Rantau Peduli

Rantau Peduli

Artikel Drs. AKRAL, MM(Diskominfo) 03 Mei 2017 18:19:30 WIB


Oleh Irwan Prayitno


Pada 28 April 2017 lalu di Lapangan Banteng Jakarta, saya membuka acara Kampoeng Minangkabau Culinary and Craft Festival yang terdiri dari stand makanan, minuman, kerajinan tangan, oleh-oleh, produk UMKM, promosi wisata, serta acara seni dan budaya, talk show dan bedah buku. Acara ini dikelola oleh para anak muda Minang di Jabodetabek. Mereka membiayai sendiri acaranya tanpa bantuan dana APBD, saya sangat mengapresiasi hal ini. Pada tempat dan acara yang sama saya juga menghadiri pengukuhan Koperasi Saudagar Minang Raya oleh Menteri Koperasi dan UMKM. Pembentukan koperasi ini mentargetkan 1 juta anggota koperasi dengan tujuan untuk berkontribusi bagi kampung halaman.  

Minggu sebelumnya, 22 April 2017 saya juga menghadiri acara Minangpreneur Festival yang diadakan di Padang, diselenggarakan oleh Yayasan Minang Bandung Indonesia. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif RI Bpk. Triawan Munaf. Minangpreneur Festival mengumpulkan pengusaha muda pemula (start up) untuk kemudian diseleksi, yang lolos seleksi akan mendapatkan pelatihan gratis dengan tentor yang berasal dari CEO yang memiliki reputasi di bidangnya. Diharapkan muncul pengusaha yang tangguh dari acara ini dan dapat menularkan pengetahuan dan ilmu yang sudah didapat.  

Beberapa kegiatan tersebut adalah bagian dari wujud kepedulian orang rantau kepada ranah Minang. Mereka ingin berkontribusi kepada kampung halamannya dengan cara yang mereka bisa. Dan tidak hanya acara seminar, festival dan sejenisnya yang dilakukan. Merekapun peduli akan kesulitan kampungnya. Saya  masih ingat beberapa waktu lalu ketika terjadi banjir bandang di Kab. 50 Kota, ibu Nurhayati perantau asal Minang yang merupakan pemilik Wardah Kosmetik memberikan bantuan sebagai wujud kepedulian kepada ranah Minang. Saya turut membagikan bingkisan dari Wardah tersebut yang jumlahnya ribuan paket kepada masyarakat yang terkena musibah.

Minangkabau Cup yang perhelatannya masih berlangsung dan termasuk sukses penyelenggaraannya di Sumbar salah satunya dimotori oleh Hardimen Koto, orang rantau yang sudah tak asing lagi bagi para penonton acara sepakbola di stasiun televisi swasta. Dan juga dikenal sebagai wartawan senior.

Selaku Gubernur, saya mengapresiasi berbagai kegiatan/kreativitas yang dilakukan oleh para perantau yang berkeinginan memajukan Sumbar. Pemprov mendukung dan memfasilitasi kegiatan tersebut. Selama ini sudah banyak kegiatan orang rantau yang didukung dan difasilitasi oleh Pemprov, sesuai dengan aturan dan alokasi dana APBD yang berlaku. 

Selama ini perhatian orang rantau kepada kampungnya selalu berterusan, tak putus-putusnya. Hal ini nampak di kampung-kampung, di mana jalan-jalan semakin bagus, masjid dan mushola semakin indah bangunannya, rumah-rumah di kampung dengan arsitektur baru kian bermunculan, rumah gadang diperbaiki dan diperkokoh. Fasilitas umum seperti sekolah, penerangan jalan, dan lainnya satu persatu mendapatkan bantuan dari perantau sehingga semakin baik. Ada juga orang rantau yang meskipun tidak banyak memiliki dana, tapi tetap ada yang disisihkan untuk membangun kampungnya. Dan ini mungkin hanya dimiliki oleh orang Minang. 

Keinginan orang rantau berkontribusi untuk kampungnya sesungguhnya adalah aset yang sangat berharga. Oleh karena itu Pemprov Sumbar selalu berupaya agar aset ini tetap terus terjaga. Dan untuk itu dalam organisasi di Pemprov ditunjuk seorang pejabat eselon dua untuk menangani urusan dengan orang rantau ini yang memimpin organisasi perangkat daerah dengan nama Biro Rantau dan Kerjasama. Juga diperkuat dengan Badan Penghubung yang berkantor di Jakarta.

Saya mengajak agar kita senantiasa memupuk kebersamaan antara rantau dan ranah. Karena kebersamaan dan kesatuan rantau dan ranah adalah aset sekaligus potensi besar orang Minang dalam membangun Sumbar. Karena seperti kita ketahui bahwa nilai PAD (Pendapatan Asli Daerah) Sumbar tidaklah besar. Pendapatan terbesar berasal dari pajak kendaraan bermotor (PKB). Sementara kontribusi orang rantau selama ini jika dinilai mungkin jauh lebih besar nilainya.  
 
Untuk itu, memang ada yang harus kita hindari dan hilangkan agar aset kita ini terus berkembang menghasilkan kebaikan. Yaitu, kita hindari kecurigaan atau kecemburuan terhadap orang rantau yang memiliki keinginan untuk membangun kampungnya. Dan sebaliknya kita jauhkan prasangka bahwa orang ranah kurang melayani atau kurang menghargai niat baik orang rantau. Karena sejarah hidup manusia telah memperlihatkan bahwa kecurigaan dan penyakit hati hanya akan melemahkan kekuatan suatu kaum, tidak membawa kebaikan sama sekali. Sebaliknya kebersamaan, berbaik sangka, silaturahim, dan persatuan akan semakin menguatkan dan membawa kebaikan bagi kaum tersebut. Jika ini sudah terjadi lebih dahulu di tempat lain dan menghasilkan kemajuan dan kemakmuran, maka saya yakin kita pun bisa melakukannya. (tulisan yg sama Singgalang 3517)***