MENGENAL ALAT TANGKAP IKAN BAGAN APUNG

MENGENAL ALAT TANGKAP IKAN BAGAN APUNG

Artikel NONONG HANUGRAH, A.Md(Dinas Kelautan dan Perikanan) 04 April 2016 12:33:17 WIB


Pada awalnya lampu dipergunakan untuk bagan apung adalah petromaks atau lampu gas, namun seiring dengan perkembangan teknologi dan sulitnya untuk mendapatkan bahan bakar dan untuk memudahkan pekerjaan, maka belakangan ini peran lampu petromaks sudah digantikan dengan tenaga listrik/gen set atau bateray yang berfungsi untuk memberi cahaya diatas alat atau bola lampu di tengelamkan didalam air untuk menarik perhatian ikan.

Pada pengoperasian bagan apung dilakukan pada malam hari lampu dinyalakan sehingga ikan terkumpul maka alat ini diangkat, jenis alat ini termasuk Boat Lift Net atau Floating Lift Net yaitu alat yang menggunakan kapal dan di apungkan diatas permukaan air dan termasuk alat klasifkasi kelompok Lift And Dip Net di Indonesia termasuk kelompok anco, soma dan bagan tancap atau juga boke ami di jepang.  Bagan boke ami ini banyak dipergunakan di jepang untuk tujuan mengkap jenis ikan kembung kemudian berkembang menjadi alat tangkap ikan teri, cumi-cumi, dan sardine.

Bagan perahu adalah salah satu jenis alat tangkap ikan yang termasuk dalam klasifikasi jaring angkat dari jenis bagan yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis di makasar pada tahun 1950an. Bagan perahu memiliki bentuk lebih ringan dan sederhana, dapat menggunakan satu atau dua perahu.

Kontruksi bagan apung ini merupakan jaring berbentuk segi empat dan menggunakan dua buah tiang sebagai penggantung dan pembuka jaring, bagian atas jarring diberi alat pelampung dan bagian sebelah bawah di ikatkan pemberat. Bagian bawah dilengkapi tali penarik bila dilakukan secara manual, untuk kapal yang telah dilengkapi dengan winch maka di kapal dilengkapi pula relling, yang banyaknya sesuai dengan jumlah tali yang dipergunakan. Tali ini berfungsi sebagai penarik dan juga pengangkat jaring dalam air.

Bahan  yang digunakan untuk membuat bagan apung adalah jaring, tali, gantungan jarring, bahan yang dipakai terutama bahan yang kuat dan tahan lama, tahan terhadap beban dan tahan terhadap gesekan, sifat bahan tersebut umumnya terdapat pada bahan-bahan tali jarring terbuat dari serat synthesis seperti saran, campuran nilon, tetoran (polyster), polypropelen, vinylon, dan nylon. Selain itu bahan yang digunakan untuk membuat bagan apung adalah pemberat (timah, besi), pelampung, cincin dan kayu tiang.

Sedangkan untuk kontruksi kapal bagan apung sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk di desain namun ada persyaratan yang harus di penuhi seperti kontruksi bagan perahu hanyut di bentuk dari kayu, bamboo, waring serta perahu bermotor yang sekaligus sebagai alat transfortasi di laut. Bagan perahu hanyut memiliki beberapa bagian diantaranya bagan yang terbuat dari bamboo berbentuk empat persegi panjang yang menyatu dengan perahu ditempatkan diiatas secara melintang, perahu sebagai bagian utama dalam meletakkan bagan, jarring bagan yang terletak dibawah perahu berukuran persegi sama sisi.

Teknik pengoperasian bagan apung di awali dengan bagaimana persiapan menuju fishing ground (daerah penangkapan) seperti persiapan bahan-bahan melaut (solar, air, es, minyak tanah dll). Ketika sampai ke fishing ground dan hari menjelang malam, maka lampu dinyalakan dan jarring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul dilokasi bagan atau angin masuk kedalam area cahaya lampu. Namun tidk menutup kemungkinan ada pula  sebagian nelayan yang langsung menurunkan jarring setelah lampu dinyalakan. Untuk menarik perhatian ikan kita nyalakan lampu yang telah terpasang pertama lampu-lampu yang berwarna putih dinyalakan yang dpasang pada kedua sisi kapal di lambung kiri dan lambung kanan kapal. Untuk memadamkan lampu ikan pada satu titik tertentu/mengkonsentrasikan ikan maka yang berwarna putih yang dipasang tadi maka lampu putih dimatikan yaitu lampu yang dipasang pada lambung yang tidak ada jarring di pasang. Untuk menarik perhatian ikan agar ikan naik ke permukaan dan mencegah ikan terlalu liar maka lampu putih yang diatas jarring di padamkan dan lampu merah dinyalakan sehingga ikan berkumpul di atas permukaan air.

Setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul dilokasi penangkapan, maka jarring diturunkan ke perairan, jarring biasanya diturunkan secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jarring beserta tali penggantung dilakukan hingg jarring mencapai kedalaman yang diinginkan. Proses ini disebut proses setting.

Selama jarring berada dalam air, nelayan melakukan pengamatan tehadap keberadaan ikan disekitar kapal untuk memperkirakan kapan jarring akan diangkat. Lama jarring berada dalam perairan (perendaman air) bukan bersifat ketetapan.  Setelah dikira ikan telah berkumpul di permukaan diatas jarring, lakukan pengankatan jaring (lifting). Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu secara bertahap, hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkonsntrasi pada bagian perahu disekitar lampu yang masih mennyala. Ketika ikan masih terkumpul di tengah-tengah jaring, jarring tersebut mulai diitarik kep permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring. Lifting dilakukan dengan memulai memadamkan lampu verwarna merah sehingga ikan berkumpul dan lebih naik ke permukaan air, lalu jarring ditarik perlahan dengan tidak menimbulkan suara kejutan dan diangkat kepermukaan dengan mennggunkan tali pengangkat.

Daerah pengoperasian alat tangkap ini adalah eraiiran yang subur, selalu tenang, tidak banyak dipengaruhi oleh aanya gelombang besar, angina kencang dan arus yang kuat. Bagan perahu hamir tersebar diseluruh daerah penangkapan perikanan.

Hasil tangkapan bagan perahu pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti ikan tembang, teri, japuh, selar, pepetek, kerot-kerot, cumi-cumi, sotong,layur, dan kembung.  

Sumber : Panjaitan,H. 2012. Alat Tangkap Ikan Bagan Apung. Medan. Apple Mandiri