Hikmah Pasca Gempa

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 17 September 2014 06:19:38 WIB


Mungkin banyak masyarakat Sumatera Barat sudah lupa bahwa lima tahun lalu, persisnya tanggal 30 September 2009, daerah ini diguncang gempa dahsyat berkekuatan 8,9 skala Richter. Sejumlah kota dan daerah di Sumatera Barat benar-benar kolaps dan lumpuh. Kantor-kantor pemerintah, rumah penduduk, sekolah dan berbagai fasilitas umum, ambruk tak berdaya. Pemandangan memilukan terlihat dimana-mana, korban nyawa dan harta tak ternilai jumlahnya.

   Tanggal 15 Agustus 2010, kurang sebelas bulan setelah peristiwa itu, dilakukan pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat setelah terpilih melalui Pemilu Kepala Daerah (Pemilukada). Saat itu, keadaan Sumatera Barat tak jauh berubah, Sumatera Barat masih dalam keadaan porak-poranda. Pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur dilakukan secara darurat di sebuah bangunan yang biasanya digunakan sebagai gudang/garase di kantor DPRD Sumbar. Kepadatan peserta sidang dan tamu undangan memenuhi gudang yang secara darurat disulap menjadi gedung pertemuan, membuat suasana makin terasa sempit, sumpek, dan panas. Kantor DPRD Sumbar saat itu mengalami rusak berat sehingga untuk sementara tak bisa digunakan.

   Kantor Gubernur Sumbar juga tak jauh berbeda. Kantor berlantai empat yang biasa disebut rumah bagonjong ini juga mengalami rusak berat. Ratusan karyawan terpaksa berkantor darurat di bangunan yang sebelumnya adalah gedung pertemuan (aula). Di instansi lain, kebanyakan SKPD terpaksa membangun barak-barak darurat sebagai kantor sementara tempat bekerja. Gubernur dan Wakil Gubernur terpaksa berkantor darurat di rumah dan bangunan bekas kantor PKK. Sekitar 200.000 rumah penduduk rusak, sekolah, rumah ibadah, jalan dan berbagai fasilitas umum lainnya lumpuh.

   Itulah tantangan pertama yang harus dihadapi Gubernur, Wakil Gubernur dan Pemprov Sumatera Barat di awal masa tugasnya, menata Sumatera Barat yang tengah porak-poranda. Persoalan yang dihadapi tidak hanya masalah bangunan fisik dan berbagai infrastruktur yang porak-poranda, tetapi juga masalah non fisik. Peristiwa dahsyat ini tidak hanya menghancurkan bangunan fisik, tetapi juga memukul mental masyarakat. Peristiwa ini menimbulkan trauma dan ketakutan yang mendalam, banyak masyarakat yang eksodus meninggalkan Sumatera Barat, termasuk pengusaha dan investor. Banyak yang meramalkan saat itu, kota-kota yang terletak di kawasan pantai akan menjadi kota mati ditinggal penduduknya untuk menghindari ancaman gempa dan tsunami.

Itulah tugas awal Pemerintah Provinsi Sumatera Barat periode 2010 – 2015. Tugas berat ini harus dilaksanakan secara serius. Siang malam, kami bersama Wakil Gubernur Muslim Kasim, unsur Forkopimda dan semua kepala SKPD bekerja keras. Dengan dukungan masyarakat Sumatera Barat, baik yang ada di daerah apalagi yang berdomisili di rantau, pemerintah pusat maupun internasional serta media massa, bahu-membahu mengatasi masalah ini. Pemerintah Sumatera Barat bersama Forkopimda mengadakan rapat setiap hari, rata-rata tiap malam, untuk menggerakkan, memotivasi serta mengevaluasi upaya mitigasi pasca gempa. Penanganan dilakukan secara serius, segala usaha diupayakan untuk mengatasi setiap persoalan yang timbul, tak lupa pula berdoa semoga banyak pihak digerakkan hatinya untuk membantu Sumatera Barat dan daerah ini mendapat perlindungan Allah serta dijauhkan dari bencana. Apalagi Sumatera Barat dikenal sebagai daerah supermarket bencana. Banjir, longsor, letusan gunung merapi, abrasi pantai, galodo, gempa bumi, tsunami, angin puting beliung, kemarau panjang, kabut asap pernah terjadi. Karena itu penanganan pembangunan di Sumatera Barat perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi kebencanaan tersebut.

Alhamdulillah kerja keras, keseriusan serta doa tersebut tidak sia-sia. Upaya serius, kerja keras dan doa tersebut membuat berbagai pihak bersimpati turun tangan membantu. Dengan dana APBD dan dana masyarakat Sumatera Barat sendiri semua kerusakan itu tak mungkin bisa dipulihkan. Pemerintah pusat mengucurkan dana sebesar Rp 2,7 trilyun lebih untuk rehab rekon Sumatera Barat. Para perantau tak kurang mengucurkan pula dana untuk kampungnya, begitu juga pihak lain, negara sahabat, perusahaan, donatur dan berbagai pihak yang tak mungkin disebutkan satu per satu.

