PENTINGNYA KOMPETENSI KEPERIBADIAN DAN SOSIAL MENUJU WIDYAISWARA AHLI
Artikel Badan Pendidikan dan Latihan(Badan Pendidikan dan Latihan) 29 Juli 2016 19:10:30 WIB
Oleh : H.ERMAN.SE.MM
Widyaiswara Badan Diklat Prov.Sumbar
Standar Kompetensi Widyaiswara didefenisikan sebagai kemampuan minimal yang secara umum harus dimiliki oleh seorang Widyaiswara dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya untuk mendidik, mengajar, dan atau melatih PNS. Standar Kompetensi Widyaiswara yang ditetapkan oleh Lembaga Administrasi Negara ada Empat ( 4 ) yaitu ;
- Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran, yaitu kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan , dan ,mengevaluasi pembelajaran.
- Kompetensi Substantif, yaitu kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara dibidang keilmuan dan keterampilan dalam mata Diklat yang diajarkan.
- Kompetensi Keperibadian, yaitu kemampuan yang harus dimiliki Widyaiswara mengenai tingkah laku dalam melaksanakan tugas jabatannya yang dapat diamati dan dijadikan teladan bagi peserta Diklat.
- Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan yang harus dimiliki Widyiswara dalam melakukan hubungan dengan lingkungan kerjanya.
Keempat kompetensi diatas dapat disederhanakan yaitu kompetensi keras ( hard competency ) berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan / intelektualitas dibidang tugasnya dan kompetensi lunak ( soft competency ) berupa perilaku dan moral serta sikap mental yang mendukung pelaksanaan tugas. Penguasaan terhadap kompetensi ini diharapkan agar Widyaiswara lebih profesional. Selanjutnya Rahmat Syahni ( 2008 ), menambahkan bahwa untuk profesionalisme Widyaiswara harus memiliki : 1. Keahlian dalam bentuk penguasaan ilmu dan metoda pengajaran, 2. Komitmen dan panggilan jiwa untuk menekuni bidangnya secara fokus dan sungguh-sungguh, 3. Etika yang menuntut Widyaiswara agar selalu menjadi tauladan dalam sikap dan perilaku.
Desi Fernanda ( 2007 ), mengatakan bahwa kapasitas dan kompetensi Widyaiswara secara umum terdiri dari tiga ( 3) kemampuan dasar yaitu penguasaan materi ( content expert ), keahlian mengajar ( transfer expert ), dan etika ( ethics ).
Berdasarkan uraian diatas kompetensi selalu diasosiasikan dengan kemampuan yang harus ada dan terukur atau dapat diamati, hal ini memungkinkan pula untuk dapat dinilai atau diberi sertifikasi atau dapat pula dijadikan standard dan bahkan masuk dalam standar internasional ( ISO ). Dalam tulisan ini kompetensi yang akan dibahasadalah kompetensi keperibadian dan kompetensi sosial.
Soerjono Soekanto (1990) menjelaskan bahwa keperibadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan dengan keperibadiannya, karena keperibadian merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu. Keperibadian gabungan pengaruh biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
Faktor biologis dapat mempengaruhi keperibadian seseorang secara tidak langsung, misalnya seorang yang mempunyai badan lemah ( secara fisik ), dapat mempunyai sifat rendah diri. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi keperibadian adalah unsur-unsur temperamental, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan dan sebagainya. Sedangkan faktor sosiologis dapat mempegaruhi keperibadian seseorang dalam setiap masyarakat akan dijumpai suatu proses, dimana seseorang melakukan adaptasi pada lingkungan barunya melalui proses.
Sondang ( 2004 ) mengatakan bahwa mengenal ciri-ciri utama keperibadian itu sangat penting, salah satu cara yang dapat dilakukan mengenai berbagai jenis keperibadian itu adalah dengan mengisolir empat variabel yaitu :
- Keperibadian yang ekstrovert (terbuka ).
- Keperibadian yang introvert ( tertutup ).
- Tingkat keresahan yang tinggi.
- Tingkat keresahan yang rendah.
Pengabungan dua variable tertentu, akan memberikan gambaran tentang keperibadian seseorang.Misalnya : seorang yang ekstrovert dengan tingkat keresahan yang tinggi akan membuatnya menjadi orang yang tegang, emosional, tidak stabil, tetapi sekaligus hangat dalam pergaulan, mudah berteman. Sebaliknya jika faktor ekstrovert digabung dengan tingkat keresahan yang rendah , orang yang bersangkutan akan menunjukan sifat yang tenang, percaya diri, mudah melakukan penyesuaian, hangat dalam pergaulan dan mudah berteman. Jika ciri yang introvert digabung dengan tingkat keresahan yang tinggi, akan telihat sikap seperti tegang, emosional, tidak stabil, dingin dalam pergaulan dan pemalu. Jika ciri introvert digabung dengan tingkat keresahan yang rendah , akan terlihat keperibadian yang tenang, percaya diri, dapat dipercayai, mudah penyesuaian, dingin dalam pergaulan dan pemalu.Sudah barang tentu contoh diatas belum menggambarkan semua tipe kepribadian seseorang.
