Elite Politik Agar Bangun Kedewasaan Berpolitik

Berita Utama TITA SHANIA(Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) 30 Agustus 2018 14:40:30 WIB


Sebagaimana disadur dari situs Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini,  memandang konflik yang terjadi di sejumlah daerah antara masyarakat yang menolak dan yang mendukung gerakan #2019GantiPresiden disebabkan oleh lemahnya kemampuan elite politik dalam membangun narasi yang positif.


 

Ia menilai situasi itu juga tak membangun pendidikan politik di kalangan masyarakat akar rumput. Sehingga, mereka juga kesulitan membangun kedewasaan dalam berpolitik dengan pandangan atau pilihan yang berbeda.


 

Titi menyoroti, elite politik mestinya lebih intensif dalam adu gagasan dan program yang diusung pasangan calon presiden dan wakil presiden, dimana ini turut berdampak pada lemahnya kemampuan publik mempelajari visi, misi, rekam jejak, hingga program pasangan calon.


 

Ia juga menambahkan bahwa konflik bisa terjadi karena polarisasi yang sangat membelah di antara kelompok pasangan calon. Dirinya menambahkan, bahwa presidential threshold yang berdasarkan pada Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, cenderung menjadi penyebab dari terbatasnya pilihan masyarakat, yang mestinya dapat lebih mengarah pada gagasan, ide dan program.

 

Sebagaimana diketahui, berdasarkan pasal 222 Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tersebut, gabungan partai politik yang akan mencalonkan pasangan calon presiden dan wakil presiden mesti setidaknya mengantongi 20 persen kursi arau 25 persen suara sah nasional pada pemilu sebelumnya.