Seminar Nasional Tentang Laporan Perekonomian Indonesia 2013

Berita Utama () 24 Juni 2014 00:30:41 WIB


Padang,---Kondisi perekonomian Indonesia saat ini menuju perekonomian negara berpendapan menengah. Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Keberhasilan itu utamanya ditopang oleh industri berorientasi ekspor bertekhnologi rendah dan padat buruh yang murah serta aktivitas ekspor komoditas bersumber daya alam seperti bahan tambang, hasil perkebunan dan mineral.


Keberhasilan demikian bukan berarti tangan semakin ringan justru tantangan semakin berat. Struktur produksi dan komoditas ekspor yang dulu mengangkat ekonomi Indonesia dari berpendapatan rendah menjadi menengah kini dinilai sudah usang, karena tidak lagi memadai untuk memenuhi permintaan konsumen kelas menengah yang semakin besar, beragam dan menuntut nilai tambah serta kualitas produk yang komplek.


Sementara, komoditas ekspor berbasis aktivitas ekstraktif dengan nilai tambah rendah telah menyebabkan posisi tawar Indonesia cendrung lemah dalam rantai nilai global. Posisi yang lemah tersebut juga membuat nilai eskpor rentan terhadap gejolak nilai tukar dagang.

Lebih lanjut Agus Matowardojo menambahkan, sejumlah kelemahan yang muncul setelah menjadi negara berpendapatan ekonomi menengah perlu menjadi pokok perhatian. Bila tidak diatasi, dikhawatir proses migrasi menjadi negara maju dan berpendapatan tinggi, yang seyogyanya menjadi sasaran berikutnya, berpotensi untuk berlangsung lambat dan lama.

Saat ini masih terdapat sekitar 28,5 juta orang di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Populasi yang tinggi tersebut, di tengah membesarnya segmen kelas menengah, berpotensi menyebabkan ketimpangan dan kerawanan sosial.


Menurut Agusmarto Wardodjo upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan dengan mempercepat proses transisi perekonomian Indonesia dari negara berpendapatan menengah ke negara maju berpendapatan tinggi.

Percepatan tersebut menuntut  adanya pertumbuhan output dan pendapatan yang tinggi secara berkesinambungan. Selain itu, nilai tukar rupiah baik dalam bentuk kurs maupun laju inflasi, harus selalu terjaga karena berperan strategis terhadap daya beli masyarakat.

Salah satu cara untuk mempercepat proses transisi ke negara maju berpendapatan tinggi dengan meningkatkan kehandalan industri dan produk ekspor. Hal ia sampaikan ketika seminar nasional Laporan Perekonomian Indonesia 2013 di hotel mercure Padang, senen (9/6).

Hadir pada kesempatan tersebut, Gubernur Riau mewakili, Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Deputi Bank Indonesia, Pimpinan BI Wilayah VIII Mahdi Mahmudy.

 

Sementara itu Gubernur Sumatera Barat dalam sambutannya menyampaikan, aktivitas ekspor Indonesia masih dominan berasal dari komoditi primer, di Sumatera Barat sebagian besar ekspornya berasal dari kelapa sawit dan karet. Aktvitas ekspor  komoditi ekspor ini pula sangat di pengaruhi oleh pergerakan harga di pasa international, dimana kita belum dapat menjadi penentu harga di kancah global, meskipun kita merupakan salah satu penghasil kelapa sawit dan karet utama dunia.

Ditambahkan, peningkatan harga BBM bersubsidi  kemudian berdampak pada peningkatan inflasi, biaya kebutuhan hidup manjadi meningkat. Dengan tingginya inflasi, maka daya beli masyarakat semakin tergerus. Sementara penyesuaian upah dan gaji tidak dapat berlangsung serta merta menyesuaikan tingkat inflasi yang tinggi saat itu.  Dengan dampak BBM tadi semakin menambah beban berat upaya pengendalian inflasi dan juga dipengaruhui mulai dari produksi, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, hingga tata niaga yang kurang sehat, ujarnya.

Lebih lanjut disampaikan, tantangan kita kedepan semakin berat, persaingan antar negara tetangga akan semakin terbuka dengan berlakunya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) 2015, ditambah lagi, kelas menegah Indonesia semakin terus membesar, Justru itu peningkatan kelas menengah perlu dijawab dengan dukungan produksi untuk pemenuhan permintaan akan komoditi barang dan jasa yang semakin meningkat.

Dari itu pulalah pentingnya indonesia melakukan transformasi struktur ekonomi dari sekedar berbasis produksi yang sangat bergantung pada sumberdaya alam menuju ke produksi melalui peningkatan nilai tambah yang lebih tinggi. Disamping itu pula dibutuhkan koordinasi kerjasama berbagai pihak untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap dapat tumbuh baik dengan stabilitas yang terjaga, ungkapnya.

“Sumatera barat strategi yang dilakukan dalam Pengurangan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi dan home industri menambah modal untuk usaha UMKM, dangan kemiskinan berkurang, pertumbuhan ekonomi berkembang termasak dunia pariwisata”,  ujarnya (Biro Humas)