Tradisi “ Pulang Basamo ” Suku Minang di Nagari Salo

Artikel () 09 Agustus 2016 10:22:24 WIB


Oleh : Teguh Gunung Anggun

 

“Pulang Basamo”, tradisi mudik Orang Minang yang ada diperantauan atau pulang bersama. Sekarang sudah tergambar dibenak kita apa kira – kira yang dimaksud dengan “Pulang Basamo”, tersebut, yaitu sekumpulang orang Suku Minang diperantauan yang bersepakat untuk mudik atau pulang kampung bersama atau barengan dengan menggunakan bersama salah satu kendaraan, Bus, Kapal atau Pesawat pada waktu menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan berbagai  atribut yang melekat padanya antara lain baju khusus rombongan, spanduk yang dipasang pada kendaraan, membawa dana iuran untuk kampung halaman dan biasanya kampung yang dituju sudah disiapkan acara penyambutan oleh orang kampung.

Sejak kapan tradisi ini dimulai  belum ada literatur dan bukti otentik yang menjelaskan, hanya saja tradisi ini turun temurun sejak dulu kala. Setiap kampung atau desa di Ranah Minang (Sumatera Barat), yang disebut Nagari hampir semua mengadakan kegiatan ini. Salah satunya adalah Nagari Salo Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Pada Hari Raya Idul Fitri kali ini rombongan terbesar “Pulang Basamo”, adalah peratau orang Salo di Jakarta.

Sedang “Pulang Basamo”, dari perantau dari kota lainnya hanya beberapa orang. Misalnya dari Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau hanya ada tiga keluarga yang bersepakat pulang bersama berjumlah 9 (sembilan) orang, karena jumlah anggota rombongan yang tidak  begitu banyak mereka ini tidak menyiapkan pakaian khusus maupun kendaraan hanya waktu nya saja secara bersamaan, dikampung pun tidak ada acara penyambutan khusus untuk mereka, mereka akan bergabung nanti di acara penyambutan perantau dari Jakarta.

Kembali kepada rombongan dari Jakarta yang berjumlah sekitar 80 orang lebih ini sudah menyiapkan baju khusus untuk mereka. Baju khusus ini di cetak sebanyak jumlah rombongan dan dipakai nanti saat pulang bersama.

Rombongan ini menggunakan Bus yang di Carter (sewa) khusus untuk pulang bersama . dalam persiapan “Pulang Basamo”, IKS (Ikatan Keluarga salo) Jakarta ini ditunjuk panitia kecil untuk mengkoordinir semua proses pulang bersama ini seperti untuk mencetak pakaian, pengumpulan dana untuk transportasi, konsumsi dan dokumentasi selama perjalanan nanti, dan dana sumbangan untuk Nagari puluhan juta rupiah yang diberikan untuk membangun kampung nantinya yang sebagaian juga diambil dari dana kas IKS Jakarta  yang mana iurannya rutin setiap bulannya.

Perjalanan dari Jakarta ke kampung halaman dengan menggunakan Bus ini cukup memakan waktu dan phisik yang cukup melelahkan. Perjalanan diperkirakan selama dua hari satu malam, kalau8 terjebak macet serta jalan yang rusak parah bisa memakan waktu yang lebih lama. Rombongan ini berangkat tanggal 26 Juni pagi  kemaren dari Jakarta dan malam sudah menyeberangi selat sunda dan diperkirakan rombongan akan sampai di kampung halaman Nagari Salo Sumatera Barat paling lambat tanggal 28 Juni 2016.

Di kampung halaman warga telah mempersiapkan sambutan untuk rombongan ini di simpang lapau Mak Ajo di depan rumah Wali Nagari Salo, lalu ada juga sajian berbuka bersama malam nanti di Masjid Al Hidayah (Surau Gudang). Makanan disediakan adalah makanan kas yang jarang ada di jual diperantauan dan hanya ada di kampung halaman, makanan ini adalah jajanan rakyat khas kampung halaman dimasa kecil dahulu bahkan  sudah jarang dibuat oleh masyarakat saat ini. Makanan itu antara lain karupuak kuah, antimun balado, jaguang bagulo jo karambia, karupuak cancang dan sebagainya.

Melengkapi rangkaian acara yang di adakan pada malam itu acara khatam Al-quran anak – anak Nagari yang seluruh biayanya merupakan bantuan masyarakat perantau Nagari Salo. Pada acara Khatam Al-=quran anak Nagari ke 14 kali ini, diikuti oleh 38 peserta, dan akan dipotong 40 ekor kambing untuk anak – anak orang rantau yang akan aqiqah di kampung. Acara ini dihibur dengan penampilan drum band, Gambus dan Salawak Dulang. Bahkan  juga direncanakan juga oleh para perantau untuk mengadakan acara selepas lebaran nanti berupa panjat pinang, orgend, serta singang ayam dan saluang.

Makna kegiatan “Pulang Basamo”, ini bagi para perantau adalah mempererat rasa mkesatuan dan kekeluargaan warga perantau Nagari Salo di tanah rantau. Kemudian untuk kampung halaman adalah terbantunya pembangunan dan acara dikampung halaman dari sumbangan perantau yang nilainya bisa dikumpul semua dari seluruh perantau se Indonesia bisa ratusan juta rupiah. Namun yang lebih dari itu kebahagian berkumpul bersama sanak saudara dikampung itulah utama setelah berjauhan.

“Pulang Basamo”,  ini merupakan perjalanan nyang mulia yaitu untuk mempererat silahturahmi anatara warga rantau dan karib kerabat dikampung halaman.

Orang Minang punya tradisi mudik bernama Pulang Basamo atau pulang bersama moment ini sangat ditunggu sekaligus menjadi kesemmalapatan untuk Traveling bareng.u