RISET DALAM KARYA SASTRA ITU PENTING
Berita Utama ROMI ZULFI YANDRA, S.Kom(Dinas Kearsipan dan Perpustakaan) 28 Juli 2017 10:00:33 WIB
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, Alwis mengungkapkan riset terhadap karya sastra diperlukan. Namun kenyataannya belum banyak yang mendalaminya sehingga karya sastra tidak seheboh dan semeriah karya lainnya.
Padahal riset karya sastra itu penting agar didapatkan perkembangan karya sastra itu dan apa yang harus diperbuat kedepan sehingga karya sasta itu benar benar menjadi santapan orang banyak, bukan hanya sekelompok orang saja ,” ujar Alwis dalam sambutanya saat membuka seminar sastra nasional dengan tema RISET DALAM KARYA SASTRA
Dia menuturkan acara historis, Sumbar adalah produsen sastrawan bahkan berperan besar dalam perkembangan dunia sastra di negeri ini. Namun dalam perjalanan, meski sastrawan tetap ada dilahirkan di Sumbar, kenyataan di lapangan, mereka terkendala dalam menyebarluaskan hasil karya mereka.
Sekarang dengan berubahnya nama SKPD dari Badan Perpustakaan dan Kerasipan menjadi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan, maka pimpinan kita yang tadinya merasa risau terhadap kenyataan tersebut, secara bertahap mulai memberikan porsi terhadap karya sastra. Kita bantu dalam pencetakan karya sastra itu, terang Alwis.
Sementara itu, Sastrawan Nasional Nirwan Dewanto, mengungkapkan karya sastra pada dasarnya sama dengan karya kritik seni dan bidang sosial. Outputnya adalah nilai-nilai apa yang bisa diambil.
Ia juga menyebut kritik seni dituntut lebih indah penyajiannya dibandingkan dengan seni itu sendiri. menurutnya karya kritik seni yang ada selama ini, masih belum mengarah kepada kesadaran untuk peduli pentingnya keindahan cara penyampaian.
“Kritik seni kita salama ini, itu tidak pernah peduli pada dirinya sendiri. Maksud saya begini, kritik seni itu harus punya ambisi untuk menandingi keindahan seni yang dia bahas,” kata Nirwan.
Dijelaskan, sebuah karya kritik seni yang menyertai unsur keindahan merupakan masalah besar. Sebab telah tega meminta seniman menciptakan karya seni yang indah tetapi sebagai pembahas karya seni tersebut ia menyampaikannya melalui kritik atau essai yang buruk.
Nirwan menambahkan, antara karya kritik seni dan karya sastra seharusnya jadi satu kesatuan yang utuh, karena ada saat dimana karya esai atau kritik menjadi karya sastra, dan sebalikya karya sastra tak memuat kaidah nilai nilai sastra.
Seminar yang dimoderatori oleh Nasrul Azwar juga menampilkan pembicara Gus TF Sakai (Sastrawan ) dan Dr. Pramono (Peneliti dan Dosen Fakultas Ilm Budaya Unand).
Menurut ketua pelaksana, Besri Rahmat, seminar sastra diikuti puluhan sastrawan, penulis dan akademisi maupun pejabat dari instansi terkait. sumber : Harian Singgalang, 27 Juli 2017