Aplikasi Online – Media Sosial : Bangkitkan Usaha Rumahan

Artikel () 09 Agustus 2016 10:10:20 WIB


Oleh : Teguh Gunung Anggun

 

Afrianita namanya, yang akrab dipanggil Uni  Tha - ta. Ibu rumah tangga, kelahiran Kota Padang, 18 September 1981. Wanita Pemilik sekaligus pendiri  Yuppy Cholatto. Ibu dari dua orang anak ini tak pernah menyangka , sukses menekuni bisnis Kue coklat sejak tinggal di rumah mertuanya di Bandung.

Usaha yang dilakoni Uni Fanny sejak 10 (sepuluh) tahun silam itu, sudah dikenal hingga keluar Sumatera Barat, pulau Jawa, Bali bahkan sampai ke negeri tetangga. Fanny melayani pesanan online  dari Jambi, Pekan Baru, Pulau Jawa bahkan sampai dari Kuala Lumpur, Malaka dan Singapura. Outlet - nya,  beralamat di Kompeks Pola Mas Blok : K No. 15.  Andalas Kecamatan Padang Timur -  Kota Padang, tak pernah sepi dari pengunjung.

 “Suami saya sering dinas keluar kota, jadi saya harus lakukan sendiri. Kue yang dititipkan ke warung dikasih stiker dan Nomor Handphone. Awal – awalnya tentu ada yang komplain masalah rasa, namun ada juga yang meminta pesanan khusus “,  ujarnya.

Memasuki dunia Digital, Fanny mulai mempromosikan usahanya melalui media sosial Facebook mulai 2008. Tidak hanya Fecebook, kini Fanny juga melayani pesanan via Twitter, Instagram dan Line dengan akun yuppycholatto,serta melayani orderan melalui WhatsApp (WA)dan Black Berry Messenger (BBM).Semua aplikasi online itu, sangat membantu usaha saya untuk memasarkan produk sampai ke mancan negara.

Karena usaha saya masih tergolong baru di Sumbar, rata-rata pertemanan Facebook dengan orang luar Sumbar. Hanya ada beberapa orang Padang nge –add saya waktu itu. Dari sana bisnis saya mulai berkembang kata istri Moel Kadir ini.

Dalam sehari, rata – rata 60 Kue Ultah terjual. Selain itu, 100 hingga 150 kotak Brownis Kukus  laku, serta  Varian Trufle, Pie Choco dan pesan kue lainnya. Selain memiliki rumah produksi sendiri, wanita yang biasa disapa Nifan ini (uni fanny), dengan bantuan 20 (dua puluh) orang karyawan. Yang bertugas sesuai dengan spesifikasi masing – masing. Diantaranya memoles, merancang hiasan, memasak adonan dan sebagainya. Fanny mengistilahkan dengan Divisi 9. Yaitu : Divisi Fondant, Divisi Choklat, Divisi Dapur, Divisi Gudang, Divisi Cetak, Divisi Order, Divisi Marketing, Divisi Publikasi dan Devisi Cinta.

“Masing – masing Divisi berlomba meraih prestasi. Ada reward yang diberikan tiap bulan. Misalnya, bulan ini Divisi berprestasi adalah devisi dapur, maka seluruh personelnya memperoleh bonus gaji”, jelasnya.  Untuk perorangan, lanjut Fanny, ada pula penilaian kinerja secara menyeluruh. “ Disamping bonus Divisi, gaji tetap, satu orang yang berprestasi mendapatkan  bonus reefan sebesar @ Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)”, tambahnya.

Bagi Fanny, kenyamanan karyawan adalah hal utama. Dia tak mengenal istilah potong gaji. Sekalipun merugi dan komplain pelanggan, Fanny tidak pernah memarahi karyawannya. “ Saya dulu pernah merasakan jadi orang bawahan. Makanya, bagi saya suasana kerja harus kondusif dan bersifat kekeluargaan. Jika ada pelanggan komplain, saya tawarkan discount atau dikasih free saja sekalian. Yang penting tidak ada merasa kecewa”, ungkapnya.

Dijumpai dikediamanya, beberapa hari lalu, Fanny mengungkapkan trik membagi antara bisnis dn keluarga. Manajemen pembagian tugas mengasuh anak dengan Suami harus tertata rapi.  Sebagai Ibu rumah tangga yang baik, Fanny terbiasa memisahkan jadwal kerja dengan keluarga.

“ Saya online terbatas di jam kerja saja. Kalau dirumah, kadang – kadang orderan pelanggan jarang ditanggapi. Jika anak jadi rewel, ya terpaksa bekerja sambil mengendong anak”, ungkapnya sambil tertawa. Sebelum tidur, Fanny menyempatkan diri berkumpul dengan suami dan seluruh anak – anak. “ Sikembar masih kecil, lebih membutuhkan saya sebagai seorang ibu. Bagi tugas dan saling support itu penting. Sesukses apapun tetap utamakan keluarga “, katanya.

Sebagai seorang perempuan, Fanny menyadari dia dekat dengan ;perasaan dan emosional.. menurutnya sisi perempuan itu murah down dan patah semangat. “ Saya dulu perempuan yang sangat pesimis. Memiliki sebuah toko kue hanya sebatas impian. Tapi ketika suami saya memberi motivasai dengan sloga kamu pasti bisa, semangat saya terus tumbuh tiada hentinya”, tutur Fanny menirukan kata suaminya.