WTO dan Perdagangan Internasional
Artikel () 29 Oktober 2018 11:55:28 WIB
Harian Bisnis Indonesia edisi 19 Oktober 2018 dalam salah satu halamannya menulis berita dengan judul, “Aparatur RI Tak Paham Aturan WTO”. Hal ini terkait dengan problema sengketa dagang. Sehingga menghambat kinerja perdagangan internasional Indonesia.
Bisnis menulis bahwa kepala ekonom CSIS menyebutkan dirinya melihat beberapa pejabat pemerintahan sengaja melanggar kesepakatan yang sudah dibuat antara RI dengan WTO (World Trade Organization) sejak RI masuk WTO pada 1995.
Bahkan ada pejabat yang terang-terangan berbicara di depan publik bahwa kebijakan yang diambilnya bertentangan dengan kesepakatan WTO. Sehingga hal ini memudahkan mitra dagang Indonesia melaporkan pelanggaran kesepakatan ke WTO.
Hal demikian menyebabkan terganggu dan terhambatnya perdagangan internasional RI. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) juga melihat bahwa pengetahuan yang rendah diikuti kesadaran yang rendah tentang aturan WTO ada di pejabat negara. Hal ini menyebabkan terhambatnya ekspor Indonesia.
Tidak jarang produk dalam negeri yang diekspor menjadi korban sehingga mengalami retaliasi (aksi balasan) dari negara lain. Hal ini menjadikan ekspor Indonesia kurang bergeliat.
Untuk itu ke depannya perlu ada solusi yang bisa memecahkan masalah tersebut. Di antaranya membentuk badan pemenangan perdagangan yang menyatukan seluruh instansi terkait sehingga menjadi kuat. Dan badan ini ada di luar kementerian. Ini sudah dilakukan oleh negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Turki, India dan Malaysia.
Saat ini yang baru ada di Kementerian Perdagangan adalah Direktorat Pemenangan Perdagangan. Tetapi wewenangnya terbatas, dan tidak bisa lintas sectoral. Selama ini akibat ego sectoral Indonesia kerap tersandung di WT O sehingga menimbulkan kerugian atau kekalahan dalam siding sengketa atau perundingan.
Jika upaya memperbaiki kondisi internal ini berhasil, maka peluang untuk menang sengketa di WTO lebih besar dan mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan. Dan ini juga berdampak kepada produsen dari berbagai daerah yang melakukan ekspor, baik ekspor bahan mentah/hasil bumi maupun produk lainnya. (efs)
Referensi: Bisnis Indonesia 19 Oktober 2018
ilustrasi: freefoto.com