HARI AIDS 01 DESEMBER 2014 OLEH DINAS KESEHATAN PROV SUMBAR

Berita Utama Indra, S.Kom(Dinas Kesehatan) 02 Desember 2014 08:12:59 WIB


DINAS KESEHATAN MEMPERINGATI HARI AIDS

Banyak yang bertanya-tanya mungkin, mengapa setiap 1 Desember seluruh dunia merayakan hari AIDS sejagad. Selain didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran terhadap wabah AIDS yang disebabkan oleh penyebaran infeksi HIV, Hari AIDS Sedunia ternyata digagas oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Mengutip laman Ibitimes, sejarah HIV AIDS di AS sebenarnya telah ada sejak 1981. Ketika itu, walaupun asal-usul HIV terletak di Afrika, AS yang pertama kali menyadarkan publik kalau ada penyakit baru yang muncul di antara sejumlah kecil pria gay (penyuka sesama jenis).

Ide Hari AIDS Sedunia pun muncul. Dua petugas informasi publik untuk program penanganan AIDS secara global (sekarang UNAIDS) di WHO, James Bunn dan Thomas Netter menggagas pentingnya hari kesadaran AIDS pada 1987.

Dengan persetujuan mantan kepala program AIDS, Dr Jonathan Mann, Hari AIDS Sedunia dirayakan pada 1 Desember. Ia beralasan, hari itu sangat tepat bagi media Barat mengingatnya lantaran dirayakan setelah pemilu AS tapi sebelum liburan Natal.

Pada tahun 1996, UNAIDS mengambil alih perencanaan dan promosi Hari AIDS Sedunia. Gedung Putih juga mulai menandai hari AIDS sedunia dengan lambang pita pada 2007.

Kampanye kesadaran ini tidak terputus sampai disitu, kini seluruh dunia juga semakin gencar mengampanyekan kesadaran HIV AIDS. WHO melaporkan, hingga saat ini, diperkirakan ada 35,3 juta orang hidup dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Antara 1981 dan 2012, AIDS telah membunuh 36 juta orang di seluruh dunia.

Peringatan Hari AIDS oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014 “Ini merupakan aksi nyata kami sebagai bentuk keprihatinan atas penyebaran penyakit HIV/AIDS yang kian meluas di Sumbar. Aksi ini bertujuan mengedukasi masyarakat luas tentang bahaya penyakit HIV/AIDS,” Kegiatan ini dibuka Kepala Dinas Kesehatan Sumbar Dr Hj Rosnini Savitri,M.Kes di kampus Unand Limau Manis. 

Dr Hj Rosnini Savitri,M.Kes mengatakan bahwa saat ini Sumbar termasuk 10 besar provinsi dengan penderita HIV terbanyak. Hampir setiap kabupaten dan kota ditemui para penderita HIV. Bahkan di salah satu kabupaten dan kota di Sumbar ditemukan salah satu penderitanya masih berstatus pelajar SMP. Oleh sebab itu, dia mengajak masyarakat Sumbar meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit HIV/AIDS.

”Hal ini hanya bisa dilakukan dengan kesadaran dari berbagai pihak untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit ini,” ingatnya. 

Kepala Bidang PP dan Bencana Dinkes Sumbar DR dr Irene MKM menambahkan, jumlah kasus HIV kumulatif di Sumbar dari 1992 sampai Juni 2014 sebanyak 1.136 untuk HIV dan 1.084 untuk AIDS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 40,5 persen merupakan kasus AIDS pada kelompok umur 20-29 tahun dan 39,02 persen berada di kelompok 30-39 tahun. 

Dokter yang juga anggota Pokja TB Cessation ini menambahkan dari segi faktor risiko penularannya, sebanyak 39,67 persen adalah heteroseksual dan 37,67 persen pengguna narkoba suntik.

Kabupaten dan kota yang terbanyak jumlah kasusnya adalah Padang dengan 454 kasus, Bukittinggi 168 kasus, Agam 82 kasus, Padangpariaman 47 kasus, Pesisir Selatan 46 kasus, Tanahdatar 39 kasus dan Payakumbuh 34. Untuk case rate (jumlah kasus per penduduk) maka yang tertinggi adalah Kota Bukittinggi 130.32 diikuti Padang 43.72, Kota Solok 33.67, Kota Pariaman 28.50 dan Kota Payakumbuh 22.93. 

Motivasi Penderita

Sementara itu, Joni Andara, Direktur Yayasan Lantera Sumbar mengatakan, peringatan Hari AIDS Sedunia pada setiap 1 Desember merupakan momentum penting bagi semua sektor yang bekerja di bidang penanggulangan HIV dan AIDS.

“Momen ini sebagai pernyataan komitmen terhadap epidemi HIV dan evaluasi terhadap upaya penanggulangan yang telah dilakukan,” ingatnya.

Dia mengatakan HAS bertujuan melindungi kesehatan keluarga menuju kesejahteraan bangsa. Kemudian, perlindungan terhadap hak penderita untuk mendapatkan akses serta menciptakan lingkungan kondusif, bebas stigma dan diskriminasi.

”Bagaimana kita memotivasi dan mendorong semangat seseorang yang terindikasi tersebut lebih percaya diri dan lebih bersemangat untuk hidup lebih lama. Lalu, terapi pengobatan dan dukungan psikologis juga diharapkan dan dilakukan terhadap orang yang terindikasi. 

Nah, setelah diberikan terapi dan bimbingan, maka terjadi perubahan perilaku sehingga mereka tidak melakukan seks bebas lagi,” sebutnya.

Dia mengatakan, mengonsumsi obat bagi yang terindikasi HIV/AIDS tersebut sepanjang hari seumur hidupnya mengakibatkan seseorang juga hilang kepercayaan diri.

“Orang yang terindikasi HIV/AIDS hingga saat ini belum ada obat yang bisa untuk membawa seseorang pada kesembuhan. Namun dengan mengonsumsi obat yang berkelanjutan, maka bisa menekan dan memperpanjang masa hidupnya,” katanya.