BERATNYA BERKURBAN DIMASA PANDEMI COVID-19

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 21 Juli 2020 02:06:33 WIB


                    BERATNYA BERKURBAN DIMASA PANDEMI COVID-19

            Sesuai penanggalan Islam, Hari Raya Idul Adha tahun ini  adalah 10 Zulhijjah 1441 H yang bertepatan dengan Hari Jum’at ,31 Juli 2020. Sebagai ummat Islam, kita dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban baik sapi, kambing atau unta bagi masyarakat di Arab. Hukumnya adalah Sunnah muakkad, artinya ibadah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat atau hampir mendekati wajib. Hal ini berdasarkan Al Qur’an surat Al hajj ayat 34, yang artinya “ Dan bagi tiap-tiap ummat telah Kami syari’atkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan beri kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

Mengapa berkurban ini menjadi syari’at untuk kita amalkan? Karena kita merujuk dari kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dan putranya, Nabi Ismail, ‘Alaihis Salam dalam membuktikan ketakwaannya kepada Allah, Tuhan Semesta Alam. Seperti yang dikisahkan dalam banyak siroh, Nabi Ibrahim merupakan seorang hamba yang sangat patuh kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala, termasuk ketika diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail, anaknya. Padahal beliau telah menantikan kehadiran buah hati sejak lama. Begitu mendengar bahwa yang memerintahkan adalah Rabbul’alamin, Nabi Ismail tidak menolak dan tidak gentar sedikitpun. Berkat ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim serta anaknya, Allah melepaskan cobaan kepada mereka dan menggantikan Ismail dengan seekor domba yang besar.

Selain mematuhi perintah Allah, berkurban menjadi pembuktian cinta pada pencipta. Jika ditelisik lebih dalam, ada banyak keteladanan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Allah. Dalam meraih takwa, bukan hanya menyembelih hewan kurban saja tetapi ketakwaan hamba dalam kesabaran demi meraih ridho-Nya.

Walaupun sudah menjadi syari’at dalam ajaran Islam, ternyata hal ini bagi sebagian orang terasa beratnya berkurban di masa pandemi covid-19. Karena  krisis ekonomi keluarga akibat tidak bisa bekerja leluasa keluar rumah. Juga ada yang diberhentikan kerja oleh perusahaannya. Hidup berumah tangga menjadi sulit.

Poin keikhlasan menjadi ujian berat dalam menunaikan perintah berkurban terkait dengan kondisi pandemi saat ini karena masyarakat sedang dalam ekonomi ambruk, nafkah kian sulit dicari, kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi. Namun bila mengambil pelajaran dari ketauhidan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah selalu memberikan hikmah bagi yang mematuhi syariatNya.

Bisa jadi, kurban menjadi kunci pembuka untuk lebih mengenal agama Islam dimana kita bisa mengukur skala prioritas dalam hidup. Bukan berarti mengabaikan kebutuhan dunia, tetapi menempatkan prioritas agama harus ada dalam paradigma seorang Muslim. Bila ibadah telah dijadikan prioritas tertinggi, maka menunaikan kurban tidak menjadi hal yang memberatkan.

 Allah SWT berfirman ,“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39). Dari ayat tersebut bermakna bahwa tekad berkurban sejatinya lebih bulat karena Allah akan membuka pintu rejeki lain bagi yang menunaikan kurban dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan. Meskipun kurban bukan ibadah yang wajib, namun sangat disayangkan apabila umat muslim melewatkan ibadah kurban yang merupakan rangkaian ibadah setelah Ramadhan.

Selain ibadah untuk diri sendiri, Idul Adha juga bisa menjadi momen bagi para Muslim untuk berbagi rejeki dengan saudara seiman yang lebih tidak berdaya. Lewat daging yang dikurbankan, pekurban bisa memberikan daging bagi fakir miskin yang mungkin tidak punya apapun untuk dimakan. Tidaklah rugi bagi kaum muslimin untuk menyenangkan orang lain. Apalagi, mencintai saudara sesama muslim termasuk kesempurnaan iman. Sesuai hadist Rasullah shalallahu alaihi wasallam, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari & Muslim).

           Berkurban kian diandalkan menuju jalan takwa untuk terus berbagi kepada mereka yang membutuhkan di masa-masa sulit seperti sekarang ini. Era normal yang baru bukan momen berputus asa, namun bisa jadi kunci keberkahan. Dengan kondisi serba terbatas, maka berkurban adalah cara menjadi bentuk nyata rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan.

Semoga Allah SWT mampukan kita untuk berkurban dengan penuh keikhlasan. Aamiin Ya Rabbal’alamiin.