Selanjutnya Soerjono Soekanto ( 1990 ) mengatakan bahwa bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang ,menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok-kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, aktivitas-aktivitas semacam ini merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan bergabung.
Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial, faktor ini dapat mendorong seseorang untuk mematuhi nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang berlaku. Faktor sugesti, berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Hal ini mungkin terjadi karena yang memberikan pandangan atau sikap adalah orang (Widyaiswara ) yang berwibawa. Faktor simpati, sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk berkerja sama dengannya.
Dengan memahami ciri-ciri keperibadian dan proses sosial dan interaksi sosial, kiranya hal-hal yang harus dipenuhi oleh setiap Widyaiswara dalam pemenuhan kompetensi keperibadian dan sosial ( soft competency ) adalah :
- Secara biologis, seharusnya Widyaiswara sehat secara fisik, dapat tampil sempurna,termasuk penampilan dalam berpakaian , dalam hal ini Widyaiswara dianjurkan pakai baju lengan panjang dan berdasi bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan menyesuaikan, hal ini memungkinkan menjadikan Widyaiswara yang percaya diri.
- Secara psikologis, Widyaiswara harus dapat mengendalikan emosinya sehingga dapat tampil ( dalam proses belajar ,mengajar ) dengan teperamen terkendali.
Pengendalian emosi ini dapat juga dimulai dari pengenalan diri dari setiap Widyaiswara pada awal pertemuan, secara psikologis bila dimulai dengan pengenalan diri akan membawa keakraban dan merasa dekat dengan para peserta didik.
- Secara sosiologis Widyaiswara harus sadar bahwa keperibadian erat kaitannya dengan profesi, oleh sebeb itu seorang Widyaiswara tidak hanya mengajar didepan kelas saja tetapi dia juga bisa menjadi fasilitator, motivator terhadap orang lain, tauladan bagi orang lain, ini erat kaitannya dengan etika / kode etik Widyaiswara ( tepat waktu, mencurahkan tenaga dan pikiran untuk keberhasilan, meningkatkan pengetahuan, menghargai sesama Widyaiswara, komitmen kebersamaan, kerja sama diantara Widyaiswara ).
- Mampu menjadi sosok yang terbuka.
- Seorang Widyaiswara harus mampu berinteraksi dengan lingkungan, pola yang terbaik adalah dengan mengutamakan dan menimbulkan sugesti dan simpati pada lingkungan termasuk tempat bekerja maupun terhadap para peserta pelatihan.
Widyaiswara perlu memotivasi dirinya agar kompetensi yang telah ditetapkan oleh Lembaga Administrasi Negara tersebut dapat dipenuhi sehingga mampu menjadi tenaga yang profesional.
Kesimpulan :
Widyaiswara adalah jabatan fungsional, suatu jabatan yang dalam melaksanakan tugasnya harus didasarkan pada kompetensi tertentu dan kode etik jabatan. Oleh sebab itu harus memenuhi hard competency dan soft competency. Kompetensi kepribadian dan sosial sangat berpengaruh pada kepercayaan diri sendiri, wibawa dalam melaksanakan tugas , mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang serba mandiri.
Kepustakaan .
- Desi Fernanda ( 2007 ), Sinergitas Strategi Peningkatan Kualitas Diklat
Dalam Rangka Meningkatkan Kompetensi Aparatur Daerah.Rakornas
Badan Diklat Bandung.
- Direktorat Pembinaan Widyaiswara LAN ( 2008 ), Peningkatan Kompetensi
Widyaiswara Menuju Lembaga Diklat Yang Berstandar Internasional.
Seminar Pengembangan Widyaiswara Badan Diklat Prov.Sumbar.
- Rahmat Syahni (2007 ), Kompetensi Widyaiswara Dalam Menunjang Otonomi
Daerah. Sarasehan Widyaiswara di Padang.Balai Pendidikan dan
Pelatihan Bawah Tanah Sawahlunto Sumatera Barat.
- Sondang. P Siagian (2004 ), Teori Motivasi dan Aplikasinya.Penerbit Rineke
Cipta Jakarta.
- Soerjono Soekanto ( 1990 ), Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers.Jakarta.
Berita Terkait Lainnya :
- EVALUASI MAKRO KEHIDUPAN BERAGAMA DAN SOSIAL BUDAYA DI SUMATERA BARAT TAHUN 2006-2009
- PENYULUH KEHUTANAN SEGERA KEMBANGKAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA BARAT
- MENKES APRESIASI KEGIATAN BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK 40.000 MATA
- KONTINGEN OSN SD DAN SMP MENUJU PALEMBANG
- PENTINGNYA KETERBUKAAN INFORMASI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALITAS APARATUR SIPIL NEGARA