Remaja Melek Media
Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 24 Juni 2015 04:04:37 WIB
Minggu lalu di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Anies Baswedan Phd. mencanangkan Gerakan Nasional Remaja Melek Media. Program ini merupakan kerjasama antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Sumatera Barat terpilih sebagai lokasi perdana tempat pencanangan program ini secara nasional.
Menurut Menteri yang juga mantan Rektor Universitas Pramadina ini bukan tanpa sengaja Ranah Minang dijadikan tuan rumah pertama. Daerah ini punya catatan sejarah panjang tentang perkembangan media dan jurnalistik. Sejumlah tokoh nasional pelopor jurnalistik seperti Adinegoro, Rangkayo Rasuna Said dan sejumlah tokoh lainnya berasal dari Sumatera Barat.
Adinegoro, nama aslinya adalah Djamaludin gelar Datuak Maradjo Sutan lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 14 Agustus 1904. Beliau adalah adik kandung dari pahlawan Nasional Mr. Muhammad Yamin. Ia kuliah di Sekolah Kedokteran Stovia. Karena saat itu ia dilarang menulis, maka ia menggunakan nama samaran Adinegoro. Selanjutnya nama inilah yang kemudian lebih dikenal. Beliau dinobatkan sebagai Pelopor Jurnalistik Indonesia.
Rangkayo Rasuna Said lahir di Maninjau tanggal 14 September 1910. Beliau dikenal sebagai tokoh jurnalistik dan juga pejuang kemerdekaan menentang penjajahan Belanda. Beliau pendiri surat kabar Menara Poetri (1935) dan Pimpinan Redaksi Majalah Raya (1937). Beliau adalah tokoh jurnalistik wanita pertama di Indonesia.
Rasuna Said juga lulusan Diniyah Putri Padang Panjang, sempat berguru pada pimpinan Diniyah Yunus El Yunusiah. Ia sangat memperhatikan dan memperjuangkan aspek pendidikan untuk wanita. Pemerintah Belanda cukup terganggu dengan tulisan-tulisan dan gerakan yang dilakukan Rasuna Said sehingga ia dicekal.
Banyak tokoh-tokoh nasional lainnya yang berasal dari Sumatera Barat, dan yang lebih menarik umumnya tokoh-tokoh tersebut dekat dengan dunia jurnalistik. Sebut saja diantaranya M Yamin, Buya Hamka, Muhammad Nasir, Bung Hatta dan seterusnya. Mereka pernah jadi wartawan atau penulis. Dunia jurnalistik, kebiasaan menulis telah banyak terbukti melahirkan tokoh-tokoh intelektual.
Karena itu menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sejarah yang cemerlang itu perlu diulang lagi. Generasi muda, melalui sekolah-sekolah harus didekatkan lagi dengan media. Untuk itu dirancanglah program Gerakan Remaja Melek Media.
Melalui gerakan ini di sekolah-sekolah para pelajar diwajibkan membaca berbagai media, baik lokal, nasional maupun internasional. Mereka dibiasakan akrab dengan media, melek media, melek informasi terbaru yang berkembang. Mereka diharapkan tidak hanya membaca, mengikuti perkembangan informasi, tetapi juga mampu menulis serta mengkritisi media.
Kami Pemerintah Sumatera Barat akan menyampaikan surat edaran kepada Pemerintah Kota dan Kabupaten agar berlangganan koran lokal, nasional, atau internasional jika memungkinkan. Kepada guru-guru juga diminta untuk memberi tugas siswa-siswa membaca dan meringkas apa yang telah mereka baca tersebut, lalu dinilai. Dengan demikian akan timbul minat dan kebiasaan membaca sekaligus menulis pada siswa tersebut.
Sependapat dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, kita berharap sejarah itu berulang kembali. Dengan akrabnya generasi muda Sumatera Barat dengan media, gemar membaca, juga rajin menulis, akan muncul kembali tokoh-tokoh intelektual dari Sumatera Barat yang pada suatu saat nanti akan menjadi tokoh-tokoh nasional yang akan mengukir sejarah bangsa ini dengan tinta emas seperti dulu lagi. Juga diharapkan akan muncul lagi penulis-penulis muda, intelekual, kritis, serta diperhitungkan di kancah nasional maupun internasional dari Sumatera Barat.***(Irwan Prayitno)