KISAH BERHIKMAH SANG AYAH
Artikel () 21 Juni 2016 10:06:13 WIB
Oleh : SITI ZAKIAH SP
Di Suatu sore Seorang tukang becak di depan anak-anaknya menaruh topless yang bening dan besar di atas meja.
* Lalu sang ayah mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuhkah toples ini..?
* Anak-anaknya menjawab: "Sudah penuh".
* Lalu sang ayah mengeluarkan kelereng dari sakunya dan memasukkan nya ke dalam topless tadi. Kelereng mengisi sela-sela bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"
* Anak-anaknya mejawab: "Sudah penuh".
* Setelah itu sang ayah mengambil segenggam pasir dan memasukkan nya ke dalam topless yang sama. Pasir pun mengisi sela-sela bola dan kelereng hingga tidak bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sudah penuh dan tidak ada yang bisa dimasukkan lagi ke dalamnya. Sudah penuhhhh....??? ....Sudah jawab anak-anak
* Tetapi terakhir sang ayah menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yang sudah penuh dengan bola, kelereng dan pasir itu.
Sang ayah kemudian menjelaskan bahwa:
"Hidup kita kapasitasnya terbatas seperti topless. Masing-masing dari kita berbeda ukuran toplesnya":
1.Bola tenis adalah hal-hal besar dalam hidup kita, yakni : Iman dan Taqwa sesuai Firman Allah kepada kita yang patut kita jalani. Tanggung-jawab terhadap, orang tua, istri/suami, anak-anak, serta pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal dan kesehatan.
2.Kelereng adalah hal-hal yang penting, seperti : pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dan lain lain.
3. Pasir adalah yang lain-lain dalam hidup kita, seperti olah raga, nyanyi, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dan lain lain.
Jika hidup kita diisi dengan mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng dan bola tennis tidak akan bisa masuk.
Berarti, hidup kita hanya berisikan hal-hal kecil. Hidup kita habis dgn rekreasi dan hobby, sementara APA yang menjadi Kehendak Allah dan keluarga terabaikan.
Jika kita isi dengan mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dan seterusnya seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap.
Berisikan mulai dari hal-hal yang besar dan penting hingga hal-hal yang menjadi pelengkap.
Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas dan bijak.
Tahu menempatkan mana yang prioritas dan mana yang menjadi pelengkap.
Jika tidak, maka hidup bukan saja tidak lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali.
* Lalu sang ayah bertanya: "Adakah di antara kalian yang mau bertanya?"
Semua anak-anaknya terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dalam pelajaran tadi.
* Namun, tiba-tiba seseorang anak nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yang dituangkan tadi .....?"
* Sang ayah menjawab dengan tersenyum :
"Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jangan lupa masih bisa disempurnakan dengan bersilaturahim sambil "minum kopi" ....dengan tetangga, teman, sahabat yang hebat. Jangan lupa sahabat lama.
Saling bertegur sapa, saling senyum bersenda gurau .....