KOMUNIKASI SOSIAL BUKAN KOMUNIKASI PUISI

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 23 Juni 2014 08:46:37 WIB


Membangun komunikasi itu penting. Komunikasi yang tak terbangun dengan hebat dan pas seringkali akan menimbulkan berbagai "dugaan-dugaan". Dugaan bersimpang cewang, bila ia tak menjelma menjadi keniscayaan, besar kemungkinan ia akan menjadi keraguan yang membimbang. Komunikasi, tak boleh membimbang. Ia harus jelas dan berpasti-pasti dalam hulu kemengertian di pangkalan pemahaman. Komunikasi yang tidak pas akan menjadi jurang penghambat pengertian-pengertian; saat itu kawah ketaksalingpahaman menganga. Seringkali sebuah permasalahan terawali dari komunikasi yang "sunyi". Komunikasi sosial bukan komunikasi "puisi". Komunikasi sosial adalah komunikasi data, fakta dan hati dalam ujaran "kemasyarakatan". Seorang komunikator yang piawai adalah penyampai "bahasa sosial" yang bijak. 

Salah satu media komunikas adalah dialog secara langsung. Adalah dialo dari hati. Bila dialog hati terbangun, maka persoalan komunikasi sosial tuntas, sehingga masyarakat terlepas dari "karungan" pikiran yang penuh tanda tanya. 

Kasihan rakyat, acap kali mereka terjebak pada rimba raya "komunikasi massa" kehilangan masa!

Komunikasi tak boleh macet, sambung kata harus terbangun dengan rasa yang menciptakan adanya jembatan emosional yang tak teruntuhkan.

Untuk itu berkomunikasilah dengan cerdas, jelas dan tak melukai. Bagaimanapun juga, seklaipun komunikasi sosial bukan komunikasi puisi, tapi atas nama sambung rasa; ia adalah gumpalan keindahan yang menyejukkan rasa; dan saat itu maksud pun sampai...dalam kata maupun dalam sinyal! (Pinto Janir)