Ketika Angka Kemiskinan di bawah Dua Digit
Artikel () 31 Juli 2018 10:19:04 WIB
Pemerintah melalui BPS (Badan Pusat Statistik) mengklaim, angka kemiskinan pada 2018 tidak lagi dua digit. Tapi sudah satu digit. Yaitu 9,82 persen. Pada 2014, 11,25%. Kemudian pada 2015, 11,22%. Pada 2016, 10,86%. Dan pada 2017, 10,64%. Jika dilihat jumlahnya, pada 2018 ada 25,95 juta orang miskin di Indonesia. Pada 2014, jumlahnya 28,28 juta jiwa. Jika dibagi per pulau, maka jumlah orang miskin di pulau Sumatra adalah 5,98 juta jiwa. Pulau Jawa, 13,34 juta jiwa. Pulau Sulawesi, 2,06 juta jiwa. Papua 1,53 juta jiwa.
Sementara jika dibagi menjadi desa dan kota, maka orang miskin di desa berjumlah 15,81 juta jiwa. Dan orang miskin di kota berjumlah 10,14 juta jiwa. Jika dibagi dalam persentase, orang miskin di desa sebesar 13,21 persen. Dan orang miskin di kota sebesar 7,02 juta jiwa.
Dari segi penyumbang terhadap kemiskinan, non-makanan sebesar 28,96 persen, dan makanan sebesar 71,04 persen. Non makanan terdiri dari perumahan (8,3%), bensin (4,36%), listrik (3,89%), pendidikan (1,99%), perlengkapan mandi (1,99%). Dan dari makanan di antaranya beras (20,95%), rokok kretek filter (11,07%), telur ayam ras (4,09%), daging ayam ras (3,55%), dan mi instan (2,42%).
Sementara di Sumbar sendiri, BPS Sumbar mencatat penurunan penduduk miskin Sumbar pada Maret 2018 sebesar 2.860 orang. Jika September 2017 jumlahnya 359.990 orang maka pada Maret 2018 menjadi 357.130 orang. Dari segi ketimpangan yang diperlihatkan oleh rasio gini, Sumbar ada di urutan 4 terbawah provinsi yang mengalami ketimpangan. Artinya, ketimpangan yang terjadi di Sumbar tetap lebih baik dari 30 provinsi lainnya di Indonesia.
Sedangkan angka yang menunjukan garis kemiskinan di Sumbar pada 2018 adalah sebesar Rp476.554 per orang. Yang dihitung adalah pengeluaran, bukan pendapatan. Makanan masih penyumbang besar untuk menghitung garis kemiskinan tersebut. Di antaranya, beras, rokok kretek filter, cabai merah, telur ayam ras, dan tongkol.
Di antara penyebab yang mendorong turunnya jumlah orang miskin adalah pertumbuhan bantuan sosial tunai dari pemerintah sebesar 87,6% pada kuartal I 2018 dibanding kuartal I 2017, dan bantuan pangan nontunai kuartal I yang tersalurkan tepat waktu. Selain itu, inflasi yang terjadi pada periode September 2017-Maret 2018 sebesar 1,92 persen, cukup rendah, dan diikuti kenaikan pengeluaran 40 persen masyarakat lapisan terbawah sebesar 3,06 persen.
Semoga dengan turunnya jumlah orang miskin, baik di Indonesia maupun Sumbar yang diikuti oleh inflasi yang rendah bisa memberikan kestabilan ekonomi. Meskipun kita juga ketahui bahwa di sisi lain stabilitas rupiah terhadap dolar AS sedang menghadapi dinamika tersendiri. (efs)
Referensi:
Jawapos.com, 17 Juli 2018
Republika.co.id, 17 Juli 2018
Idntimes.com, 30 Juli 2018
Tabloid Kontan, 30 Juli – 5 Agustus 2018.