NURHIKMAH : SEJAK KENAL PHT GEMAR MANFAATKAN LAHAN TIDUR
Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 22 September 2014 08:55:32 WIB
Awak mengenal Sekolah Lapangan PHT baru sajak tanggal 20 Mei 2014 nan ko. Berakhirnyo nantik bulan Oktiber nan katibo. Awak tertarik masuk SL PHT karena melihat banyak petani PHT yang sukses dan berhasil bertanam. Produksi mereka meningkat. Karena itu awak tergerak hati untuk ikut SL PHT. Awak ingin pula sukses bertani.
Sejak kelas 4 SD hingga SMA ia sudah turun ke sawah membantu amak. Masa-masa bocah dan remaja bahkan hingga sekarang tak lepas dari sawah ke sawah saja. Kini Nurhikmah yang tamatan SMA Ampek angkek Canduang ini sudah berusia 40 tahun. Anaknya sudah 5 orang. Suaminya Dainuar (51) menggalas di Lampung. Ia tinggal di Jorong Sungaiangek Nagari Simarosok kecamatan Baso kabupaten Agam. Nurhikmh yang kerap dipanggil It ini menuturkan kisah kehidupannya dalam bertani….
“ Awak ke sawah sejak ketek. Sajak usia sepuluh tahun awak alah masuak sawah mah. Sejak kecil itu awak sudah memelihara kabau. Amak membelikan awak kerbau dua ikur. Kelas dua SMP awak sudah belajar bertanam padi.
Pertama awak bertanam, padi nan awak tanam itu kencong-kencong bentuk ular. Dek rajin batanam, lambat lama padi nan awak tanam itu lurus dan lebih bisa pula awak dari urang lain. Kata Amak, awak iyo sabana ligat kalau batanam padi tu. Begitulah….
Tiap pulang sekolah jam setengah dua, awak langsung ke sawah. Jam limo sore baru pulang dari sawah. Tiba di rumah, awak mengasuh adik pula.
Awak tamat SMA tahun 1993. Tahun 2000 awak dijodohkan amak dengan Uda Dainuar. Uda karajo di Duri wakatu tu.Pulang sakali limo baleh hari. Awak basawah di kampuang, uda karajo di rantau urang. Indak lamo sudah tu, Uda baranti karajo di Duri, baraliah ka Lampung manggaleh.
Kalau pergi ke sawah, anak ditinggalkan dengan adik saya yang rumahnya dekat dengan rumah saya ini. Satu anak saya bawa ke sawah. Saya biarkan dia bermain di pematang dengan dilindungi payuang gadang.
Karena membajak itu karajo berat, terpaksa membajak sawah awak upahkan. Batanam baru awak nan langsuang turun. Sawah awak adoh sekitar saparampat hektar.
Awak mengenal Sekolah Lapangan PHT baru sajak tanggal 20 Mei 2014 nan ko. Berakhirnyo nantik bulan Oktiber nan katibo. Awak tertarik masuk SL PHT karena melihat banyak petani PHT yang sukses dan berhasil bertanam. Produksi mereka meningkat. Karena itu awak tergerak hati untuk ikut SL PHT. Awak ingin pula sukses bertani.
Dahulu, cara awak bertani adalah cara yang diajarkan oleh orangtua. Ke sawah ya ke sawah saja. Kalau ada hama dan penyakit diberi obat pestisida. Pupuk dibeli. Ya begitulah cara lama awak.
Banyak manfaat PHT yang awak rasakan. Manfaat pertama saja adalah awak tidak lagi mengenal racun pestisida, tapi sudah dikenalkan dengan bagaimana cara mengendalikan hama dan bibit penyakit secara alami. Misalnya, kalau ada tikus, dikendalikan dengan membuat sarang atau rumah tikus dengan bambu. Ada hama wereng diatasi dengan keong emas yang ditumbuk yang diberi sabut kerambil lalu dikasih tinggak dipasang di tangah sawah.
PHT membuat awak kreatif. Pematang sawah awak tanami dengan berbagai sayuran dan jagung. Lalu awak tanami juga dengan bunga matahari karena bunga matahari berwarna kuning, sementara hama suka dengan tanaman berwarna kuning. Jadi, hama berpindah dari memakan padi menjadi makan bunga matahari.
Kini sejak PHT awak gemar memanfaatkan lahan tidur. Sehingga kebutuhan dapur seperti bawang, cabe dan lain-lain tak lagi awak beli, tapi awak tanam sendiri.
Dahulu, jerami awak panggang .Sekarang tidak.Jerami awak lunggukkan sampai membusuk hingga menjadi pupuk.
Awak bersyukur dapat mengenal teknologi PHT. Selain meningkatkan hasil produksi tanaman, PHT juga membuat pengetahuan kebertanian awak bertambah. (Pinto Janir)