Generasi Millenials dan Perencanaan Keuangan
Artikel () 09 September 2017 06:29:17 WIB
Harian Bisnis Indonesia edisi 8/9/17 dalam editorialnya menyebutkan data dari Bank of America Merril Lycnh yang merilis riset perilaku generasi millenials terhadap uang yang dimilikinya. Generasi Y ini lebih banyak menghabiskan uang yang mereka miliki di restoran dan menyalurkan hobi. Berbeda dengan generasi sebelumnya yaitu generasi X dan generasi baby boomers.
Bisnis Indonesia menulis lebih lanjut, dari survei Acorn tentang Money Matters, 41 persen dari 2000 millenials yang diwawancara mengaku lebih banyak minum kopi di pagi hari dibanding menyisihkan dana pensiun dalam menghabiskan uang mereka.
Bisnis Indonesia juga menyebutkan bahwa Tim Gurner yang merupakan pengusaha properti asal Australia dengan nilai proyek US$3,8 miliar menyatakan, bahwa generasi millenial terancam tidak dapat membeli rumah sendiri karena terlalu sering menghabiskan uang untuk minum kopi di luar.
Bisnis Indonesia melanjutkan, bahwa generasi millenials ini harus diberikan informasi sejak awal tentang pengelolaan dana. Dianggap perlu peran pemerintah untuk menggaungkan pentingnya investasi dari sebagian dana yang mereka miliki.
Bisnis Indonesia dalam editorialnya ini memberi judul tulisannya “Mengajak Millenials Berinvestasi”. Dari sisi judul nampaknya redaksi melihat generasi millenials yang merupakan bonus demografi akan menjadi beban jika tidak bisa menyiapkan perencanaan keuangan untuk hidup mereka. Karena bonus demografi ini nantinya akan memunculkan generasi muda yang jumlahnya lebih besar dari generasi tua.
Jika generasi tua yang selama ini terlihat mampu menghidupi anak-anak mereka, di antaranya generasi millenials, maka mungkin generasi millenials ini dianggap belum mampu untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh orangtua mereka. Hal ini ditunjukkan dengan hasil survei tentang kebiasaan para millenials dalam menggunakan uangnya.
Merebaknya budaya konsumtif dan ingin tampil baik kadang menyebabkan orang mengalokasikan dana yang dimilikinya untuk maksud tersebut. Sehingga lupa menyisihkan dana, baik untuk investasi maupun pensiun.
Jika melihat perkembangan zaman yang sepertinya semakin individualis, di tengah modernisasi teknologi dan budaya, maka persiapan keuangan menjadi hal yang tak bisa ditawar keberadaannya.
Maka editorial Bisnis Indonesia ini perlu dijadikan sebagai pegingat bagi kita dan juga generasi millenials untuk mempersiapkan kehidupan dengan lebih baik lagi. Dan jangan menghindar dari “investasi” dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya setiap orang harus memiliki investasi untuk kepentingan hidupnya.
Investasi yang dimaksud di sini adalah ivestasi riil seperti menabung saham yang sedang digencarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Dan disebutkan juga dalam editorial Bisnis Indonesia tentang bentuk investasi untuk generasi millenials berupa menabung saham dan reksa dana.
Namun sebenarnya masih banyak investasi yang lebih familiar bagi generasi millenials seperti investasi berupa tabungan atau deposito. Dan dalam paragraf sebelumnya juga disebut mengenai pensiun. Mempersiapkan dana pensiun sebenarnya juga merupakan bagian dari investasi. Karena dana pensiun yang ditaruh di lembaga pengelola dana pensiun akan diinvestasikan. Sehingga hasil investasi tersebut akan terakumulasi dan ketika diambil pada waktunya akan didapat pokok dan hasil investasi.
Di antara investasi yang bisa dilakukan oleh generasi millenials sedini mungkin adalah menyiapkan dana pensiun sejak memiliki kartu identitas resmi atau KTP. Anggaplah pada umur 17 tahun seorang warga negara sudah memiliki KTP, maka pada usia 17 tahun itu seorang generasi millenial sudah bisa menginvestasikan dananya di dana pensiun. Dan menyiapkan dana pensiun sejak usia 17 tahun adalah sebuah langkah baik agar dana yang terkumpul bisa lebih besar lagi.
Menyiapkan dana pensiun tidak harus menunggu seseorang bekerja atau memiliki pekerjaan. Dan juga menyiapkan dana pensiun bagi seorang wirausahawan juga bisa dilakukan. Karena pada dasarnya menyiapkan dana pensiun adalah investasi. Selain investasi juga sebagai persiapan menghadapi masa yang tidak produktif lagi.
Oleh karena itu, generasi millenials yang sudah memiliki investasi dan dana pensiun perlu membagi pengalaman mereka kepada anak-anak mereka utamanya. Selain itu bisa juga membagi pengalaman kepada kawan dan kerabat. Karena sebagai jumlah mayoritas sudah seharusnya tidak menjadi beban bagi negara. Bahkan bila perlu menjadi kontributor positif pertumbuhan ekonomi. (efs)
Referensi: Bisnis Indonesia, 8 September 2017
ILustrasi: freefoto.com