Ramadhan Membentuk Karakter
Artikel Jojon(Biro Humas) 21 Juni 2016 21:27:21 WIB
Oleh Irwan Prayitno
Lapar mengajarkanmu rendah hati selalu. Demikian sebuah lirik lagu yang menceritakan jawaban seorang ayah kepada anaknya perihal manfaat menahan lapar saat puasa. Lagu ini dipopulerkan oleh grup Bimbo, dan selalu muncul di saat Ramadhan.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin sebagian kita tidak pernah menahan lapar, karena mampu untuk mencukupi kebutuhan. Namun jika tiba-tiba Allah menghendaki kita sulit memenuhi kebutuhan hingga harus hidup menahan lapar, kita akan bertemu dengan keadaan sebenarnya. Nasib berubah seperti ini pasti tidak dikehendaki. Namun bukan tidak mungkin.
Dalam kehidupan, orang yang mengalami perubahan nasib seperti itu di antaranya dialami oleh orang-orang sombong. Ketika berpunya, sehat, kuat, kesombongannya luar biasa. Seakan-akan akan seperti itu selamanya. Semua orang adalah kecil dalam pandangannya. Empati pun tak ada. Namun pada suatu titik, tiba-tiba ia jatuh. Barulah ia sadar bahwa kesombongannya tak berguna.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman: 18).
Berpuasa dengan menahan haus dan lapar adalah salah satu bagian dari membentuk karakter positif. Bagi yang hidupnya berkecukupan, dengan berpuasa bisa merasakan kehidupan orang-orang yang menahan lapar sehari-hari sehingga ia bisa lebih bersyukur lagi dan menundukkan dirinya di hadapan Allah SWT. Sehingga muncul sikap rendah hati kepada sesama manusia.
Allah SWT mewajibkan orang-orang yang beriman berpuasa dengan tujuan menjadi orang yang bertakwa. Pengertian takwa adalah menjalankan perintah Allah SWT dengan mengharap rahmatNya dan meninggalkan maksiat karena takut siksaNya.
Pencapaian taqwa bagi seorang muslim ditandai dengan munculnya karakter positif pada dirinya, di antaranya setelah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Seperti dicontohkan Rasulullah SAW, puasa di bulan Ramadhan akan membentuk karakter peduli sesama. Rasulullah SAW adalah orang yang gemar bersedekah, dan di bulan Ramadhan sedekah yang dilakukan Rasulullah SAW lebih hebat lagi dibanding bulan lain. Masjid, mushola, dan lembaga amil zakat biasanya di bulan Ramadhan mengalami kenaikan infak dan sedekah dibanding bulan lain. Ini sebagai pertanda banyak orang yang berinfak dan sedekah di bulan ini dibanding bulan lainnya sekaligus memperlihatkan kepedulian sesama yang masih ada.
Puasa di bulan Ramadhan, umat Islam dengan rela menahan haus, lapar dan hawa nafsu lainnya sejak subuh hingga maghrib. Tidak ada satupun yang memaksa, namun dilaksanakan dengan ikhlas. Mereka tidak membantah ketika harus menahan sejak subuh hingga maghrib. Tidak ada todongan senjata atau hukuman fisik yang dipaksakan. Ini juga salah satu bentuk karakter yang muncul ketika menjalani ibadah puasa, yaitu karakter taat. Ketaatan kepada perintah Allah SWT akan mendatangkan kebaikan bagi yang melaksanakannya.
Bagi yang mencoba melanggar dengan membatalkan puasa di siang hari namun mengaku puasa kepada orang lain, ia akan dihadapkan kepada penilaian Allah SWT. Bisa dipastikan hati nuraninya akan mengaku bersalah ketika mengaku puasa kepada orang lain padahal baru saja ia makan dan minum di siang hari. Maka puasa juga membentuk karakter jujur pada diri seorang muslim.
Masih banyak lagi karakter positif yang dibentuk melalui puasa dan ibadah di bulan Ramadhan. Menjalaninya dengan sepenuh hati disertai keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT insya Allah akan memberikan dampak positif di kemudian hari. Segala sesuatu kebaikan tak akan luput dari catatanNya. Allah SWT berfirman yang artinya, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS Al Zalzalah:7). Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan derajat ketakwaan di bulan Ramadhan ini. ***
Metro Andalas, 21 Juni 2016