Galakkan Wajib Baca Buku

Galakkan Wajib Baca Buku

Berita Utama ROMI ZULFI YANDRA, S.Kom(Dinas Kearsipan dan Perpustakaan) 26 Februari 2017 07:51:54 WIB


Kewajiban membaca buku bagi siswa dalam setahun harus mulai diberlakukan. Upaya dari sekolah memaksa siswa membaca buku dinyakini efektif untuk menumbuhkan minat dan  budaya baca di kalangan generasi muda

Kewajiban membaca buku yang digalakkan di sekolah dilakukan dengan membuat daftar buku yang harus selesai dibaca siswa, lalu dibuat rangkuman atau apresiasi. Selain itu, fasilitas buku harus murah diakses, bisa saja dengan cara bergilir di antara siswa.

Di Singapura ada wajib baca setahun. Waktu saya ikut program pertukaran pelajar AFS di Amerika Serikat, ketika belajar bahasa Inggris wajib membaca banyak karya sastra. Kenapa tidak juga dilakukan di pelajaran Bahasa Indonesia. Biasanya Kemendikbud harus membuat daftar buku-buku yag harus di baca, kata Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam acara bincang-bincang selesai pembukaan Minang Book Fair 2017 di Mesjid Raya Sumatera Barat, Kota Padang Jumat (24/2).

Hadir pula dalam acara itu, Kepala Perpustakaan Nasional M. Syarif Bendo, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia Rosidayati Rozalina, Ketua Umum Yayasan Gemar Membaa Indonesia Firdaus Oemar dan Gubernur Sumbar Irwan Pratiyno serta Bupati/Walikota se-Sumbar.

Dalam pameran buku yang menggabungkan kegiatan literasi, kuliner dan budaya yang digagas Yayasan Gemar Membaca Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Sumbar, Irwan Prayitno mencanangkan Gerakan Sumbar Membaca. Para Bupati/Walikota menandatangani nota kesepahaman untuk mengimplementasikannya hingga tingkat nagari (desa).

Dana desa dari pemerintah pusat akan dipakai juga untuk mewujudkan budaya baca hingga tingkat keluarga. Dalam acara ini, Gubernur Sumbar mendapat anugerah tokoh literasi dari Perpustakaan Nasional. Selain karena dukungannya untuk menggerakkan literasi di Sumbar, Irwan Prayitno juga produktif menulis buku. Sudah sekitar 40 buku ditulis oleh Irwan.

 

Dioptimalkan

Najwa mengatakan, Gerakan Membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran di kelas dapat dioptimalkan untuk memudahkan minat baca. Hal ini dapat disinergikan dengan kewajiban membaca karya sastra besar dari penulis Indonesia untuk menepis anggapan tragedi nol uku di negeri ini.

Menurut syarif, budaya baca di Indonesia sebenarnya ada dan berpotensi ditingkatkan. Namun, persoalan kesejangan antar wilayah membuat ketersediaan buku juga jadi kendala besar. Kondisi perpustakaan pun belum semuanya sesuai standar, baik dari pengelolaan, koleksi, maupun sumber daya manusia.

Terobosan yang perlu dilakukan dengan maraknya internet, katanya, adalah membuat konten digital supaya mudah diakses masyarakat, Perpustakaan Nasional menyediakan buku digital secara gratis lewat aplikasi iPusnas. Ada 12.000 juul buku dengan jumlah 120.000 buku digital yang bisa diakses secara gratis dan dipinjam. Ternyata ujar Syarif, minat baca ada. Salah satu indikasinya adalah antrean peminjaman buku digital hingga 300 orang per buku. sumber : Harian Kompas, Sabtu, 25 Februari 2017