MENGENANG SETAHUN BERPULANGNYA TOKOH PERS SUMBAR H NASRUL SIDDIK (INYIAK) INYIAK NAN KHARISMATIK (2)
Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 23 Juni 2015 02:51:17 WIB
Tahun demi tahun, saya lalui ‘hidup’ di Mingguan Canang dengan asik dan larut. Pak Nas adalah sosok ‘pemimpin’ yang sangat mengerti dan sangat memahami apa dan bagaimana dengan wartawan-wartawannya. Karena saya tahu, dalam diri pak Nas tak saja ada hidup jiwa-jiwa jurnalistik yang masak, tapi juga ada jiwa-jiwa seni tulis sastra yang bermekaran. Saya tahu, bahwa masa-masa muda beliau adalah juga seorang pengarang. Memang saya belum pernah membaca karya sastra beliau yang berjudul “Sapu Tangan Sirah Baragi” tapi saya yakin, cerita yang melekat di kalangan sastrawan senior Minangkabau ini adalah cerita yang dalam keniscayaan saya tentulah kisah sastra bertutur bagus.
Beliau juga sangat memahami karakteristik saya agak ‘bernyeni-nyeni’ tanggung. Sehingga, bersama ‘Inyik” kita bisa larut. Tak saja larut dalam keasikan, tapi juga larut dalam samudera kejurnalistikan yang makin hari makin luas dan menantang. “Pinto, kalau menulis boleh asik. Tapi jangan karena asik menulis, lupa makan. Mengopi dan mengopi dan supermi ke supermi saja berketerusan, itu bisa berbahaya. Rebah badan awak bekoh”, perhatian Pak Nas yang besar itu membuat saya makin tergila-gila pada kerja. “ Ambo melihat Pinto adolah sosok penulis kreatif yang memiliki rasa kebudayaan dan ambo harap nanti pinto jadi seorang budayawan yang selalu menulis pikiran-pikiran yang solutif dalam kehidupan sosial”, ujar Inyik ‘menghambung’ saya. Makin dihambung begitu, makin lupa saya makan. Makin semangat saya bekerja.
Setahun saya di Mingguan Canang, Pak Nas sudah mengenalkan saya pada Pak Andi Mustari Pide Rektor Universitas Ekasakti tempat saya kuliah. “ Pak Andi, Pinto orang Canang. Dia penulis muda kreatif!” begitu kata Pak Nas pada Pak Andi. Saya yakin, karena Pak Nas juga akhirnya pada kemudian hari saya digratiskan kuliah di Universitas Ekasakti sampai tamat. Saya anggap itu adalah beasiswa Pak Nas pada saya hingga saya meraih gelar kesarjanaan bidang politik.
Pak Nas yang sangat kharismatik itu juga amat berpihak pada kreasi-kreasi baru. Apa yang saya pikirkan dan saya rencanakan nyaris tak ada yang ditolak Pak Nas.Semua beliau dukung dengan catatan, halaman yang saya garap jangan sampai keteter.
Tiap Hari Pers Nasional, saya selalu menginginkan supaya Canang ikut. Di lapangan saya bertanggung-jawab. Stand Canang menjadi stand yang ramai dikunjungi orang. Saya sarankan, supaya Mingguan canang juga memberi pelatihan jurnalistik ke sekolah-sekolah. Itupun didukung Inyik. Saya bersaran juga, Mingguan Canang juga harus membuat berbagai acara untuk anak muda atau pelajar, misalnya festival band dan lain sebagainya. Bahkan, Inyik juga mendukung kala mana Canang juga mengadakan acara-acara seni dan budaya bagi anak-anak muda di kampung-kampung. Itupun didukung Inyik. Bahkan, ketika saya sampaikan bahwa saya bersama keluarga besar Sianok Holiday (yang juga dunsanak grup Mingguan Canang) hendak menggelar Canang Holiday Fun Bike dengan hadiah mobil, itupun direspon Inyik dengan mantap.
“ Pak, saya teragak pula mengantarkan koran Canang ke agen-agen di Sumbar. Hitung-hitung sambil mencari-cari berita dan memburu objek foto, Pak “.
Permintaan saya diiyakan Inyik. Acap saya bersama Da Edi Lubuak Aluang pergi mengantarkan koran dengan mobil kijang pik up itu. Saya juga dipersilakanPak Nas ketika hendak coba-coba belajar me-layout dengan cara manual, yakni dengan cara menempelkan tulisan yang sudah ‘dikompu’ sebelum proses pemileman untuk dijadikan plat cetak koran.
Nikmat di Mingguan Canang yang paling terasa bagi saya adalah nikmat pengetahuan. Bagi Pak Nas, agaknya wartawan adalah benar-benar wartawan yang berpengetahuan, cakap, ulet, gigih, kreatif dan santun. Untuk itu, Inyik selalu memberi kesempatan kepada para wartawannya untuk dikirim ke berbagai pelatihan jurnalistik. Saya hampir tiap tahun diberi kesempatan pelatihan jurnalistik. Mulai dari karya latihan wartawan tingkat dasar hingga kelanjutan sampai kepelatihan tingkat redaktur yang diadakan oleh Deppen (Departemen Penerangan yang ditiadakan oleh Gus Dur semasa jadi Presiden) di berbagai kota di Indonesia, yang dilaksanakan di hotel-hotel berbintang dan nara sumber ‘berkelas’. Dan nyaris juga tiap tahun saya diberi kesempatan oleh Inyik mengikuti kunjungan kerja DPRD Sumbar atau Padang ke berbagai daerah di Indonesia. (Pinto Janir)