Isra’ Mi’raj, Ramadhan dan Momentum Perbaikan Diri

Artikel () 16 Mei 2016 16:16:15 WIB
Umat Islam Indonesia baru saja melalui hari besar Islam yaitu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 27 Rajab 1437 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 5 Mei 2016. Pada masa Nabi Muhammad SAW, peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi cemoohan karena pada masa itu pikiran dan kemampuan manusia belum bisa menerima adanya perjalanan jarak jauh dalam waktu singkat. Namun di kemudian hari, peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai sebuah perjalanan jarak jauh dapat dibuktikan perlahan-lahan dengan perkembangan teknologi pesawat udara dengan kecepatan yang semakin bertambah.
Maka beruntunglah para sahabat Nabi SAW pada waktu itu berserta kaum muslimin yang meyakini peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW tersebut. Percaya kepada apa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari keimanan seorang muslim. Maka di saat teknologi semakin canggih ini, sudah sepantasnya umat Islam lebih percaya akan Risalah Nabi Muhammad SAW karena berbagai pembuktian Hadits Nabi SAW dan juga ayat-ayat Al Quran sudah banyak dilakukan.
Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang dilakukan setiap tahun tentunya sudah semakin banyak hikmah yang diambil oleh umat Islam dari peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut. Namun karena Islam itu adalah agama nasehat, maka semakin kita memaknai peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut akan semakin kaya dengan ilmu dan juga keyakinan ajaran Islam ini.
Salah satunya adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Baitul Maqdis di Palestina ke Sidratul Muntaha. Nabi Muhammad SAW diijinkan melihat neraka beserta isinya. Dalam beberapa hadits, Nabi Muhammad SAW menceritakan tentang isi neraka tersebut. Salah satu kisah yang terkenal adalah informasi bahwa mayoritas penghuni neraka adalah wanita.
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari itu. Aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Mengapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Masih kisah isi neraka dan penghuni wanita, ternyata berbuat jahat kepada hewan pun mendapat ganjaran yang luar biasa.
Bukhari meriwayatkan dari Asma bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Surga berada begitu dekat denganku sehingga jika aku mau, aku dapat memetik beberapa buahnya. Neraka juga didekatkan sekali kepadaku sehingga aku berkata, “Ya Allah, bahkan aku masih bersama mereka?” Aku melihat seorang wanita yang sedang dicakar seekor kucing, dan aku bertanya, “Mengapa ini?” Mereka memberitahuku, “Ia (wanita itu) menyekap kucing tersebut sampai mati kelaparan; ia tidak memberinya makan, dan tidak melepaskannya supaya kucing tersebut dapat memakan tikus-tikus yang berkeliaran di bumi.” (Shahih al-Jami’, IV, hal. 133, hadits no. 4247)
Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Mughirah ibn Syu’bah bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Neraka didekatkan sekali kepadaku dan aku mencoba meniup panasnya agar tidak menerpa wajahku. Aku melihat di dalamnya seorang lelaki dengan sebuah tongkat yang bengkok ujungnya, seorang lelaki lain yang menggembalakan bahirah (nama yang diberikan oleh masyarakat jahiliah kepada unta betina yang dibiarkan lepas untuk makan rumput sebebas-bebasnya setelah telinganya disayat), seorang lelaki Humayr, dan wanita yang menyekap kucing (Ibid., II, hal. 181, hadits no. 1968).
Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Surga dan neraka diperlihatkan kepadaku. Surga didekatkan sekali kepadaku, sehingga aku berusaha untuk mengambil buah-buahan darinya, tetapi aku tidak dapat mencapainya. Neraka juga diperlihatkan kepadaku, dan didekatkan sekali kepadaku, sehingga aku mundur karena takut akan tersentuh olehnya. Aku melihat seorang wanita Humayr yang tinggi dan hitam, yang sedang dihukum karena seekor kucing miliknya: wanita itu mengikat kucing tersebut dan tidak memberinya sesuatu untuk dimakan dan diminum, dan tidak melepaskannya agar ia dapat makan tikus. Aku juga melihat Abu Thumamah ‘Umar ibn Malik yang sedang ditarik batang tenggorokannya di neraka.”
Kisah-kisah di atas menunjukkan bagaimana balasan di neraka bagi orang-orang yang melakukan kejahatan. Sungguh sangat mengerikan. Seorang wanita yang mengikat seekor kucing sehingga tidak bisa makan ternyata tidak lepas dari siksa neraka. Apalagi kejahatan yang lebih besar dari itu, yaitu kepada manusia. Berkata yang tidak baik kepada suami pun bisa menyebabkan seorang istri masuk neraka seperti hadits di atas.
Allah SWT sesungguhnya adalah Maha Adil. Dalam kehidupan setiap kebaikan akan mendapat balasan. Bahkan balasannya pun berlipat ganda. Demikian pula ketika seseorang melakukan kejahatan kepada orang lain, maka balasannya di dunia pun mungkin akan dirasa menyakitkan atau tidak adil bagi yang merasakannya.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari peringatan Isra’ Mi’raj tanggal 5 Mei 2016 lalu. Dan bersiap menghadapi datangnya bulan Ramadhan. Bulan yang amal ibadah seseorang langsung dibalas oleh Allah SWT, dan pahalanya dilipatgandakan.