Yok Tunda Dulu Pulang Kampuang

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 16 Mei 2020 13:36:58 WIB


Oleh Yal Aziz

SETIAP tahun menjelang lebaran Idul Fitri, masyarakat Ranah Minang memiliki tradisi mudik yang unik dengan istilah Pulang Basamo dengan berbagai sebutan seperti, “Pulang Basamo Rumah Gadang” atau “Kampuang Maimbau Pulang” atau “Taragak Kampuang”.

Kemudian tradisi pulang basamo tersebut bisa juga dikatan suatu kebiasaan yang sangat ditunggu-tunggu. Kenapa? Karena banyak makna dari tradisi pulang kampuang basamo tersebut.

Ada yang menilai pulang basamo merupakan langkah untuk menjalin tali silaturahmi antar para perantau. Selain itu, acara seperti ini bisa juga meringankan beban para perantau yang ingin pulang kampung, tapi terkendala dengan mahalnya harga tiket pesawat tiap kali mau lebaran.

Yang hebat dan menarikya, acara Pulang Basamo sudah digagas jauh-jauh hari sebelum keberangkatan dilaksanakan. Ada tim kepanitian dalam acara pulang basamo yang diadakan urang awak dari rantau. Bahkan, banyak cara yang dilakukan oleh orang Minang yang ingin mudik ke kampung halamannya. Bagi mahasiswa biasanya mereka akan merental bus besar dan mengabari mahasiswa yang lain untuk pulang bersama-sama dalam satu rombongan.

Sementara itu bagi para keluarga, biasanya mereka akan membawa kendaraan sendiri namun akan janjian dengan keluarga yang lain. Bahkan ada yang cuma bertemu di jalan. Namun karena sama-sama mau ke Ranah Minang mereka akhirnya pun jadi bagian dari konvoi tersebut.

Para pemudik tersebut akan konvoi di sepanjang perjalanan menuju kampung masing-masing. Hal ini tentunya membuat suasana mudik menjadi asyik.

Dari catan sejarah, masyarakat yang paling rutin mengadakan pulang basamo ini adalah masyarakat Sulik Aie (Sulit Air). Meraka biasanya mengadakan acara pulang basamo secara besar-besaran dalam dua tahun sekali.

Contoh lain adalah Ikatan Keluarga Balingka (perkumpulan orang Balingka yang berada di Jakarta). Mereka juga kerap melakukan hal yang sama, yakni pulang basamo.

Setiap mau lebaran masyarakat Balingka berkumpul dan berembuk untuk memfasilitasi acara pulang basamo tersebut. Mereka biasanya menyewa bus dan pulang bersama-sama dari rantau.

Masyarakat Solok, Bukitinggi dan sejumlah daerah lainnya di Sumatera Barat biasanya akan melakukan hal yang sama. Tidak ada tujuan lain dari pulang basamo selain untuk menjalin silaturahmi dan untuk melepas rasa rindu akan kampung halaman tentunya.

 Tapi untuk Idul Fitri 2020 ini, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno telah mengeluarkan surat edaran terkait penyebaran virus Corona (Covid-19). Lewat edaran itu, Pemprov Sumbar meminta warganya di daerah lain tak pulang ke kampung halaman untuk sementara waktu.

Bahkan, Gubernur Sumatera Barat meminta kepada seluruh Ketua Organisasi Masyarakat Minangkabau, tokoh masyarakat dan para perantau Sumatera Barat di mana pun berada kiranya dapat mempertimbangkan untuk sementara tidak pulang kampung.

Surat edaran bernomor 050/078/BKPdR/III-2020 tersebut juga merupakan tindak lanjut dari imbauan MUI Sumbar yang sebelumnya juga meminta warga Sumbar menunda niat pulang kampung. Tujuan mendukung himbauan Ketua MUI ini adalah untuk memutus kemungkinan penyebaran Covid-19 ke Sumatera Barat.

Bertitik tolak dengan surat himbauan gubernur tersebut, ada baiknya juga bagi masyarakat yang diperantau untuk mematuhui surat edaran tersebut demi keselatan diri dan orang dikampuang. Soalnya penyebaran Covid-19 ini telah terbukti secara medis penularannya melalui bersalaman atau berjabad tangan.

Untuk itu tak ada salahnya juga bagi perantau Minang untuk menuda mudik ke kampung halaman dulu di tahun 2020 ini untuk keselamatan diri dan sanak famili dikampung. Semoga!!! (Penulis wartawan tabloidbijak.com)