Pengidap Jantung di Indonesia Tinggi, Kebanyakan Makan Gorengan?

Kesehatan Indra, S.Kom(Dinas Kesehatan) 15 Mei 2015 00:36:45 WIB


1@eca73edc67f6043a05f49d2d98cd1bb8:TextTypeArticle#2231717_1431648332">

Liputan6.com, Jakarta Jika beberapa tahun lalu, kematian akibat jantung berada di usia 50 tahun ke atas. Saat ini, kematian dini karena penyempitan pembuluh darah jantung berada di usia dini. Ahli gizi menilai, hal ini karena pola makan hidup kita yang terlalu banyak lemak.

"Saat ini, gejala penyakit jantung bisa ditemui pada usia 30 tahun. Tapi saya pikir kelainan ini muncul sejak dini. Waktu kecil, pola makannya tidak diatur orangtua misalnya sudah dibiasakan makan gorengan di pinggir jalan sehingga kerusakan dinding pembuluh darah baru terasa saat dewasa," kata  Dokter Gizi Klinik Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono pada wartawan, Rabu (13/5/2015).

Yang menarik, lanjut Fiastuti, tren gorengan mengarah pada makanan sehat seperti ikan yang sudah sehat digoreng, buah-buahan baik nangka, salak, rambutan dan sayur digoreng.

"Tak hanya di kota besar, seluruh Indonesia pola makannya gorengan. Akibatnya? Banyak dari kita, masih muda menderita stroke, diabetes dan jantung akibat pola makan yang sebenarnya bisa dicegah," katanya.

Data Kementerian Kesehatan mencatat, pada 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.