ke dua setelah Bulan Ramadhan.

Bulan Muharram dalam Islam merupakan bulan yang menjadi pembuka dalam penentuan sistem penanggalan hijriah.  Ada sejumlah amalan sunnah yang biasa dilakukan umat Muslim untuk menyambut tahun baru Islam, 1 Muharram.

Amalan sunnah bisa dikerjakan terutama 10 hari pada bulan Muharram, sejak 1 Muharram 1440 Hijriyah atau 11 September 2018 yang lebih dikenal dengan Hari Asyura. Asyura artinya kesepuluh.

Pada Hari Asyura, umat Muslim disunahkan untuk berpuasa. 1 Muharram juga disebut sebagai bulan yang istimewa. Apa saja keistimewaan bulan Muharram dalam Islam?

Seperti dijelaskan dalam hadist Al Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Bulan Muharram tepatnya hari ke-10, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Raja Fir'aun dan tentaranya yang kejam.

Sementara itu, keistimewaan 1 Muharram juga berkaitan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Yaitu hijrahnya Rasulullah dan sahabatnya dari Mekah ke Madinah yang punya makna penting bagi umat Muslim.

Hijrahnya Rasulullah merupakan sejarah kebangkitan Islam. Keistimewaan Bulan Muharram juga bulan yang baik untuk menyambung silaturahmi dan menjalin kembali hubungan kekerabatan yang pernah terputus.

Di Indonesia, setiap kota punya cara yang berbeda-beda dalam menyambut Tahun Baru Islam 1 Muhharam.

Di kota Solo misalnya, Tahun Baru Islam 1 Muharram dirayakan dengan kirab Malam 1 Suro. Pergantian tahun Hijriyah dan awal bulan Suro tahun ini jatuh pada Tanggal 11 September 2018 mendatang.

Ada beberapa tradisi yang biasanya dilaksanakan selama Malam Satu Suro tersebut. Di antaranya kirab Malam Satu Suro yang dipimpin oleh kerbau bule di Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah.

Khusus untuk memeriahkan Tahun Baru 1440 Hijriah, Pemko Padang menggelar Pekan Muharam di pelataran parkir Kantor Balaikota Aiepacah. Kegiatan ini berlangsung hingga 10 September, 2018 lalu

Pekan Muharam ini menyuguhkan berbagai acara diantaranya lomba qasidah rebana majelis taklim, Musabaqah Syarhil Quran (MSQ) remaja masjid, dai cilik tingkat SD/MI, nasyid tingkat SMP/MTs. (penulis wartawan tabloidbijak.com)