   Kerja keras dan profesional, serta saling bahu membahu multi stake holders ini mendapat apresiasi dari pemerintah pusat yaitu mendapat empat penghargaan sekaligus: Terbaik I Nasional dalam pelaksanaan Tanggap Darurat,Terbaik I Nasional dalam Pelaksanaan Rehab Rekon Pasca Bencana, Terbaik II Kategori Akuntabilitas Bidang Kebencanaan dan Terbaik III Bidang Mitigasi. Penghargaan ini diterima pada tahun 2011. Pada tahun 2013 diperoleh lagi penghargaan Rehab Rekon Tercepat. Sumbar berhasil menyelesaikan rehab rekon sebanyak 197.636 rumah masyarakat yang menelan dana sebesar Rp 2,714 triliun dengan tepat waktu.

Dalam sambutannya, berkali-kali Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Maarif mengatakan bahwa Sumatera Barat patut dijadikan contoh bagi daerah lain dalam pelaksanaan penanganan pasca bencana. Beliau juga mengatakan Pemerintah Pusat tidak ragu-ragu mengucurkan dana dalam jumlah besar ke Sumatera Barat, karena yakin dana tersebut pasti dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan bisa dipertanggung jawabkan.

   Kini pemandangan seperti 3 atau 4 tahun lalu itu tak nampak lagi, bahkan nyaris tak berbekas. Kantor-kantor yang dulu rubuh dan rata dengan tanah telah dibangun lagi dan diganti dengan yang lebih baik dan lebih kokoh. Begitu juga rumah masyarakat dan fasilitas-fasilitas umum yang dulu luluh lantak telah dibangun lagi dan kembali berfungsi normal. Hotel-hotel dan aktifitas ekonomi lainnya kembali menggeliat. Suasana mencekam, kini tak terlihat lagi bahkan nyaris terlupakan. Sejumlah escape building telah dibangun. Berbagai upaya dilakukan untuk meyakinkan investor bahwa Sumbar sudah aman dan menguntungkan untuk berinvestasi. Kini investor telah berdatangan ke Sumatera Barat. Sumbar terlah dipercaya menjadi tuan rumah puluhan iven, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Ribuan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara mengalir ke Sumbar dan terus meningkat jumlahnya. Belasan hotel yang rusak telah direnovasi dan kembali beroperasi. Belasan lainnya merupakan hotel yang baru dibangun. Sungguh sebuah rahmat, justru terjadi penambahan lebih 2.000 kamar hotel pasca gempa.

Tumbuhnya ekonomi juga terlihat dari investasi taksi Blue Bird, Express dan Angkasa di Sumatera Barat. Juga dapat dilihat dari jumlah movement pesawat di Air Port BIM, yang pada tahun 2010 maksimal per hari hanya 50, di tahun 2014 bisa mencapai 64. Jumlah ini pun masih kurang hingga kami menyurati beberapa kali maskapai untuk menambah penerbangan ke Sumatera Barat. Ini merupakan tanda pariwisata di Sumatera Barat semakin meningkat. Ini juga sebagai bukti salah satu dampak kerberhasilan TdS (Tour de Singkarak).

TdS yang dimulai pada 2009 diawali di empat kota, tahun 2014, diikuti oleh 18 kota/kabupaten. Jumlah peserta dan negara peserta juga terus bertambah. Nama Sumatera Barat makin berkibar di manca negara. Tahun depan Pemkab Mentawai sudah mengusulkan untuk menjadi daerah lintasan TdS. TdS yang diinisiasi oleh Kemenparekraf didukung penuh oleh Pemda seluruh Sumatera Barat, berdampak positif pada seluruh sektor, teritama di bidang pariwisata, olahraga. Keberhasilan TdS berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Di sektor perhubungan, insya Allah tahun depan akan ada bantuan dana operasional (APBN) untuk penerbangan dari BIM ke Pasaman Barat, dari BIM menuju Muaro Bungo dan Kerinci. Dengan demikian perjalanan darat yang memakan waktu lama dan melelahkan ke daerah tersebut dapat dipangkas. Kereta api (rail bus) menuju Air Port BIM sudah dianggarkan hingga tahun depan, juga sedang diproses revitalisasi kereta api di kota Padang dan Sumatera Barat. Diharapkan Kereta Api segera bisa mengurangi kemacetan dan mengantisipasi pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat cepat.

