Mari Membangun Kota Padang

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 23 Juni 2014 03:33:15 WIB


Pilkada Kota Padang merupakan Pemilu dengan rute panjang dan marathon. Prosesnya berlangsung hampir setahun. Bermula dari pesiapan sejak pertengahan tahun 2013, setelah beberapa kali terundur, dilanjutkan dengan tahap pencoblosan pada bulan Oktober 2013. Lalu karena tidak diperoleh pemenang dengan jumlah perolehan suara 30 persen plus 1, proses pemilihan dilanjutkan lagi dengan Pilkada Putaran II pada bulan Maret 2014.

Ternyata prosesnya belum selesai sampai di situ, meski pasangan Mahem (Mahyeldi- Emzalmi) berhasil memenangkan prolehan suara terbanyak. Proses masih berlanjut lagi melalui sidang di Mahkamah Konstitusi (MK). Proses Pilkada Kota Padang berpindah sejenak ke Jakarta. Benar-benar sebuah perjalanan panjang dan melelahkan.

Kini, Walikota dan Wakil walikota Padang sudah terpilih dan telah selesai pula dilantik. Kita mengucapkan terimakasih tentunya kepada semua pihak, baik unsur KPU beserta perangkatnya, masyarakat umumnya, baik yang berperan aktif sebagai tim pemenangan dan pendukung masing-masing kandidat, maupun yang berperan pasif sebagai pemilih. Ucapan terima kasih dan penghargaan tentunya juga kita sampaikan kepada aparat keamanan yang telah bekerja keras menciptakan kondisi yang kondusif sehingga Pilkada kota Padang berlangsung lancar dan aman.

Selama perjalanan panjang pemilukada tersebut tentu wajar timbul beda pendapat di sana-sini, masing-masing kandidat berupaya keras meyakinkan pemilihnya bahwa calon mereka lah yang terbaik. Ada kelompok-kelompok masyarakat atau tokoh masyarakat yang mendukung satu kandidat dan berupaya mengalahkan kandidat lainnya dan sebaliknya. Masing-masing kelompok seperti berlomba-lomba untuk jadi pemenang.

Dalam keadaan demikian tentu tak jarang terjadi gesekan-gesekan atau friksi-friksi. Entah siapa yang memulai dan entah siapa yang menebarnya tak jarang muncul fitnah, hasutan atau kampanye hitam (black campaign). Tak jarang suasana panas pun tercipta, bagi yang tidak sabar bisa terpancing dan terbawa emosi.

Tapi syukurlah hal itu tidak terjadi dalam Pilkada Kota Padang, semua berlangsung aman dan damai. Jika muncul riak-riak kecil ke permukaan, itu merupakan dinamika sebuah Pemilu, dan bisa diselesaikan dengan baik dan cepat. Ini pertanda masyarakat kita makin dewasa dalam berpolitik. Demokrasi memang menuntut kita untuk berbeda pendapat, tapi bukan untuk berpecah-belah, apalagi sampai berlarut-larut dan melakukan tindakan anarkis. Kita patut acungkan jempol untuk masyarakat Sumatera Barat dalam hal ini, mampu berdemokrasi secara dewasa. Hal ini terlihat dari berkali-kali Pilkada atau Pileg dilaksanakan selalu berjalan lancar dan aman.

Kita semua tentu mendambakan Kota Padang menjadi kota yang bersih, nyaman, tertib, indah, asri dan kegiatan ekonominya berkembang dengan baik. Kota Padang adalah ibukota dan etalase Provinsi Sumatera Barat. Pepatah Inggris mengatakan, “ikan itu busuk mulai dari kepalanya.” Jika kota Padang semrawut dan tidak nyaman, pastilah orang menilai semua kota di Sumatera Barat sama seperti itu.

Walikota dan Wakil Walikota terpilih (Mahyeldi dan Emzalmi/Mahem) tentu harus bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita tersebut . Banyak masalah-masalah krusial yang perlu diselesaikan segera.  Terobosan-terobosan baru harus dibuat agar terjadi percepatan pembangunan. Masyarakat tentu juga menanti diwujudkannya 10 program unggulan yang dulu dijanjikan saat kampanye. Karena itu diperlukan SDM PNS yang cakap dan berkualitas. Tentunya setaip promosi dan mutasi PNS agar tetap mempertimbangkan faktor kompetensi dan integritas.

Kepada Walikota Padang terdahulu kita mengucapkan terimakasih atas pembangunan dan prestasi-prestasi yang telah diperoleh. Wako dan Wawako yang baru berkewajiban melanjutkan program-program yang baik yang telah dimulai Walikota sebelumnya serta menyempurnakan jika ada program lama yang dianggap masih belum maksimal.

Kini Pilkada Kota Padang telah usai, saatnya untuk bekerja dan berbenah. Mari kita lupakan perbedaan pendapat yang pernah terjadi, mari kita hilangkan sekat-sekat kelompok, partai, kampung atau apapun namanya. Meski Walikota/Wakilwalikota terpilih hanya didukung oleh 2 partai politik dan hanya dipilih oleh 31 persen penduduk kota Padang, tapi kini mereka adalah 100 persen milik warga kota Padang. Mereka berkewajiban memenuhi aspirasi dan tuntutan warga kota Padang, tanpa kecuali dan tanpa diskriminasi.

Mari kita saling berjabat tangan dan merapatkan barisan, bersatu-padu untuk membangun Kota Padang seperti yang telah lama kita idam-idamkan bersama. Insya Allah cita-cita kita bersama bisa diwujudkan dengan kebersamaan pula. (Irwan Prayitno)