Melahirkan Pemimpin yang Handal

Artikel () 23 November 2016 14:38:23 WIB


Melahirkan Pemimpin yang Handal

Oleh : Arzil

Beberapa hari lalu, saat saya bertemu Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit dalam sebuah kesempatan, beliau sangat mengharapkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada dilingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) untuk memegang teguh intergritasnya.

Ini dikemukakan Nasrul Abit kepada saya, ketika dirinya usai memberikan ceramah umum dihadapan para peserta  Diklat  Kepemimpinan  Tingkat IV Angkatan ke III, Diklat Prajabatan CPNS Golongan III Angkatan 5, 6 dan 7.

Selain itu juga ada peserta Diklat Teknis  Kependudukan dan Catatan  Sipil Angkatan 1 dan 2 Diklat Kemendagri  Regional  Bukittinggi di Balai Diklat Sumbar, Padang Besi, Indarung Padang, beberapa hari kemudian.

Dalam ceramah yang disampaikannya pada peserta diklat itu, Wagub Nasrul Abit meminta peserta diklat harus menguasai beberapa hal penting di lingkup kerja masing-masing peserta, mulai dari memahami karakter kerja, muatan lokal, serta bisa menghargai orang lain, dan sebagainya.

Sedikit diulas, karakteristik kepemimpinan yang ideal adalah bisa tenang dalam setiap kondisi, memahami dirinya sendiri sehingga bisa memahami orang yang dipimpinnya, apa yang saya tuliskan diatas, adalah hanya sebagian yang bisa dicapai oleh seorang pemimpin yang sudah bisa mengenali dan memahami dirinya sendiri.  

Ini akan membuat seorang calon pemimpin menjadi pemimpin yang sejati, pemimpin yang memahami dirinya sendiri, memahami pikiran dan perasaan sendiri, mampu memanfaatkan potensi luar biasa yang ada pada diri sendiri sehingga bisa digunakan untuk memimpin dengan benar.

Karakteristik kepemimpinan berikutnya adalah menghargai seseorang. Seorang pemimpin yang hebat bukanlah individunya saja yang hebat, tapi juga ada anggota hebat yang mendukungnya. Pemimpin baiknya memperhatikan anggotanya dengan memberi motivasi dan reward kepada anggotanya. Dengan demikian, anggota akan merasa dihargai oleh pemimpin.

Bisa dimaklumi, permintaan Wagub ini merupakan standar etos kerja yang dimiliki oleh seorang aparatur sipil Negara (ASN), terlebih lagi bagi mereka yang ingin menduduki suatu jabatan di lingkup kerja masing-masing.

Selain itu, permintaan Wagub Nasrul Abit ini pun menyiratkan bahwa ASN, terlebih di lingkungan Pemprov Sumbar untuk memiliki integritas tinggi dan tidak bertindak koruptif. Ini erat hubungannya dengan kerjasama yang dibuat Pemprov Sumbar dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga hukum lainnya.

Seperti kita ketahui, kehadiran sebagai aparatur yang memberikan pelayanan publik, Pegawai Negeri Sipil adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai aparatur negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Kesiapan aparatur dimaksudkan untuk menjadikan dirinya sebagai pembelajar (learner) yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam suatu tugas jabatan pemerintahan, siap belajar kepada nara sumber di luar dan dalam kampus, mampu merancang rencana tindakan melalui kesepakatan mitra kerja dan penggunaan waktu secara efektif.

 

Kesiapan melekat dengan kompetensi jabatan yang akan dibangun untuk memimpin suatu organisasi sesuai dengan jenjang jabatan. Kompetensi kepemimpinan strategis, yaitu kemampuan menetapkan strategi kebijakan instansi. Kompetensi kepemimpinan taktikal, adalah kemampuan dalam menjabarkan visi dan misi instansi ke dalam tujuan dan program.

 

Sedangkan kompetensi kepemimpinan operasional, adalah kemampuan dalam membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan. Aparatur memiliki kompetensi-kompetensi tersebut diproses melalui pembelajaran Diklatpim pola baru dalam berbagai tahapan waktu, agenda, dan penggunaan fasilitas sehingga peserta Diklat dapat mengikuti hingga tahap akhir atau evaluasi dan memperoleh hasil sesuai dengan tingkat kelulusan.

Hal lainnya yang juga perlu dipahami para ASN, sikap kepemimpinan juga tidak dapat terlepas dari sifat alami manusia yang memiliki motivasi. Ada pemimpin yang memiliki motivasi kekuasaan, pemberontak, dan kesempatan. Pemimpin adalah person atau orang, sedangkan kepemimpinan adalah spirit atau semangat.

Seorang manusia dengan jiwa kepemimpian memiliki peluang untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, seseorang tanpa semangat kepemimpinan mungkin saja menjadi pemimpin karena suatu kondisi yang terpaksa.

Menurut Robbins (2002:163) Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian.

 

Termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain; kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi. Kemudian, di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan adanya tujuan bersama yang harus dicapai.

 

Kata kuncinya, Kesiapan aparatur, kompetensi, dan Diklat. (***)