Selain itu,untuk pertama kali, Pemprov Sumatera Barat mendapat Piala Wiratama dengan indikator lebih 50 persen daerah kabupaten/kota yang tertib lalu lintas dan angkutan jalannya. Tahun 2012/2013 Sumatera Barat mendapat satu unit kapal Roro Gembolo dan satu unit kapal perintis Sabuk Nusantara 37 (rute Padang – Mentawai).

Bukti investor telah melirik Sumbar juga terlihat dari pertumbuhan investasi. Sebuah perusahaan nasional menanamkan Investasi bernilai triliunan rupiah di bidang energi, yaitu energi panas bumi di Solok Selatan. Panas bumi merupakan energi hijau, energi masa depan yang ramah lingkungan. Selain itu sudah empat titik panas bumi disurvei oleh investor Turki dan beberapa titik sedang proses tender. Energi masa depan ini memiliki prospek yang sangat baik sebagai alternatif pengganti BBM yang makin langka di dunia. Sumbar memiliki potensi energi panas bumi terbesar di Indonesia. Semen Padang juga telah memperbesar investasinya dengan membangun pabrik baru.

Realisasi investasi telah melebihi target, baik untuk PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing). Untuk PMDN saja selama empat tahun (tahun 2010 - 2014) sudah mencapai Rp 4,234 triliun (capaian 235,52%). Sedang PMA 301,6 juta dolar AS selama empat tahun (capaian 335,17%). Ini bisa terlihat dari begitu banyak investasi yang masuk ke Sumatera Barat. Selama empat tahun, jumlah perizinan mencapai 1017 buah, 215 investor dan 10 MoU. Penyerapan tenaga kerja langsung dari investasi ini mencapai 6434 orang (capaian 147,57%). Hal ini akan berpengaruh kepada sektor lainnya sehingga mampu menghasilkan multiplier effect. Angka ini belum termasuk dengan proyek-proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana luar negeri, APBN dan APBD.

PT Jamkrida Sumbar (penjaminan kredit daerah) yang belum setahun berdiri omsetnya telah mencapai Rp 40 miliar dari Rp 25 miliar modal disetor. Sementara plafond KUR telah mencapai Rp 4,7 tiliun hingga bulan Juli 2014, dimana pada 2010 hanya sebesar Rp 700 miliar. Sejak tahun 2010 Pemprov Sumatera Barat telah memfasilitasi sarana dan penguatan modal 10.000 PKL (usaha mikro). Selain itu unit Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) tumbuh dan berkembang 157 unit di nagari dan kelurahan.  

Pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat tercapai selain akibat banyaknya investasi masuk juga karena efektifnya peran Pelabuhan Teluk Bayur dalam ekspor-impor. Teluk Bayur pada tahun 2010 berada dalam situasi rugi dan tidak menjadi pilihan tujuan karena di Teluk Bayur saat itu antrian kapal berjumlah 33 buah dan menunggu hingga dua minggu untuk loading dan unloading. Alhamdulillah dengan usaha dan dorongan Pemprov, PT Pelindo II bersedia melakukan investasi pembangunan di Teluk Bayur. Saat ini di Teluk Bayur tidak ada antrian kapal lagi (zero time).

Selain Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera Barat juga dikembangkan pelabuhan laut Carocok di Pessel, Teluk Ketapang di Pasaman Barat dan Padang Pariaman. Untuk menunjang pelabuhan tersebut dan untuk medayagunakan potensi laut Sumatera Barat yang berlimpah, Kemenhub membangun SMK Pelayaran berskala Nasional di Padang Pariaman.

Apa yang telah dilakukan dan dikembangkan Pemerintah Sumatera Barat ini juga mendapat apresiasi dari pusat, kepada Provinsi Sumatera Barat diberikan penghargaan Investment Award sebagai Provinsi Terbaik di Bidang Penanaman Modal (Regional Championship) tahun 2011.

Namun demikian, untuk mengatasi kemiskinan, investasi di Sumatera Barat lebih diarahkan kepada usaha mikro dan kecil. Di Sumatera Barat tidak cocok mendirikan perusahaan besar yang padat karya (dengan upah UMR) seperti yang dikembangkan di pulau Jawa misalnya. Berdasarkan karakternya, masyarakat Sumatera Barat lebih menyukai menjadi pengusaha (meskipun kecil) dibanding jadi buruh. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada debitur di Sumatera Barat jumlahnya sangat signifikan baik dari segi nominal maupun jumlah debitur yang sudah mendapat dana tersebut. Sumatera Barat termasuk provinsi yang tertinggi dalam penyaluran KUR per orang dibanding provinsi lain yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak. Ini berarti secara persentase jumlah penerima KUR di Sumatera Barat termasuk tinggi.

Alhamdulillah, setiap kejadian selalu ada hikmahnya. Kita tak boleh menyerah, setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya, setaip usaha pasti ada hasilnya. ***(Irwan Prayitno)