PEMBERONTAK PIKIRAN ATAU PECUNDANG KEKAL

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 26 Oktober 2015 04:43:36 WIB


Dan seorang yang selalu terhina dan senantiasa tersudutkan, namun tidak melakukan perlawanan diri, di saat itu kecendrungannya adalah menjadi orang kalah sejati atau pecundang kekal. Semestinya ketika hinaan dilemparkan ke batang dirinya, dengan bijak ia menerima hinaan itu sebagai sebuah motivasi untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang petarung atau pejuang kehidupan.

Seseorang menjadi matang karena penjelajahan hidupnya. Di tiap detik di ruang waktu ia melakukan sesuatu yang lain dan baru. Sementara detaknya menjadi buku, lalu menjadi pengetahuan dalam keyakinan yang ia niscayai sendiri.

Keniscayaannya adalah keniscayaan teruji dari satu ke pengalaman kepada pengalaman yang lain. Tiada jenuh ia melakukan sesuatu. Ia lemparkan pikiran-pikirannya ke ruang publik di tengah alam yang gelisah.

Kemudian ketika sebagian massa di ruang massa menolaknya, ia tak gentar. Ia tak surut untuk terus menyampaikan pikiran-pikiran yang niscayai. Ia tak pernah merasa terdesak, yang ada dalam pikirannya adalah melawan massa yang melawan pikirannya yang lain. Dan saat itu ia menjadi 'pemberontak' pikiran yang matang.

Sampai suatu saat ia dan pikirannya diakui, lalu zaman mencatatnya menjadi orang besar dan menjadi seorang tokoh.

Begitulah riwayat orang besar dan tokoh, dan itu tidaklah sederhana.

Dan seorang yang selalu terhina dan senantiasa tersudutkan, namun tidak melakukan perlawanan diri, di saat itu kecendrungannya adalah menjadi orang kalah sejati atau pecundang kekal. Semestinya ketika hinaan dilemparkan ke batang dirinya, dengan bijak ia menerima hinaan itu sebagai sebuah motivasi untuk mengukuhkan dirinya sebagai seorang petarung atau pejuang kehidupan.

Salah satu alasan mengapa seseorang menjadi petarung dan pejuang adalah karena terlalu sering merasa terhina dan terpojokkan.

Ketika hinaan diterima dengan bijaksana, maka ia menjadi kekuatan dan menjadikan diri sebagai seorang petarung atau pejuang tangguh.

Untuk itu, sikapi hidup ini dengan sungguh-sungguh dan serius, karena hidup adalah kesungguhan dan keseriusan yang cerdas.

Apakah kita akan menjadi orang besar, tokoh, pejuang atau petarung atau bahkan pecundang?

Jawabnya; ayo bertanya pada diri sebelum matahari terbit di barat, sebelum bulan belah untuk kedua kalinya!