MEMBUKA PINTU REZKI DENGAN BERDAGANG
Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 21 September 2020 11:46:25 WIB
Perdagangan atau aktivitas jual-beli telah dikenal umat manusia sejak dahulu kala. Ajaran Islam secara tegas telah menghalalkan aktivitas jual-beli atau perdagangan dan mengharamkan riba. Hal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan ummat adalah seorang entrepeneur sejati.Bahkan, sebelum diangkat Allah SWT menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang jujur .Buktinya apa?
Mari kita baca sejarahnya : Dalam Ensiklopedi Muhammad: Muhammad Sebagai Pedagang karya Afzalur Rahman , diungkapkan, selepas wafatnya Abdullah Bin Abdul Muttalib dan Siti Aminah, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakek beliau, Abdul Muthtalib salah seorang pedagang Arab yang sangat terkenal dan sukses. Selepas sang kakek wafat, Muhammad kecil lalu tinggal bersama paman beliau, Abu Thalib yang juga seorang pedagang.
Kegiatan perdagangan suku Quraisy sangat teratur dalam melakukan perjalanannya. Pada musim panas mereka melakukan perjalanan ke utara, sedangkan musim dingin ke arah selatan. Tradisi ekspedisi perdagangan suku itu diabadikan dalam Alquran surat Quraisy ayat 1-2: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan panas”.
Sejak Muhammad kecil, Abu Thalib sudah mengajaknya untuk ikut berdagang ke negeri Syam (Suriah). Bahkan menginjak usia remaja sampai dewasa, bakat dagangnya semakin mengkilap. Beliau pun dipercaya oleh seorang saudagar wanita yang kaya raya bernama Siti Khadijah. Pamor Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pedagang begitu masyhur, berkat kejujurannya.
Kepiawaiannya dalam berdagang ditambah dengan keuletan dan kejujurannya menjadikan Nabi Muhammad SAW , seorang pedagang sukses. Siti Khadijah pun terpesona dengan akhlak dan kejujuran Muhammad dalam menjajakan dagangannya itu. Akhirnya Siti Khadijah menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai pasangan hidupnya.
Setelah menikah dengan Siti Khadijah perekonomian Nabi Muhammad saw. Mengalami peningkatan. Walaupun ekonominya sudah mapan , tetapi tidak menjadikannya menumpuk kekayaan. Kekayaan yang ia miliki bersama istrinya dipakai untuk membangun masyarakat Muslim.
Tindakan itu diikuti oleh sahabat Nabi, terutama setelah berhijrah ke Madinah. Ketika membentuk pemerintahan di Madinah, Rasulullah SAW menjadikan sektor pedagangan sebagai unggulan. Tak heran, jika penduduk Madinah bisa hidup tentram dan sejahtera dari hasil perdagangan yang baik dan jujur.
Dalam Alquran tercatat ada sejumlah ayat tentang jual-beli. Ayat-ayat itu antara lain:
''Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (QS:al-Baqarah ayat 254).
''... padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,'' (QS; Al-Baqarah ayat 275).
Nah, setelah tahu sejarah Rasulullah SAW juga seorang pedagang, apakah masih malu berdagang??
Sedangkan Rasulullah yang jelas-jelas manusia paling mulia sepanjang zaman saja dagang tidak malu.
Ayo mulai cek diri kita masing-masing.Panutan hidup kita berdagang, itu contoh yang benar-benar nyata bahwa Allah SWT menyerukan ummatnya untuk dagang ,tentunya yang halal, legal dan sesuai syariat agama.
Bukan hanya Rasulullah SAW, para sahabat pun yang dijamin masuk surga sebagian besar adalah pedagang,pebisnis ataupun pengusaha.
Isyarat ini sudah jelas bahwa jual beli atau berdagang adalah cara mencari rezeki yang dianjurkan. Disana dibuka luas pintu rezeki Allah.
Kenapa luas? Melalui dagang Allah bisa mendatangkan rezeki berlipat ganda. Berbeda dengan bekerja, kalau gaji sudah ditentukan, maka bulan-bulan berikutnya pun bisa dipastikan akan segitu-gitu juga.Kalau dagang, hari ini bisa jadi Allah mendatangkan pembeli 1 orang, besok Allah datangkan 10 orang, artinya 10x lipat.Itu mungkin saja terjadi. Rezeki di dalam berdagang sifatnya eksponensial, bukan konstan.
Melalui dagang, Allah bisa memberi kitacash reward dari amalan kita.
Contohnya sedekah. Hampir 100% sedekah yang kita lakukan dibalas serta merta di hari itu juga. Ada yang sering merasa seperti itu? Dan kadang balasannya berlipat-lipat. Dan biasanya ini sering dirasakan oleh pedagang. Pembeli tiba-tiba banyak, orderan tiba-tiba membludak.
Itu juga termasuk tanda bahwa rezeki lewat perdagangan luas.
Meskipun, rezeki bukan sekedar gaji atau uang, namun patokan umum orang awam tentang rezeki adalah penghasilan.
Benarkan?Dengan berdagang kita bisa menjemput rezeki yang lebih luas.
Dengan berdagang, kita menyokong perputaran roda ekonomi mikro dan makro lebih cepat.Implikasi menjadi pedagang atau pengusaha adalah kaya.
Ingin rezeki lebih luas? Ayo mulailah berdagang.(SZ).